Mohon tunggu...
Najwah Ap
Najwah Ap Mohon Tunggu... Penulis - Mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Pelajar penyuka sastra dan bahasa asing.

Penyuka musik barat, kpopers dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembalasan | Bagian 2

15 Maret 2020   14:31 Diperbarui: 15 Maret 2020   14:29 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

    "Oh, ternyata bu guru gak sadar, ya?" Gumamnya dengan tawa renyah. 

    Inilah pentingnya membaca karakter muridmu sendiri. Kau tak tahu bukan ibu guru, bahwa muridmu ini adalah salah satu dari para "orang gila" itu? 

***

     Depresi lagi, itulah penggambaran singkatnya. Seharusnya, anak itu pergi ke psikolog walau hanya sekali-dua kali. Ia itu benar-benar terkena gangguan sepertinya, ya? Setiap kali merasa tertekan, pasti hasrat bunuh diri itu muncul. Rasa tak dihargai dan tak dibutuhkan itu pun otomatis ikut muncul. Jika kuhitung, ini kali kedua dia berusaha menyayat nadinya sendiri. 

     Sekarang, terhitung tiga tahun sudah sejak semua penderitaan itu berakhir. Kini, dirinya sudah berubah, perasaannya juga sudah berubah. Ya, tanpa kita sadari, banyak orang disekitar kita yang berubah, bukan? Hanya saja, kadang perubahan itu tersimpan begitu rapih, sampai-sampai kita tak mencium baunya sedikit pun. 

     Kasus perundungan itu sudah berakhir, tak pernah diungkit maupun dibongkar kembali. Tetapi, sekalipun kasusnya sudah berakhir sejak lama, trauma itu menjalar seumur hidup. Contohnya seperti saat ini, setiap kali menghadapi tekanan, gadis itu akan merasakan perasaan tak diinginkan yang berlebihan. Tekanan sekecil apapaun itu, mentalnya pasti akan ikut terguncang. 

     "Mengapa tak cerita ke orang tuamu? " atau "mengapa tak berbagi cerita ke sahabatmu?" begitu bukan yang ada dipikiran kalian? 

     Si gadis itu sudah pernah mencoba memancing cerita tentang depresi kepada orang tuanya, dan hasilnya? Orang tuanya itu acuh dan malah berkata "kan gak harus bunuh diri kali, lebay banget". Cerita ke sahabat? Tak acuh sekali balasannya. Dia kira si gadis sedang becanda, ya? Kau pikir nyawa itu candaan, ya? Aku sungguh tak menyangka.  

     Kini, kasusnya akan kusimpulkan. 

1. Jangan pikir karena tampang polos dan sifat pendiamnya, seseorang itu benar-benar baik dan waras tentunya. 

2. Sesungguhnya, para kriminal adalah orang-orang yang tak pernah dianggap berbahaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun