Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemerintah, Tolong Jalinlah Komunikasi yang Baik dengan Masyarakat

27 September 2019   12:44 Diperbarui: 27 September 2019   15:12 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Justru  harusnya aparat kepolisian bertanya pada para anggota dewan yang terhormat, mengapa aspirasi kami tidak didengar sedari awal? Mengapa sulit sekali untuk mahasiswa dan masyarakat menemui dan menghubungi orang-orang yang menyatakan diri sebagai wakil rakyat? Kalau tidak mau terjadi demonstrasi, dan sebagainya, seharusnya pemerintah mencontoh Pak Ganjar Pranowo, yang dengan berani menghadapi langsung para mahasiswa, mendengarkan mereka dan meredam aksi mereka sebelum terjadi kericuhan yang lebih besar dan akhirnya malah benar-benar bisa ditunggangi oleh orang lain, kalau itu memang benar. 

Bukan sibuk memberikan pernyataan di konferensi pers, kemudian mengatai mahasiswa bodoh, setelah itu sibuk dengan informasi dan pikiran penunggangan.

Masa menunggu ada demonstrasi dulu, baru kemudian ada respon dari pemerintah? Disusul dengan sanksi-sanksi dan penangkapan lagi. Buktikan pada kami, bahwa negara ini benar berdemokrasi. Kalau ideologi negara ini sudah berubah, beritahu kami. 

Bagaimana masyarakat bisa ikut beraksi damai, kalau pemerintah dan aparatnya sendiri tidak menunjukkan itikad berdamai dengan masyarakat? Hukuman dan menyalahkan pihak lain tidak menjadi satu-satunya jalan membuat negara ini terlihat tegas.

Kalau boleh saran, carilah pendekatan yang lebih manusiawi agar pihak lain yang memiliki potensi menjadi penunggang tidak memanfaatkan kesempatan.

Tadinya sudah damai, kok, malah ujung-ujungnya membuat pernyataan ancaman sanksi-sanksi dan ada aksi tangkap-menangkap. Hal ini menunjukkan pemerintah tidak mau diajak berunding. Istilahnya jadi seperti ini, "oke kita berunding, tapi hati-hati ya, akan ada sanksi dan siap-siap ditangkap ya."


Mohon maaf bila tulisan saya cenderung kasar, dan lebih seperti curahan hati. Ini saya tulis berdasarkan hati nurani saya, tidak ada yang tunggang-menunggang dalam tulisan ini. Murni dari hati nurani yang merasa kesal sekali pada sikap pemerintah yang terkesan tarik ulur, demokrasi tapi ujung-ujungnya otoriter.

Dan sama sekali tidak ada bertujuan untuk mengajak melawan pemerintah yang aktif. Saya hanya berharap pemerintah lebih merangkul masyarakat dan memakai metode yang lebih manusiawi dalam menjaga negara ini tetap sesuai aturan dan berdemokrasi. Tidak melulu menyalahkan pihak lain, pemberian sanksi dan tangkap-menangkap itu bisa efektif, menurut saya.

Lihat saja yang dimuat di media, yang bermasalah terus saja ada, yang demonstrasi masih saja ada, kerusuhan pun masih saja ada, pelecehan terhadap lembaga negara ataupun presiden tetap saja ada. Berarti sistem menyalahkan pihak lain, pemberian sanksi dan tangkap-menangkap, kemudian konferensi pers untuk menarik simpati itu tidak efektif, gantilah dengan cara yang lebih enak dilihat. Dialog, edukasi kalau dianggap tidak paham, atau hal lainnya yang lebih menunjukkan bahwa negara ini memang berdemokrasi, jalinlah komunikasi yang baik pada kami. 

Rangkullah kami dari Sabang sampai Merauke dengan sistem komunikasi yang tersampaikan dengan jelas dan tidak berputar-putar, jangan beri kesempatan para penunggang main kuda-kudaan di negara kita.

Pemerintahan dan masyarakat dalam satu negara, sepahaman saya, tidak bisa berdiri sendiri. Kita saling membutuhkan, kita saling membantu, dan kita berjalan bersama menuju negara yang maju. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun