Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Keris Luk Pitu

23 Agustus 2019   17:28 Diperbarui: 23 Agustus 2019   17:31 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

"Bagaimana Pakde?"

"Kalau kesaktiannya aku tak tahu. Tapi sejarah keris itu aku tahu Rep?"

"Maksud Pakde?"

Kang Karep penasaran. Aku pun tak tahu maksud kalimat yang diucapkan ayahku.

"Dulu.... Kakekmu itu juru rias pengantin. Punya banyak keris seperti itu. Bagus-bagus memang. Namun hanya keris hiasan untuk upacara pengantin adat Jawa. Artinya keris kopong tanpa isi."

"Tapi mengapa harus dibungkus beludru dan disimpan dalam kotak ukir Pakde?"

"Hahahaha... "

"Kok palah nggujeng Pakde?"

"Itu ulahku Rep. Jadi Pakdemu ini dulu diminta oleh kakekmu untuk ikut mengubur semua miliknya. Saat Jepang menjajah kita. Jepang mengharuskan menyetorkan besi tua. benda-benda atau peralatan dari besi yang dimiliki orang pribumi."

Kang Karep dan aku terpaku mendengar cerita ayah. Baru kali ini ayah banyak cerita tentang masa mudanya. Ayah melanjutkan cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun