Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Suka Memberi Sebelum Menerima? Belajar dari Behavioral Science

16 Mei 2021   13:38 Diperbarui: 18 Mei 2021   22:27 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemberian. Sumber: Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels

Contohnya dapat dilihat di bawah ini:

Fitur Look Inside Amazon. Sumber: Dok. Pribadi
Fitur Look Inside Amazon. Sumber: Dok. Pribadi
Nah ini saya pernah mengalaminya. Jadi saat itu saya ingin satu buku best seller melalui Amazon, tapi saya perlu tahu dulu isinya seperti apa. Akhirnya saya memakai feature Look Inside ini agar saya mendapat gambaran yang pas. Hasilnya saya tertarik dan membeli.

Jadi Amazon memberikan "hadiah" terlebih dahulu ke konsumen agar mereka tahu bagian-bagian apa saja yang ada di buku yang akan mereka beli dan bagaimana isinya. Cara ini akan memancing otak dan psikologis konsumen untuk tahu lebih banyak dan akhirnya membeli.

Kenapa Bisa? Jawabannya adalah karena Amazon dengan "sukarela" memberi saya hadiah gratis dengan mengizinkan saya membaca sebagian dari bukunya, saya jadi merasa berhutang budi. Dengan kata lain, secara tidak sadar saya lebih cenderung membeli item ini karena saya ingin membalas "budi".

Menarik bukan? Nah contoh lain yang lebih simpel misalnya dalam lingkungan kerja, seorang salesman memberikan free gift kepada konsumen potensial, berharap itu akan membuat mereka membalas budi dengan membeli sesuatu. Contoh lainnya, seorang pemimpin menawarkan perhatian dan bimbingan kepada anggotanya dengan harapan menerima imbalan kesetiaan dan kepatuhan.

Contoh lain misalnya Grammarly, aplikasi untuk mengecek grammar secara daring. Bentuk lain reciprocity yang saya ambil contohnya untuk grammarly adalah model freemium, di mana konsumen dapat menggunakan versi aplikasi yang gratis, tetapi terbatas, dan dapat membayar untuk versi "lengkap". Grammarly, menggunakan model ini dengan sempurna.

Perhatikan gambar di bawah ini:

Tangkapan Layar Grammarly. Sumber: Dok. Pribadi
Tangkapan Layar Grammarly. Sumber: Dok. Pribadi
Paket Dasar grammarly bertindak sebagai strategi free sample bagi penggunanya, yang kemudian dapat memilih untuk meningkatkan fitur-fitur jika mereka menginginkan fitur kenyamanan dan kemampuan tambahan.

Jadi, reciprocity ini bisa dibilang sebuah cara manipulasi? Bagi saya pribadi, ini adalah sebuah paradoks. Di era sekarang sepertinya orang-orang sangat mementingkan prinsip authencity, keaslian dan kemurnian. Namun demikian, business is business. You have to get something, don't you?

Reciprocity Sebagai Sebuah Paradoks

Seperti yang saya katakan diatas bahwa reciprocity itu memang sebuah paradoks. 

Tapi begini deh, sekarang mari kita jujur; Jauh di lubuk hati, kita semua tahu bahwa bisnis, tidak peduli betapa caranya sangat altruistik, tetap saja bisnis. Saya juga paham kenapa dalam proses lobi-lobi bisnis, memberi sebelum menerima merupakan hal yang sangat wajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun