Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karmapala

23 September 2019   22:44 Diperbarui: 23 September 2019   23:05 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: minanews.net

"Ini karmamu Gino, ini buah perbuatanmu!"

Perempuan itu terus memaki Pak Gino. Kemudian larilah Pak Gino ke sudut lain halaman rumahnya. Yang sebenarnya sudah bukan halaman lagi, karena rumahnya roboh.

***

Kini tak hanya perempuan tua yang memaki-maki Pak Gino, para pedagang datang satu per satu ke tengan puing-puing rumahnya. Pak Gino mencoba lari ke pojok lainnya. Hasilnya sama. Para pedagang yang telah memberi upeti kepadaanya semakin banyak berdatangan. Dengan nada beraneka mereka mencaci-maki, mengumpat, menghardik, dan mengutuk Pak Gino. Semakin lama semakin banyak, dan perempuan tua penjual bubur itu menjadi pemimpin mereka.

"Tidaaak!"

"Ini buah karmamu Gino, buah kesewenanganmu pada kami. Orang pinggiran yang mengais rejeki demi sesuap nasi. Tapi kau rampas lapak kami, gerobak kami, uang kami!"

"Tidaaak!"

"Ini karmapalamu Gino!"

Tiba-tiba Pak Gino berlari dan terjerembab di tengah puing-puing rumahnya yang bererakan.

"Tolong! Tolong! Pak Gino pingsan."

Seorang tetangga menemukan Pak Gino yang pingsan. Entah bagaimana bisa pingsan di tengah puing-puing rumahnya. Hingga Pak Gino siuman, Pak RT dan para tetangga pun masih bingung mengapa Pak Gino bisa pingsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun