Mohon tunggu...
Nando Sengkang
Nando Sengkang Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Penikmat Filsafat, Politik, Sastra, dan Sepak Bola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Harapanmu? Sebut Saja di Tahun Baru?

30 Desember 2019   21:45 Diperbarui: 30 Desember 2019   21:55 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tribunnews.com/

Apa Harapanmu? 

"Selamat menyambut Tahu Baru", Gebiar ucapan ramai menutup tahun lama dan menyongsong tahun baru. Tahun baru itu identik dengan tahun penuh harapan baru, dengan bumbu-bumbu aksi yang beraneka ragam untuk mewujudkannya.

Namun, perlu diketahui semua harapan itu masih menjadi mimpi. Namanya juga harapan yang masih berharap, tentu masih dalam proses pengharapan akan munculnya kenyataan. Hasil nyata adalah buah dari harapan itu. Sebut saja di tahun baru, boleh jadi kita bermimpi mendapat jodoh. Nah, ketika kita mendapat pasangan hidup (jodoh), itulah buah dari harapan itu.

Harapanmu dalam Selimut Privasi

Jika bertanya tentang harapan, setiap orang memilikinya di dalam selimut privasi. Selimut privasi itu diam-diam menyembunyikan harapan yang hingar bingar itu.

Harapan itu akan Meletus bersama kembang api, boleh jadi. Letusan itu menghasilkan dentuman keras di angkasa; kelak seperti dentuman itulah teriakan kebahagiaan kita akan wujud-nyata dari harapan kita di tahun baru.

Ramai-ramai kita memboyong kembang api di tokoh sebelah, lalu ketika jam beranjak 00:01, kembang api itu kita kembangkan ujungnya dengan nyala api yang mulai melahap.

Akhirnya, Bungan-bunga indah pecah di angkasa. Tanda tahun baru sudah tiba. Dentuman di langit akan dibarengi dentuman harapan yang membuncah. Sekali lagi, itulah tanda tahun baru.

Harapanmu dalam Aksi Nyata

Dentuman harapan akan membuncah dalam sanubari kita. Harapan itu tentu tersembunyi dalam selimut privasi. Selimut privasi itu, kata lainnya masih menjadi rahasia kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun