Masa bayi, yaitu usia 0–2 tahun, merupakan fase paling fundamental dalam kehidupan manusia. Pada periode ini, pertumbuhan otak dan tubuh berkembang sangat cepat, serta menjadi landasan bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif di masa depan. Psikologi perkembangan menganggap masa ini sebagai periode sensitif karena bayi sangat responsif terhadap lingkungan. Namun, di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, bayi kini tumbuh dalam situasi yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Gadget, media digital, dan perubahan pola asuh memberi dampak yang signifikan terhadap pola perkembangan bayi. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami konsep perkembangan bayi secara ilmiah dan mengaitkannya dengan kondisi saat ini.
Konsep Perkembangan Bayi
Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2009), perkembangan bayi terbagi dalam tiga aspek utama yang saling berkaitan, yaitu:
1. Perkembangan Fisik dan Motorik
Pada masa ini, bayi mengalami pertumbuhan yang cepat. Perkembangan motorik dimulai dari gerakan kasar seperti tengkurap, duduk, hingga berjalan, kemudian dilanjutkan dengan gerakan halus seperti meraih dan menggenggam benda. Adolph dan Hoch (2019) menjelaskan bahwa lingkungan yang mendukung eksplorasi motorik bayi dapat mempercepat kemampuan koordinasi gerak serta rasa percaya diri anak.
2. Perkembangan Kognitif
Piaget menyebut masa bayi sebagai tahap sensorimotor, di mana bayi belajar melalui aktivitas fisik dan pengalaman langsung. Pada tahap ini, bayi mulai mengenali hubungan sebab-akibat, mengembangkan ingatan jangka pendek, dan mulai membentuk pemahaman awal terhadap objek dan bahasa. Meltzoff dan Brooks (2008) juga menemukan bahwa bayi sudah menunjukkan kemampuan memahami ekspresi wajah dan arah pandang, menandakan adanya pemrosesan sosial-kognitif sejak usia dini.
3. Perkembangan Sosial dan Emosional
Kedekatan emosional dengan orang tua atau pengasuh utama sangat berperan dalam perkembangan kepribadian bayi. Bowlby (1969) menyatakan bahwa secure attachment yang terbentuk sejak bayi akan berdampak besar terhadap kepercayaan diri dan stabilitas emosi anak di masa mendatang. Bayi yang memiliki ikatan emosional yang kuat cenderung tumbuh menjadi individu yang empatik, mandiri, dan mudah bersosialisasi.
Kondisi Saat Ini: Tantangan Era Digital terhadap Perkembangan Bayi