Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Pengajar yang terus belajar apa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keluargaku Terbelah Pilpres

19 April 2019   09:32 Diperbarui: 19 April 2019   09:54 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi:  Lombok NTB

Sore hari setelah tanggal 17 April, grup media sosial keluargaku tiba-tiba sepi, dan tak seorangpun berkomentar. Iseng-iseng aku bertanya, "Adakah yang lupa mencoblos hari ini?" tapi tak seorangpun menanggapi. Baru di malam hari adik iparku memasang hasil quick count  yang memenangkan Jokowi, dan tiba-tiba sepupuku di NTB dengan nada sengit menanggapi. 

"Survey Bayaran" diikuti postingan serupa dari kerabat dan keponakanku yang tak percaya hasil quick count hari itu.  Saudara-saudaraku di NTB bahkan men-share video Prabowo yang mengklaim kemenangan 62 %, disertai makian terhadap Jokowi dan stasiun televisi yang menurut mereka menyebarkan kebohongan.

Sialnya, adikku malah berkelakar, "Ayo... Tasyakuran....", dan kontak mengundang kata-kata tak mengenakkan dari anak-anak dan cucu paman di NTB.  Saudara-saudaraku benar-benar tidak percaya dan sangat marah dengan hasil pilpres kali ini. Aku berusaha menenangkan, "Sudahlah... Ini hanya pilpres, ini persaingan orang lain, bukan keluarga kita,  tapi usahaku sia-sia saja. 

Aku berusaha mengalihkan pembicaraan tentang rencana pertemuan lebaran nanti, tapi tak seorangpun menanggapi. Bahkan satu persatu keluarga NTB keluar dari grup keluarga yang selama ini selalu seru dengan saling sapa, canda tawa, dan sesekali nasehat agama. Yang paling mengagetkan, postingan terakhir salah seorang keponakanku berisi dalil untuk tidak bersahabat dan dekat dengan orang-orang kafir, fasik dan munafik.

Duh... Aku baru sadar, mereka benar-benar marah gara-gara pilpres kali ini. Mereka menyalahkan aku dan semua orang yang tidak mendukung Prabowo-Sandi. Aku mencoba menyapa mereka (japri) satu persatu, tapi tak seorangpun membalas, bahkan membacanya. 

Hanya satu keponakanku yang mengangkat telepon dan menjelaskan apa yang terjadi. Persis seperti dugaanku, mereka benar-benar sedih dan marah dengan hasil pilpres kali ini. Salah seorang sepupuku bahkan langsung marah besar bila ada orang yang menyebut nama Jokowi. 

Rasa-rasanya tidak masuk akal semua ini, tapi ini benar-benar terjadi. Ikatan keluarga yang terpisah begitu lama dan baru beberapa tahun terjalin kembali, kini di ambang perpecahan karena urusan sekonyol ini. 

Aku harap ini hanya sementara saja, dan semoga lebaran nanti semua dapat diperbaiki, tapi sekaligus menyadarkan aku betapa jahatnya politik di negeri ini. Para politisi benar-benar sukses mendiktekan kebenaran di hati dan pikiran rakyat negeri ini. Para pengejar kekuasaan benar-benar sukses membolak-balikkan fakta, bahkan membutakan kenyataan yang jelas-jelas terlihat oleh mata.

Ya, meski media komunikasi dan informasi semakin terhampar di negeri ini, tapi di mata saudara-saudaraku di NTB, Jokowi bukanlah seorang muslim, dan sebaliknya meyakini Prabowo sebagai tokoh Islam di negeri ini. Hoax tentang tenaga asing dari China, antek-asing, hingga anti-Islam begitu melekat menjadi keyakinan yang tak mudah diubah. 

Para politisi Islam dan para simpatisannya yang nota bene berasal dari "dua partai Islam" itu benar-benar sukses menanamkan kebencian yang begitu dalam di hati saudaraku, hingga kehilangan rasa sebagai saudara sedarahku.

Peristiwa ini sekaligus membuat aku jadi bisa membayangkan apa yang terjadi di berbagai belahan dunia, di Suriah,  Irak, dan Libya. Negeri-negeri itu luluh lantak oleh perang saudara gara-gara alasan yang sedikit banyak sama dengan yang hari berkembang di negeri ini, di mana agama dijadikan bahan politik untuk membodohi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun