Dengan cara-cara tersebut maka dapat dibangun ikatan emosional dan memberikan persepsi baru kepada pelanggan.Â
Hal ini penting karena pelanggan secara naluriah akan membandingkan pengalamannya dalam menggunakan suatu produk atau jasa, positif atau sebaliknya, dengan yang mereka rasakan sebelumnya.Â
Namun demikian ada sisi yang juga di luar kontrol perusahaan seperti misalnya persepsi pasar, kondisi persaingan sesama perusahaan, dan juga yang tidak kalah penting adalah situasi pribadi dan spiritual pelanggan.
Sebenarnya dengan berbagai kemudahan teknologi yang ada sekarang perusahaan-perusahan bisa mencoba untuk membayangkan seperti apa dan bagaimana perjalanan proses kognitif pelanggan dalam memutuskan suatu pembelian produk barang dan jasa.
Jika proses "membayangkan" ini tepat maka perusahaan akan bisa menemukan cara untuk meningkatkan pengalaman pelanggan.Â
Secara otomatis membuat pelanggan (baik yang lama atau pelanggan baru) lebih mudah untuk berbisnis dengan perusahaan.
Metode ini bisa berjalan dengan baik memang lebih tepat untuk produk-produk Business to Consumer (B2C) alih-alih Business to Business (B2B). Namun bukan berarti tidak bisa bisa diterapkan kepada pelanggan B2B.Â
Pengalaman pelanggan untuk pelanggan B2B memang mungkin sangat berbeda dibandingkan dengan penciptaan pengalaman pelanggan B2C.
Untuk pengalaman B2B yang lebih baik, dapat menggabungkan antara teknologi dan juga proses-proses yang dapat membuat transaksi lebih sederhana dan lebih menyenangkan.Â
Di sisi lain, cara pertama dan fundamental untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dalam konteks pelanggan B2C adalah dengan terlebih dahulu memahami secara seksama apa kebutuhan dan keinginan pelanggan.