Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gusar Kelola Sampah Surabaya, Walikota Larang Kantong Plastik (2-Habis)

6 April 2022   15:33 Diperbarui: 6 April 2022   15:36 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, kesadaran cinta lingkungan yang belum komperhensif. Yaitu, kesadaran yang masih naif. Hanya terpaku pada hilir saja.

Klaim ramah lingkungan hanya sekadar tidak menambah sampah di TPA atau tempat sampah ilegal lainnya. Padahal ramah lingkungan tidak sesederhana itu.

Produk ramah lingkungan harus memenuhi syarat di hulu hingga hilir. Khusus plastik, sebenarnya ramah lingkungan juga. Karena di hulu memerlukan biaya yang murah, sedikit energi, sedikit listrik dan harganya terjangkau di pasar.

Sayangnya, plastik memang tidak ramah di hilir karena menyebabkan sampah. Sebaliknya, selain plastik memang ramah di hilir karena bisa terurai sendiri dalam waktu tertentu.

Namun, selain plastik biasanya tidak ramah lingkungan di bagian hulunya atau proses produksinya. Dia membutuhkan sumber daya organik yang banyak, energi yang mahal, air melimpah dan menghasilkan limbah yang berbahaya. Karena berbagai faktor itulah biasanya harganya mahal di pasar.

Sesungguhnya tidak ada produk ramah lingkungan. Semua produk pasti punya celah tidak ramah lingkungan di antara hulu atau hilirnya. 

Maka itu, UUPS sebenarnya sudah mewanti-wanti supaya ada pengelolaan. Sebab, produk apapun akan menghasilkan sampah. Baik yang sekali pakai maupun yang berkali pakai. Baik yang tidak ramah lingkungan maupun yang ramah lingkungan, semua harus dikelola.

Fungsi pengelolaan sampah bukan hanya pada produk tidak ramah lingkungan, tapi juga pada produk yang mengklaim ramah lingkungan. Maka seharusnya tidak ada lagi persaingan bisnis mengatasnamakan 'ramah lingkungan'.

Namun, pelaku bisnis label “ramah lingkungan” terus saja memanfaatkan keawaman masyarakat pada regulasi persampahan. Nyatanya, bukan hanya masyarakat yang awam soal pengelolaan sampah sesuai regulasi. Kepala daerah pun banyak yang gagal paham.

Solusi Sampah Kota Surabaya: Pengelolaan Sampah Kawasan

Dari semua pembahasan terkait masalah sampah Kota Surabaya, nyatanya yang muncul ke permukaan hanya sekadar perda "pelarangan kantong plastik". Sebenarnya, kalau hanya untuk melarang penggunakan kantong plastik saja, Eri Cahyadi tidak perlu harus jadi Walikota Surabaya dulu, cukup kepala seksi pengurangan sampah saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun