Mohon tunggu...
Syahnanda Annisa
Syahnanda Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Tolongin aku biar gak males

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sasy dalam Imaji

26 September 2020   20:30 Diperbarui: 26 September 2020   20:40 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Bayang-bayang tentang megahnya Jawa dan yang selalu menjadi incarannya. Kini, Di Jawa yang katanya banyak mall-nya, banyak gedungnya, banyak gunungnya. Jadi menurut Sasy orang Jawa punya banyak yang tinggi-tinggi. 

Sasy kecil dulu selalu punya lintas pikiran bahwa Jawa itu banyak mainan, dalam imaji pasti banyak boneka Berbie yang seksi-seksi dan hiburan komedi putar, bianglala seperti di televisi. Oh mungkin maksud Sasy itu Taman Impian Jaya Ancol. Sasy ingin mengetahui hingar bingar mall di Ibu Kota yang serba ada. Tentunya uangnya pun harus ada juga. Ingin membeli apa yang tak ia punya dan yang tak ada di kabupatennya. 

Sasy ingin segalanya, semuanya. Sasy seperti bayi! Di Jawa yang ada segalanya. Sasy ingin menjelajahi apa itu Ujung Kulon yang di tinggali hewan langka, padahal Andalas pun tak kalah kayanya. Jakarta yang serba ada, asal mau tinggal minta. 

Depok kampus Indonesia, Bogor Taman Safari dan sejuknya udara dan menikmati beberapa kedai pinggir jalan, tentunya pemandangan kebun teh. Bekasi, industri pabrik yang konon teramat gersang, tapi Sasy penasaran akan Gedung Juang. Bandung, Paris van Java, industri garmen dan ramahnya logat, estetik tata kotanya, serta malam-malam yang ramai tak kunjung padam, pemuda pemudi saling bersahut diri sampai dini hari. 

Garut, kata Sasy selain dodol ia menyukai beberapa perempuan Garut yang menurutnya magisnya terlalu dapat. Sasy ingin tahu apa di balik rahasianya. Tasikmalaya, Galunggung, mendengar dari teman sekolah dasarnya katanya dingin sekali kalau membuka mata di sini. Bangun tidur kau akan membeku. Jangan harap kau dapat ingin meminum dengan es batu. 

Sasy penasaran itu. Magelang, Buddha peninggalan, Sasy ingin mengelus-elus tiap batu dan relief itu. Sasy tak pernah tahu detailnya. Yang Sasy tahu hanya batu kerucut yang tambun. Yang di jelaskan di buku sejarah sekolah hanya itu-itu saja. Jogjakarta. Siapa yang tak suka? Sasy yang tahu hanya Malioboro, Gunung Merapi, Perambanan, Pantai dan Keraton. Sasy terlalu udik. Sasy hanya anak kabupaten yang di kurung dalam kurungan desain rimba. Kasihan. Kabupatennya tak ada apa-apa. Sasy mau ke Semarang. Ibu Kota Jawa Tengah. 

Namun Sasy tak tahu di sana ada apa. Paling hanya Lawang Sewu. Itu pun ia tak tahu. Pada intinya Sasy mau menjelajahi Jawa. Lalu meluncur ke Kediri. Sasy penasaran kira-kira bekas-bekas peninggalan kerajaan Daha dan Jenggala masih ada tidak ya? Aku mau tengok kesana! Begitu antusiasnya Sasy ini. Sasy mau ke Surabaya. 

Mau lihat patung Sura dan Baya. Mungkin itu saja di benaknya. Sasy belum tahu banyak. Tapi Sasy mau tahu banyak. Bisik-bisik tentang Malang, Sasy mau kesana. Itulah ujung tujuannya. Cintanya pada Jawa. Dan cintanya yang berada di sana. Sasy berakhir di Malang. Semoga nasib Sasy tak malang.

Sasy makin tak sabar berdebar tak karuan. Sasy ingin segera pergi dari kurungan rimba. Sasy bosan, di kampung benar-benar gersang. Sasy mau keluar. Sasy butuh kenalan. Dengan alam, tak sekedar melulu pepohanan yang selama ini di jajakan. Bukan ia tak cinta alam. Namun terlampau ketinggalan.

Sasy mendapati Ibunya sedang memotong sayur di depan televisi. Sasy langsung menghampiri manja Ibunya.

"Bu Ibu!"
"Hm?"
"Jadi kita ke Om?"
"Tunggu kabar Ayahmu"
"Jadi dong Bu..."
"Ya... tunggu dulu"
"Hmmm.. oke deh"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun