Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Mencari Ilmu sebagai Orangtua bagi Pasangan Muda

2 Juni 2019   23:06 Diperbarui: 4 Juni 2019   21:19 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sedang membaca buku dengan orangtua (Sumber ilustrasi: vix.com)

Itu berlangsung terus, sampai dia akhirnya paham bahwa dengan menangis, ia tidak akan mendapat apa-apa, hanya lelah di kerongkongan saja. Tentu orang tuanya ikut bekerja sama, dan melatihnya di rumahnya, sampai suatu hari ini yang saya kaget, ia bisa bilang ke temannya yang menangis bahwa menangis tidak akan dapat apa-apa, harus ngomong baik-baik, dan harus sabar saja, nanti pasti dapat giliran. Ketika mendengar hal tersebut saya rasanya mau tertawa senang. 

H ini termasuk anak yang pintar dalam bidang audio visual, dan memiliki kelemahan dibidang kinestetik. Ia lebih senang duduk bercerita dan mendengarkan cerita, daripada harus lari ataupun manjat layaknya anak laki-laki, bahkan ia sangat takut kalau harus bergerak aktif. 

H tipe anak yang sangat hati-hati. Orangtuanya cukup concern dengan perilaku dia yang sangat tenang. Saya sebenarnya tidak bisa memaksa H untuk aktif bergerak, karena masing-masing anak memiliki kepandaian yang berbeda.

Namun, karena tuntutan, saya mengajak murid-murid saya semuanya untuk ikut bergerak, agar H tertular untuk lebih berani dalam bergerak. Mereka sangat senang dan riang aktif, bahkan H juga semakin lama setelah beberapa minggu (untuk anak masa golden age biasanya sangat cepat terpengaruh dan beradaptasi), sudah jauh lebih berani dalam beraktivitas seperti memanjat dan sebagainya.

Semua olahraga tersebut masih aman untuk anak-anak, dan kebetulan saya sudah bisa mengendalikan semua murid saya, sehingga mereka tidak akan melakukan hal yang membangkang peraturan yang sudah saya buat, tanpa saya minta. Mungkin di alam bawah sadar mereka, sudah merasakan bahwa saya sangat menyayangi mereka seperti anak saya sendiri, sehingga mereka sangat mematuhi aturan yang sudah saya buat. 

Orangtuanya sendiri juga sama bekerja sama di rumahnya agar H lebih aktif bergerak tanpa harus dipaksa. Karena ketika anak merasa dipaksa, diluar dari bidang kemampuannya, secara tidak sadar anak akan merasa tertekan, dan itu bisa berdampak pada psikologi sang anak, yang merasa tidak berbakat, tidak mampu dan sebagainya. Karena orangtua menuntut keberhasilan anak diluar dari bakat sang Anak sebenarnya.


Case ke 3, ini adalah anak kebanggaan saya sebenarnya, sebut saja L, dan ia seorang anak perempuan. Sangat amat bandel, dan sangat susah untuk dicintai. Kalau ada dia, pasti ada saja temannya yang dipukuli atau dicubit, bahkan ada yang dicakar olehnya. Saya dulu sangat membenci anak ini, karena L selalu membuat saya harus berurusan dengan orangtua murid yang anaknya dibully olehnya.

Belum lagi sangat sulit dinasihati, bahkan saat kita sedang menasihatinya, L bisa tiba-tiba menyanyi dan menari. Senewen sekali rasanya. Penampilannya pun sangat berantakan sekali, benar-benar seperti anak yang kurang diurus, bahkan cara ia makan pun, hmm... benar-benar seperti tidak pernah diberi makan, urakan dan sangat tidak teratur. Saya selalu ditegur oleh mentor saya karena terlihat sekali rasa pilih kasih saya terhadap dia.

Sampai suatu hari, mbak-nya bercerita kalau L ini dulunya anak yang manis sebenarnya, hanya saja sering dipukuli oleh teman-teman di sekitarnya, maka dia sekarang menjadi anak yang membentengi diri, bahkan sepertinya sudah punya prinsip lebih baik menyakiti dulu daripada disakiti. L ini padahal masih berumur 3 tahun.

Rasa simpati mulai ada, kemudian saya menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengobrol dengan mbak-nya kalau sudah selesai sekolah, dari sana saya baru tahu, bahwa ia mendapatkan perlakuan yang beda oleh mamanya.

L memiliki seorang kakak laki-laki, dan kakaknya ini sangat disayang dan dimanja oleh mamanya. Sedangkan L lebih ke arah suka dimarahi, tidak digubris dan tidak disentuh oleh mamanya. Bahkan kalau L sudah mau tidur sama mamanya, pasti diusir, beda dengan kakaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun