"Oom sih, menyalahi teori perburuan."
"Maksudmu?"
"Dalam teori perburuan itu lelaki kan hunter. Pemburu. Upaya yang memacu adrenalin. Walaupun menjengkelkan tapi menyenangkan. Termasuk upayaku memburu Tania yang sampai kini belum menampakkan hasil. Aku akan berusaha karena tak pernah kulihat ia bersama lelaki lain. Mungkin ia trauma saja."
"Kasihan dia. Itu karena mamanya memisahkannya denganku. Ia tumbuh tanpa sosok seorang ayah."
"Begitulah Oom. Aku jadi ingin bisa mengobrol dengannya lebih banyak."
"Kamu tidak pernah menghubunginya lewat media sosial."
"Iya hanya menjawab sesukanya."
"Jangan-jangan ia punya pacar?"
"Sepanjang info yang kuperoleh sih, nggak ada. Tapi...,"Boy mengingat-ingat sesuatu,"Pernah sih, kudengar ia dekat sama seseorang. Yang kutahu sih, cowok yang dekat dengannya itu playboy. Jangan-jangan ia dalam kondisi syok saat ini?"
"Cari tahulah dari teman-teman wanitanya, Boy," pak Wira menepuk-nepuk bahunya,"Cobalah petualangan baru yang juga tak kalah seru dengan buku-bukumu itu," sekali lagi pak Wira memerhatikan Boy sambil berkata,"Kamu keren lho. Tidak ada kesan kutu buku yang kuper walaupun kenyataannya kuper parah. Hahaha. Tapi aku suka. Aku ingin menitipkan anakku kepadamu. Semoga karaktermu setia seperti papamu."
"Wah...tapi papa nggak mahir mengais rezeki seperti Oom."