1. Memperbesar zona bersyukur
Realitas yang ada saya pikir kemampuan bersyukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan pada kita adalah kemampuan yang semakin langka.
Manusia semakin lama lebih mementingkan apa yang akan dicapai bukan lagi apa yang sudah dicapai. Pola pikir semacam ini juga yang memicu perasaan "rumput tetangga lebih hijau" yang sulit dihindari.
Dengan memperbesar zona bersyukur kita juga akan lebih bisa melihat sisi bahagia dari orang lain. Dengan demikian kita tidak akan terjebak di ilusi penderitaan yang kita ciptakan sendiri.
2. Fokus pada "timing" kita sendiri
Saya sering melihat orang-orang terlalu memedulikan timing orang lain daripada timing diri sendiri. Banyak yang salah fokus misalnya umur 25 tahun sudah ada yang punya 100 juta kenapa saya belum.
Padahal mempersamakan timing kita pada timing orang lain itu sama sekali tidak berguna dan buang-buang waktu yang seharusnya bisa kita gunakan untuk hal-hal yang lebih produktif.
Ada yang di umur 30 tahun sudah menjadi CEO tapi ada juga di umur yang sama masih mencari pekerjaan. Lantas apakah yang sudah menjadi CEO pasti lebih bahagia dibandingkan yang sedang mencari pekerjaan?
Jawabannya adalah saya tidak tahu! Bisa jadi lebih bahagia atau sebaliknya. Jadi kita tidak usah pusing dengan hal ini. Fokus saja dengan timing kita sendiri.
3. Tidak perlu mengejar kesempurnaan
Hal ini sudah saya bahas pada tulisan saya sebelumnya (klik di sini) bahwa rasa ingin mengejar kesempurnaan itu membuat kita tertekan dan justru kehilangan rasa percaya diri.Â