Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Minimalis yang Beracuan pada Kejawen dan Pancasila

4 Februari 2020   15:23 Diperbarui: 4 Februari 2020   15:36 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup minimalis | Foto chintai.net

Dalam hidup minimalis, saya merasa secara tidak langsung terdorong untuk berproduktivitas. Saya pun jauh lebih memiliki ide yang kreatif, karena konsentrasi saya tidak lagi melihat milik orang lain, akan tetapi lebih cenderung, saya bisa berbuat apa dalam hidup saya. Selain itu, saya juga menyingkirkan hal-hal yang saya anggap memberi toxic dalam diri saya, seperti pertemanan yang cuman datang kalau ada maunya, atau bergosip ria yang hanya menimbulkan benci dan sebagainya.

Hal ini lama-lama mencegah saya untuk berpikir negatif. Nah, sama seperti Kejawen, ketika saya berpuasa, mau tidak mau saya mesti mengendalikan hawa nafsu, apalagi rasa marah dan sebal. Lama-lama saya terbiasa untuk berpikir positif, dan malah terbiasa untuk memilah mana yang perlu saya pikirkan, dan mana yang saya biarkan apa adanya saja. Karena terkadang hal  yang kita anggap buruk, justru bisa jadi proses dari pembentukan karakater Tuhan dalam diri kita.

Meningkatkan produktivitas

Dari belajar Kejawen, akhirnya saya mulai banyak menikmati lagu-lagu daerah, dan tarian-tariannya, serta wayang. Dari sana saya baru memahami bahwa nenek moyang kita itu ternyata sangat cerdas dan dalam. Mereka bisa menciptakan lagu, tarian, serta budaya dan memiliki filosofi dari setiap karyanya.

Ada jiwa yang hidup dari seluruh karya-karya nenek moyang kita, jadi tidak asal bikin saja. Hal ini sejalan dengan hidup minimalis, dimana kita melakukan pekerjaan tidak hanya sekedar bekerja, akan tetapi dengan fokus dan kreatif, kita bisa lebih produktif, dan memberikan kepuasan tersendiri bagi kita, ketika seluruh jiwa dan pemikiran kita dituangkan dalam pekerjaan, dan dihargai hasilnya.

Dari sinilah saya baru menyadari hubungan Kejawen dan moralitas. Ternyata sejalan dengan hidup minimalis yang saya sedang saya jalani. 

# Pancasila

Tentu ini adalah ideologi negara, yang ternyata tidak negara saja yang bisa mengimplementasikan Pancasila ini, akan tetapi diri kita juga bisa. Bahkan seharusnya ideologi negara ini sepertinya lebih bagus diawali dari diri kita sendiri, dengan begitu baru bisa mengaplikasikannya kepada negara.

Disaat lagi kecewa-kecewanya dengan pemerintahan sekarang, saya mendengarkan pemimpin yang baik menurut Sultan HB X adalah pemimpin yang mengenal Roh Pancasila. Saya pun tertarik pada pernyataan Sudjiwo Tedjo dan Rocky Gerung tentang Pancasila dinegara ini sama sekali tidak ada, karena kalau benar ada negara ini sudah makmur dan rakyat aman dari dulu. Benang merah yang saya dapatkan adalah dengan adanya Pancasila ini mengatur tentang moralitas bangsa kita. Seharusnya dalam Pancasila ini, moralitas sebagai acuan, bukan melihat materi sebagai acuan hidup.

Saya awalnya tidak mengerti, tapi mendapatkan pencerahan dari guru saya, yang ceritanya sedang berbagi cerita pengalamannya di Wihara. Beliau sempat menceritakan adanya Pancasila Buddhis, yang isinya tidak boleh membunuh, tidak boleh berbuat asusila, tidak boleh berbohong, tidak boleh meminta yang bukan milik, dan tidak boleh makan atau minum yang bisa menurunkan kesadaran. Pancasila Buddhis ini mengatur moralitas kita dan cara kita berelasi dengan orang lain. Sila sendiri berarti asas atau prinsip hidup, yang kalau bisa tidak boleh dilanggar.

Saya pun menghubungkannya dengan sila-sila dalam Pancasila yang menjadi ideologi negara kita. Dan saya pun tiba-tiba teringat pada salah satu pernyataan Cak Nun dalam ceramahnya, bahwa hanya negara kita yang rakyatnya miskin dan masih bodoh, tapi masih bisa tertawa dengan begitu bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun