Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nawang Wulan, Pulanglah ke Kayangan

25 Juni 2022   18:07 Diperbarui: 25 Juni 2022   18:08 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diunduh dari pinterest

Mulanya kau dihadirkan titian cakrawala senja
Telaga warna-warni itu mengharum tubuhmu
Selendangmu berselayang bersama senyumu menuju kayangan
Orang bilang itu adalah pelangi setelah hujan

Satu hari tangismu mencipta telaga merah
Terkatung-katung sendirian mencoba memahami bahasa bumi
Namun sapaan santun sang pemuda
Mengubahmu memahami bahasa cinta

Nawang Wulan,
Apakah selamanya kau akan membumi?
Demi dewa tampan itu atau demi selendang saktimu?

Sebelum pertiwi meraung di tepi telagamu yang biru
Saat alam masih menjadi karya Tuhan yang asri
Atas nama cinta Jaka Tarub
Maukah kau kembali ke kayangan?

Sudahi kepura-puraanmu, Nawang wulan
Kenapa kau berlagak tuli?
Tanah yang dahulu kau tanami sungai-sungai
Telaga yang bermandikan keringat saktimu
Telah ditumbuhi aspal-aspal yang mengikis kulit kaki

Jangan berpura-pura tak melihat, Nawang wulan
Hutan-hutan yang dahulu kau ziarahi bersama Jaka Tarub
Kebun yang dahulu kau tanami jagung-jagung
Dibabat habis ditanami gedung-gedung

Jangkrik yang bermalam di rumahmu
Katak yang memainkan musik padi
Dan burung perkutut yang bernyanyi-nyanyi di pepohonanmu
Tak lagi terdengar nyaringnya

Nawang Wulan,
Mungkinkah kau tengah sekarat?
Sebab paru-parunya diracuni, ususnya dicemari asap kota
Sedang telinganya robek
Dibelah-belah knalpot jalan dan bising kendaraan

Nawang Wulan, pulanglah ke kayangan

Naraya Syifah, 22 Juni 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun