Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Majunya Teknologi Tanpa Pemahaman, Malah Memanipulasi Karakter dan Menghambat Potensi Diri

25 Juli 2021   13:29 Diperbarui: 27 Juli 2021   11:20 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kemajuan teknologi, namun malah memanipulasi karakter dan menghambat potensi diri | Foto: Scott Webb/Unplash

Sebagai wanita, tentu saya ingin mengikuti standar kecantikan, hingga mencari banyak informasi supaya mendapatkan standar kecantikan wanita pada umumnya. 

Dalam pencarian tersebut saya malah mendapatkan literatur (saya lupa judul buku dan artikelnya) yang menjelaskan mengapa ada standar kecantikan, kemudian mengapa standar kecantikan orang kulit putih di negara Barat dengan orang yang tinggal di negara tropis itu bisa berbeda.

Ternyata standar kecantikan tersebut ada hubungannya dengan perilaku kelas sosial. 

Sangatlah lumrah dan manusiawi ternyata, kalau manusia itu akan cenderung meng-copy apa yang dilakukan oleh orang kaya. Apalagi standar kesuksesan dan kemakmuran, serta kebahagiaan kita didunia ini berupa materi. 

Di negara Barat, dulunya yang merupakan orang kaya adalah orang berkulit putih. Hanya orang-orang kaya inilah yang mampu pergi ke luar negeri, salah satunya negara tropis. 

Kulit kecokelatan sehabis berkunjung ke negara tropis dianggap sebagai gengsinya orang kaya. Untuk itu, tidak aneh kalau orang Barat berkulit putih menginginkan warna kulit yang kecokelatan, bahkan menciptakan mesin tanning sebagai pengganti berjemur di negara tropis.

Berbeda dengan negara tropis, yang dulunya memiliki kecenderungan bekerja dibawah terik matahari. Sulit bagi orang yang tinggal di negara tropis untuk menghindari sinar matahari, kecuali berada didalam rumah saja. Tidak heran, kulit kita yang tinggal di negara tropis cenderung cokelat dan hitam.

Nah, biasanya yang seringkali berada di rumah saja, atau tidak terlalu bekerja banyak diluar rumah adalah orang kaya atau bisa juga para bangsawan. Dengan kurangnya terkena paparan sinar matahari, maka kulit para orang kaya negara tropis ini cenderung putih atau kuning langsat.

Jadi tidak heran, kalau ada stigma tentang standar kecantikan wanita haruslah berkulit putih atau kuning langsat, apalagi standar tersebut sudah didoktrin secara turun-temurun, ditambah dengan adanya iklan produk kecantikan yang membentuk mindset dan imajinasi bahwa cantik itu harus seperti ini.

Hal ini tidak terjadi di Indonesia saja, tapi terjadi di negara lainnya, termasuk negara Barat, cuma cara pandangnya berbeda dikarenakan perbedaan perilaku status sosial.

Dengan begitu, memang sebagai wanita Indonesia, kita perlu mendobrak standar kecantikan yang sudah lalu, karena zaman globalisasi ini sudah membuka mata dan pikiran kita bahwa masing-masing wanita memiliki kecantikannya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun