Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Calon Iparku Julid

2 Februari 2023   17:53 Diperbarui: 2 Februari 2023   17:56 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singkat cerita, aku pernah berkenalan dengan seorang lelaki beberapa bulan yang lalu dan kami begitu akrab. Namanya Bayu Perdana, dia bermaksud mencari seseorang yang mau serius ke pelaminan, sejauh ini para wanita hanya sekadar teman intim saja. Perform handsome dan baik hati menjadi rebutan para jomblo yang lagi mencari cinta. Bak durian runtuh, tiba hari yang ditunggu-tunggu, ia akan mengenaliku pada kedua orang tuanya. Rasa senang bukan main, menjadi bagian keluarga pemuda tampan lagi tajir.

Dia anak pertama dari enam bersaudara. Semua adik-adiknya perempuan. Dia lelaki satu-satunya kesayangan dan raja di rumahnya. Aku berpikir hidupku akan enak bila menjadi menantu anak lelaki semata wayang. Curahan kasih sayang untuk calon suamiku akan keciprat buatku juga.

Bahagia tak terkira menjadi pasangan raja, aku jadi ratu yang dimanja dan diperlakukan bak permaisuri. Duh! beruntungnya aku bersanding dengannya.

Aku euphoria, sambil bernyanyi-nyanyi kecil kegirangan.

"Tra la la ... trii lii lii ..." cempreng suaraku bernada sumbang.

Pasalnya, aku diajak kenalan sama calon mertua pertanda surprise.

"Idiihh, yang mau kenalan sama camer, kegirangan banget," goda kak Mita dari tadi. Namun, ku acuhkan kakak! 

"Sebeel deehh!"

"Kakak ... aku deg-degan nih, gimana caranya agar disayang mertua?" rengekku ke kakak tersayang.

"Gampang koq? tinggal pasang senyum aja, pasti beres," nyerocos kakak setengah nyengir kuda.

"Kalau masih gagal juga, makan mangga muda! Pasti ampuh, dengan jurus terakhir!" Kak Mita gegas berlalu sambil terkekeh-kekeh.

"Iihh, kakaak ... kaak?" jerit Nania merasa diledekin terus. Spontan tangan Nania mencubit kakak yang sedari tadi masih nge-prank.

"Awaas, ya! Kalau terjadi apa-apa pada adikmu. Itu pasti kesalahan kakak. Huufftt!" dengkusnya risau.

"Duhh ... aku salah tingkah ni, dadaku berdegup kencang, gak sabaran menunggu jemputan Bayu Perdana."

Nania bagaikan kerbau dicocok hidung. Apa yang dikatakan kakak, langsung di iyakan saja, sambil manggut manggut.

Ting tong..ting tong...!

"Assalamualaikum, Nania? Hello! Nania? Mas datang nih," panggil Bayu yang kelamaan berdiri di teras. Mondar mandir seperti gosoan dah! Pinginnya buru-buru ngenalin calon istri kepada keluarga besarnya.

Nania bangkit, berjalan setengah berlari menuju pintu. Dengan harapan sang calon suami menyunggingkan senyuman saat bertemu dengan kekasihnya.

"Sayang ... kita jalan sekarang yuks! nih, udah telat nanti mamaku mau ke kondangan lagi," ajak Mas Bayu, gerak cepat.

"Okey, lets go!" selorohku.

Sesampai di rumah Bayu, aku terkesima dengan suguhan tak biasa. Rumah gedung mewah dan berjejer pajangan mobildi halaman rumahnya. 

"Ini, dimana Bayu apakah ku bermimpi? Wah ... aku betul akan menjadi putri raja, disini. Ibu, anakmu beruntung! berkat doa ibu dan ayah. Bahagia rasanya sampai ku tersenyum dikulum," gumamku sembari bertanya-tanya dalam hati sambil bersorak kegirangan. 

"Wah, udah ditunggu dari tadi Non Nania, silahkan masuk aja," sapa Mbok Soinah ramah. 

Kemudian, aku diajak masuk oleh Mas Bayu. Sepanjang ruangan, aku berdecak kagum, ini rumah atau istana kahyangan? Rumah nan asri tertata apik dan penuh citarasa. Pesona taman sempat membuatku terhanyut oleh suasana romantis.

Namun, ternyata adik-adiknya nggak ada yang mau tersenyum padaku. Mulailah insecure hingga berbagai tanda tanya menyelimuti benakku.

"Hei! sok cantik! sok imut...hihiii

"Koq, seperti itu kakak ipar kita! nggak level banget? Macam nggak ada cewek lain, apa yah?" ejek adiknya yang sombong itu. Kampungan euuyyy? sinis mereka sambil cekikikan mengolok-ngolokku. 

Acara makan malam yang tadinya buat happy berubah menjadi ajang mempermalukan Nania hingga ia merasa terpukul dan buru-buru izin pulang. Sungguh mereka keluarga tak tau aturan memperlakukan tamunya.

"Nona sok cantik, beresin piring kotor dulu, baru boleh pulang ya?" titah salah satu adik Mas Bayu yang super cerewet itu. Kucoba ladeni dengan mencuci piring kotor sendirian.

"Waduuh! jujur ya? kalau di rumah gak pernah nyupir sebanyak itu. hiks, hiks." Tanganku terus menggosok piring dengan bola mata lembab.

"Mama ... dosa apakah yang telah anakmu lakukan?" gumamku dalam hati, serasa ada yang basah di kedua pipiku. Ku bilas dengan air keran untuk menutupi bulir-bulir yang saling beradu. Isakan tangis, buatku teringat Mama, Papa dan kak Mita.

Aku pura-pura berlagak pilon, seolah tidak bisa membaca keadaan. Akan tetapi hati ku sakit loh? Sepertinya kesan pertama membuatku terhempas dari ketinggian gunung tanpa perasut. 

"Dipermalukan itu berat, aku jelas tak sanggup Mas Bayu Perdana," jeritku dalam hati. Aku mohon maaf kita tidak berjodoh, hik hiks.

"Pantes aja, jauh jodohmu, mas! ternyata keluargamu mencari ART (asisten rumah tangga) bukan pasangan hidupmu. Kasian, kamu, mas?" gumamku nelangsa..

Dari pada tersiksa selamanya, mendingan aku mundur. Nania bukanlah tokoh di kisah jeritan hati wanita, ketika disiksa masih bisa tegar. Berbeda di chanel ikan terbang masih sanggup bertahan.

Aku tidak mau Mas, harus membuang waktu sia-sia bersama orang yang menyiksa perasaanku. Calon iparku terlalu julid, hingga seperti mempunyai banyak mertua. Di antara keraguan kuputuskan sepihak, memblokir kontak Mas Bayu baik sms atau teleponan.

Aku menceritakan pengalaman tersebut kepada ayah, ibu dan kak Mita. Mereka sangat setuju dengan sikapku membela diri. "Kita tidak kaya nak, tetapi tidak silau dengan kekayaan orang sampai harus mengorbankan harga diri, apalagi dihina seperti itu."

"Semoga Nania dapat jodoh yang sepadan dan bisa menghargai pribadinya," ungkap isi hati ibu, menguraikan harapan dan doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun