Masih Relevankah Tafsir dan Hadis dalam Konseling?
Di era serba digital saat ini, pendekatan konseling terus berkembang seperti halnya pendekatan psikoanalitik hingga kognitif perilaku. Teori-teori Barat tentang konseling seakan sangat mendominasi di dalam keilmuan konseling. Namun, muncul pertanyaan yang penting dan kontekstual bagi kita yang hidup di indonesia sebagai salah satu penduduk muslim terbesar di dunia, yaitu: masih relevankah tafsir Al-Qur'an dan hadis dalam praktik konseling, terkhusus dalam masyarakat Muslim di Indonesia? Jawabannya adalah ya, sangat relevan. Bahkan, keduanya dapat menjadi fondasi spiritual dan etis yang memperkuat proses konseling, terutama dalam konteks sosial di Indonesia yang sarat dengan nilai keagamaan.
Tafsir: Menyelami Makna untuk Membangun Kesadaran Diri
Tafsir Al-Qur'an bukan hanya usaha intelektual untuk memahami teks, tetapi juga merupakan proses refleksi mendalam terhadap makna hidup. Dalam konseling, pendekatan tafsir bisa digunakan untuk membantu konseli memahami konflik batin dengan kacamata spiritual. sebagai contoh: tafsir surah Al-Insyirah yang menekankan pentingnya kesabaran dan harapan setelah kesulitan, hal ini dapat memberikan penguatan psikologis bagi individu yang sedang mengalami depresi atau kehilangan arah hidupnya.
Hadist: Sumber Nilai dan Prinsip-Prinsip Relasional
Dalam beberapa riwayat Hadist Nabi Muhammad SAW banyak memberikan pedoman relasional, seperti kasih sayang, pengampunan, dan pengendalian emosi. Dalam konseling,hal ini merupakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar penting dalam membangun relasi terapeutik yang sehat. Contoh konkret Hadist Nabi Muhammad SAW seperti Hadist tentang pentingnya husnudzan (berprasangka baik) atau anjuran untuk menasihati secara lemah lembut. perihal Hadist tersebut sangat relevan dengan etika konseling modern.
Relevansi Kontekstual: Menjembatani Nilai Lokal
Dalam konteks masyarakat Muslim di Indonesia, pendekatan konseling yang menyentuh sisi spiritual jauh lebih diterima dan efektif. hal ini bisa dilihat dari praktik yang terjadi di masyarakat di indonesia, yang sering kita dengar atau jumpai banyak yang terkena masalah dalam hidupnya, meraka mendatangi tokoh agama untuk mendapatkan fatwa supaya bisa terbebas dari tekanan batinya dan tidak sedikit yang merasa terselesaikan. Oleh sebab itu, Â Ketika konseling hanya berbicara dalam bahasa rasionalitas Barat tanpa menyentuh akar nilai agama, maka intervensi psikologis sering kali tidak membumi dan kurang menyentuh batin konseli. begitulah kebanyakan kondisi masyarakat di Indonesia. Maka dari itu, Tafsir dan Hadist bisa menjadi "jembatan budaya" antara ilmu konseling modern dan nilai-nilai lokal yang relevan untuk masyarakat Muslim khususnya di Indonesia.
Tantangan dan Peluang
Tentu saja, penggunaan Tafsir dan Hadist dalam konseling memerlukan kehati-hatian. Tidak semua teks Tafsir dan Hadist dapat langsung diterapkan tanpa konteks, mungkin pendekatan literal bisa saja kontraproduktif. Di sinilah pentingnya konselor yang memiliki pemahaman integratif antara ilmu psikologi dan ilmu keislaman yang mumpuni. Oleh sebab itu, Konseling Islam memiliki peluang besar dengan menerapkan konseling berbasis Tafsir dan Hadist. Hal ini, menjadi alternatif model konseling di Indonesia yang lebih holistik dan humanistik, yang tidak hanya menyembuhkan pikiran tetapi juga menentramkan hati.
Kesimpulan
Tafsir dan hadis bukan warisan teks yang usang, melainkan sumber kebijaksanaan yang hidup dan dinamis disemua masa. Dalam konseling, Tafsir dan Hadist akan tetap relevan sebagai sumber nilai, inspirasi, dan pendekatan yang kontekstual. Masyarakat Muslim terkhusus di Indonesia memerlukan model konseling yang tidak hanya ilmiah secara psikologis, tetapi juga selaras dengan keyakinan dan nilai spiritual mereka. Maka, Tafsir dan Hadis bukan hanya relevan tetapi esensial.
Written by Nano HermansyahÂ
Mahasiswa UI Cordoba Banyuwangi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI