Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Mencari Ilmu sebagai Orangtua bagi Pasangan Muda

2 Juni 2019   23:06 Diperbarui: 4 Juni 2019   21:19 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sedang membaca buku dengan orangtua (Sumber ilustrasi: vix.com)

Sebelum kelas, kami, para guru akan selalu di briefing untuk pola pengajaran seperti itu, dan selesai kelas, kami selalu di training cara menangani anak dan mengajar anak yang benar dan baik.

Tenang, itulah salah satu kunci yang harus kami miliki sebagai guru.

Case pertama,  sebut saja anaknya G, ia seorang anak laki-laki, dan hanya berbicara dalam bahasa Inggris saja. Ia memiliki seorang adik perempuan, yang bahasa Indonesianya jauh lebih fasih, karena ada suster yang mengajari sangadik.

Si G ini anak yang pendiam dan lebih senang berbicara dengan benda-benda mati di sekitarnya dalam bahasa Inggris, misalkan meja, bangku ataupun tong sampah. Dan saya sangat kaget sekali. Kalau saya ajak bicara dalam bahasa Inggris pun, G akan menjawab seperti mengkhayal, ia bercerita tentang Choo Choo Train, dan ternyata itu adalah film kegemarannya.

Mama papanya paling rajin bandingin si G dan adiknya, adiknya selalu lebih baik daripada si G, tapi memang adiknya jauh lebih interaktif dibandingkan si G. 

Kompensasinya si G sangat cuek terhadap lingkungannya, karena merasa tidak ada teman, dan jujur saja, dia menjadi tidak percaya diri, semua yang dia lakukan selalu dia bilang "I can't do it". 


Saya sangat kasihan terhadap si G, sudah dibandingkan dengan sang adik, dia juga tidak punya teman yang bisa diajak bicara, karena rata-rata teman lainnya itu lebih fasih berbahasa Indonesia. 

Saya berkonsultasi dengan mentor saya, dan mentor saya ikut turun tangan dalam menangani G. Pertama, saya diminta mentor saya untuk mencari tahu kebiasaan G dan orangtuanya di rumah.

Selidik punya selidik, ternyata orangtuanya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, jadi bila G ingin mengobrol dengan mereka, mereka akan langsung memberikan tontonan kegemarannya di Ipad, dan itu bisa berlangsung seharian. Kemudian memang di rumahnya, adiknya G lebih diperhatikan, mungkin karena lebih kecil daripada G, G lebih senang diam saja, bengong dan menonton ketika di rumah.

Kalau adiknya sudah menghampiri G, G pasti tidak suka, mungkin karena merasa tersaingi, kalau sudah menunjukkan rasa tidak suka, G akan dimarahi oleh orangtuanya. Tidak salah G juga menjadi anak yang tidak berekspresi, kecuali sedang senang.

Yap, dari sana cluenya sudah dapat. Rasa kesepian dan mungkin rasa dikucilkan. Saya semakin kasihan melihat G, dari situ saya dibimbing mentor saya untuk selalu menemaninya mengobrol. Bahkan kalau saya sudah menemani G mengobrol, mentor saya akan turun tangan mengajar murid-murid saya, agar saya bisa fokus menemani G.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun