Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mungkin Anda Benar tentang Covid-19, tapi Pertimbangkanlah Sisi Lainnya

24 Juni 2021   11:38 Diperbarui: 24 Juni 2021   12:07 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lonjakkan kasus COVID 19 semakin mengkhawatirkan, jumlah pasien rumah sakit pun semakin hari semakin banyak, bahkan ada yang sampai belum mendapatkan ranjang, kehabisan tabung oksigen, dan sebagainya.

Saran untuk lockdown pun dianjurkan oleh para ahli penyakit menular. Namun pemerintah memiliki pertimbangan yang berbeda, PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) mikro menjadi pilihan untuk mencegah penularan COVID yang sepertinya semakin ganas. 

Disaat seperti ini pun, tidak sedikit orang yang kurang mempercayai keberadaan COVID. Tidak menyalahkan juga, karena mungkin apa yang mereka lihat disekitar, pengalaman adanya permainan "deteksi Covid" oleh rumah sakit, dan mungkin pengalaman lainnya, menjadi faktor pendorong rasa ketidakpercayaan pada adanya virus ini. 

Tapi mari kita pikirkan bersama-sama, dan mempertimbangkan akibatnya. 

Pemberlakuan lockdown

Mungkin Anda benar bahwa pemberlakuan lockdown bisa menekan angka laju penularan COVID. Namun, perlu dipikirkan juga dampak berikutnya dari sisi ekonomi dan sosial masyarakat.

PSBB (pembatasan sosial berskala besar) waktu lalu mengakibatkan kelumpuhan ekonomi di berbagai sektor, akibatnya banyak karyawan yang terkena PHK, dan para pengusaha, baik itu pengusaha besar hingga UMKM memiliki kesulitan perekonomian. Itu baru orang yang bekerja kantoran ataupun pertokoan. 

Belum lagi nasib para pedagang kecil yang bisa jadi mereka baru bisa makan di hari itu, kalau ada yang membeli dagangan mereka, keluarga mereka baru bisa makan. 

Ketika perputaran perekonomian kurang berjalan lancar, belum lagi pendistribusian bantuan pemerintah yang belum tentu tepat sasaran, tidak menutup kemungkinan masalah sosial akan terjadi. Banyak kriminalitas! 

Hal ini dipicu mereka yang merasa terdesak perekonomian perlu memberi makan keluarganya. Sudah terkena PHK, perekonomian carut-marut, bantuan pemerintah belum tentu didapat karena tidak dekat dengan pengurus daerahnya, sekolah anak perlu biaya besar, harga bahan pokok pun malah naik.

Apabila hal ini terjadi, bukankah negara kita malah timbul masalah baru lagi. Masalah kesehatan pun belum tentu teratasi, masalah perekonomian dan sosial sudah pasti ada. 

Untuk akibat panjangnya, saya rasa Anda yang berpendidikan lebih tinggi dan berpengetahuan lebih luas pasti mampu menjabarkan lebih detail akibat dari lockdown apabila diberlakukan di saat perekonomian negara masih belum stabil, dan perekonomian di masyarakat masihlah timpang. 

Bantuan dari masyarakat yang lebih mampu finansialnya tentu ada, tapi berapa lama mereka bisa membantu orang sekitar?

Konspirasi COVID

Bisa jadi Anda benar (bagi yang mempercayainya) bahwa COVID ini senjata biologis, COVID ini adalah sebuah konspirasi, dan sebagainya. 

Saya akui bahwa adanya virus COVID ini terdapat banyak rentetan peristiwa yang janggal. 

Dimulai dari perang dagang Amerika-China, banyaknya mata uang US yang "dibuang" oleh negara-negara berkembang dikarenakan kebijakan utang US dianggap merugikan negara mereka, kemudian adanya krisis di US, tidak lama kemudian muncul sang virus dari China, dan seterusnya. 

Tapi itu hanya perkiraan saja, yang saya sendiri belum bisa membuktikan kebenaran dugaan tersebut, karena tidak ada data valid yang bisa menguatkan. 

Andaikata itu benar, andaikata itu salah, yang pasti sekarang ini pemberitaan tentang COVID menjadi berita utama secara internasional.

Perlu kita sadari bahwa negara kita masihlah negara berkembang, dan lebih tepatnya negara yang memiliki banyak utang.

Sebagai pihak yang menerima utang, saya rasa tentu tidak bisa menentukan sikap dan kebijakan seenak-jidatnya, bisa jadi ada peraturan internasional atau negara yang memberikan piutang, yang mesti negara kita patuhi. Belum lagi negara kita, seperti negara lainnya, ikut dalam banyak organisasi dunia.

COVID yang sudah masuk sebagai penyakit pandemi, membuat organisasi kesehatan dan media menyoroti banyak negara dalam menangani COVID 19, termasuk Indonesia pun disoroti.

Jangan menyesal dulu tinggal di negara ini, karena hal ini terjadi di negara berkembang lainnya.

Mari kita pikirkan baik-baik, andaikata Anda dan teman-teman tidak melakukan protokol kesehatan dan masih sehat wal-afiat, banyak orang yang akhirnya tentu melihat dan turut mencontohnya, dan bisa jadi terbukti bahwa ternyata sehat wal-afiat. 

Oke, sampai di situ mungkin penilaian Anda bahwa COVID itu tidak ada, memanglah benar. 

Namun perlu kita pikirkan bersama-sama, ketika perilaku masyarakat yang tidak melakukan protokol kesehatan dan terekspos media asing, tidak menutup kemungkinan isu tentang COVID malah semakin merebak di negara kita, bahkan bisa jadi negara kita akan disalahkan secara internasional.

Saya berasumsi, tidak menutup kemungkinan "senjata biologis" akan semakin banyak "ditembakkan" agar semakin banyak korban, dan terindikasi bahwa COVID itu benar ada. 

Akibatnya negara kita wajib membeli vaksin dari negara luar semakin banyak. Negara pun harus menggelontorkan banyak dana bantuan pun kepada masyarakat yang terkena dampaknya. Tidak mungkin pemerintah kita diam saja melihat banyak korban yang bergelimpangan. Mau tidak mau negara kita akan kembali berutang untuk bisa menanggulangi COVID. 

Setelah COVID sudah ditanggulangi, negara kita tentu harus membayar utang. Bagaimana cara negara membayar utang? Tentu dari pajak masyarakat, mengharapkan kedatangan investor asing yang bisa jadi memberikan sejumlah peraturan supaya mereka mau masuk. Aturan ataupun kebijakan yang investor minta bisa jadi malah mempersempit lahan pekerjaan kita, sebagai warga negara Indonesia.

Walau katanya negara kita ini berlimpah kekayaan alam, tapi untuk pengeksporan produk kita ke luar negeri, saya perhatikan sangat kecil, dibandingkan impor. Mau tidak mau pendapatan negara untuk membayar utangnya tentu dengan pemberlakuan pajak. 

Ketika pemberlakuan pajak dilakukan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi ketimpangan perekonomian, masalah sosial akan terjadi lagi.

Tentu Anda bisa menebak apa yang akan terjadi berikutnya, pemberontakan masyarakat kepada pemerintah karena menganggap pemerintah tidak becus dalam menangani pandemi. 

Padahal kalau kita runutkan, perilaku tidak mematuhi protokol kesehatan lah yang memicu rentetan akibat yang akhirnya malah merugikan diri kita sendiri.

Ketika pemberontakan terjadi, lantas yang akhirnya susah siapa? Tentu kita semua, tanpa memandang etnis ataupun kelas sosial. 

Akan ada banyak korban jiwa ketika ada pemberontakan terjadi. Masih ingat kasus demonstrasi yang seringkali terjadi, kan? Ada penembakan, ada baku hantam, dan seterusnya.

Andai kita mendesak pemerintah untuk tidak mengikuti peraturan internasional, tentu Anda sendiri bisa menjawab, bagaimana nasib kita tanpa bantuan utang dari negara lain? Akankah kita menjadi lebih makmur? Belum tentu, malah bisa jadi semakin terpuruk.

Akan ada baiknya saat ini, patuhilah protokol kesehatan demi keamanan bersama, dari segi ekonomi, sosial dan kesehatan. 

Ada kalanya kita tidak perlu menunjukkan bahwa diri kita lebih pintar ataupun lebih hebat dari orang lain, akan tetapi pikirkanlah situasinya lebih panjang lagi, apa akibat dari perilaku kita untuk jangka waktu dalam beberapa tahun kemudian. 

Jangan sampai semakin banyak korban COVID, mari kita tingkatkan empati kita terhadap saudara kita. Coba kita bayangkan bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayangi atau kita kenal, pasti ngilu banget, bahkan sedih saja rasanya sudah sampai tidak bisa berkata-kata.

Jadi ketika Anda memberikan saran pemberlakuan lockdown ataupun mempercayai adanya konspirasi, mungkin Anda benar, tapi mohon dipertimbangkan lagi sisi-sisi lainnya secara keseluruhan.

Salam sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun