Yang perlu dipahami jika bank sampah menjadi lembaga sosial budaya adalah bukan berarti bank sampah akan berhenti mendapatkan duit. bank sampah tetap bisa mendapatkan duit tapi melalui jalur yang sesuai, yaitu jalur sosial.Â
Dengan pernyataan yang jelas bank sampah sebagai lembaga sosial budaya dan sebagai social enginering (perekayasa sosial), maka justru salah jika bank sampah yang model ini tidak dibantu pemerintah atau swasta. Sebab bank sampah ini jelas-jelas tidak berbisnis, maka harus dibantu menjalankan kegiatan sosialnya dalam edukasi dan sosialisasi pengelolaan sampah.
Bank sampah sebagai lembaga sosial budaya akan menjadi wakil pemerintah dan swasta yang fokusnya tidak mencla-mencle, yaitu edukasi dan sosialisasi serta beberapa fungsi lain yang setara. Dengan begitu, bank sampah lembaga sosial budaya bisa dibedakan dari bank sampah yang sebenarnya bukan bank sampah.
Bank sampah sebagai lembaga sosial budaya bisa diberi target kerja untuk meningkatkan pengelolaan sampah hingga 100%, meskipun bank sampah tidak ikut dalam teknis pengolahan sampah. Tapi, teknis pengolahan sampah tidak akan bisa optimal jika bank sampah tidak menjalankan fungsinya dengan baik.
Bank sampah sebagai lembaga sosial fungsi edukasi pengelolaan sampah harus berjalan beriringan dengan lembaga fungsi pengolahan sampah yang murni berbisnis. Jika kolaborasi keduanya maksimal, maka semua sampah bisa jadi bahan baku ekonomi. Itu berarti, tidak ada lagi sampah ke TPA. (nra)