Mohon tunggu...
Nandang Darana
Nandang Darana Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir di Majalengka, Jawa Barat. Mendalami dunia tulis menulis sejak 1992, namun kehilangan gairah pada 2004-an. Awal 2009 gairah itu muncul lagi, meski dengan tertatih-tatih: terlalu banyak yang telah dilewatkan dan mesti belajar lagi dari nol!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

(Membaca) Sastra & Filsafat: Upaya Memungut Realitas dan Penegasan Eksistensi

5 Juli 2010   09:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:05 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa karya lainnya, berturut-turut: Umang-umang, tentang amarah dan kegondokkan para penjahat yang ingin memba¬las dendam terhadap keadaan yang menyebabkannya jatuh ke dalam kemiskinan dan kejahatan; Ari-ari Atawa Interogasi No.2, ten¬tang orang-orang yang tertindas secara ekonomi, budaya dan keyakinan spiritual; Ozone Atawa Orkes Madun IV yang bertutur tentang kebingungan manusia modern menghadapi temuan-temuannya serta menghadapi ketidakseimbangan hidup; dan lain-lain. Dipandang dari sudut eksistensialis, penggambaran terse¬but dapat dianggap sebagai upaya perumusan dan pencarian jati diri, bagaimana semestinya manusia eksis.

Seperti ditunjukkan dalam STD, manusia modern telah terjebak pada jenis "iman" yang baru, yakni pikiran alias dirinya sendiri. Karena itu, modernitas lebih berpihak pada materialisme. Manusia modern akhirnya jadi manusia yang perkasa namun menyedihkan. Ia sibuk dengan kalku¬lasi matematis yang serba rasional, sambil mengubur dirinya sebagai makhluk spiritual. Pada tingkat yang lebih mendasar, modernisme tidak saja mengancam moralitas. Ia juga jadi ancaman bagi, dalam istilah MacIntyre, kedirian. Jika sudah demikian, di mana makna hidup ditempatkan?

Dalam kondisi seperti itu, manusia kehilangan hati nurani dalam hubungan sosialnya. Pada rentang waktu berikutnya, hal ini mengantarkan manusia pada medan kegelisahan dan kecema¬san yang begitu luas. "Tidak ada yang tersisa lagi kecuali menempati status yang sama dengan binatang," tulis Syafi’i Ma’arif, mengutip Slozhenitsyn, seorang penulis Rusia. Dengan lain kata, seperti kata Ionesco, manusia modern telah berhenti hidup secara batiniah. Karena itu ia tidak pernah mengenyam ketenangan batiniah. Walaupun, sebenarnya masalah kemanusiaan dewasa ini cukuplah sederhana. Yakni, bagaimana mencari keseimbangan hidup antara keinginan-keinginan yang tak terpuaskan dan pengendalian diri. Namun manusia telah terlanjur dilanda kebuntuan-pikir, keputusasaan serta kebingun¬gan. Inilah gambaran manusia modern yang dimunculkan ACN dalam Ozone Atawa Orkes Madun IV. Agar manusia modern dapat keluar dari kemelut ini, manusia mesti berani keluar dari kebudayaan modernitas untuk masuk pada kebu¬dayaan baru. "Memang kehidupan lama yang kupakai harus diganti kehidupan baru yang menerbitkan harapan. Karenanya harus ada keterbukaan terhadap gagasan-gagasan dan pemikiran baru," tulis ACN lewat tokoh utamanya, Sandek. Untuk itu, manusia mesti berpikir sehat dalam arti seluas-luasnya dan dalam pengertian sejernih-jernihnya, agar kehidupan yang penuh ancaman kembali kepada kedamaian. Kedamaian dalam kerangka ACN adalah kembali kepada keimanan --sete-lah bertuhan pada pikiran.

Menilik tema-tema yang dimunculkan ACN dalam setiap naskah dramanya, justru ia lebih banyak berbicara tentang tema-tema kemanusiaan yang lebih riil. Khususnya dalam konteks ke-Indonesia-an. Peristiwa-peristiwa yang muncul dalam setiap lakonnya, senantiasa merujuk pada fenomena umum yang tengah marak di masyarakat. "Arifin mempermainkan sense dan nonsens --terkadang dengan terlalu pintar dan sadar," tulis Goenawan Mohamad. Dengan ungkapan lain, lewat cara penyajian yang surealis-simbolik, ACN mencoba memunculkan pikiran-pikiran bawah-sadar manusia Indonesia. Tema-tema semisal kemiskinan, keterasingan, keimanan, dan selainnya, adalah persoalan yang kerap muncul dalam pikiran masyarakat Indonesia. Melalui tema-tema tersebut, ACN merambah wilayah pemikiran eksistensial.

***


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun