Mohon tunggu...
Fauzan Linka
Fauzan Linka Mohon Tunggu... Sales - Pelajar

Bisa Karena Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Enak Jadi Realistis atau Idealis? Cara Adil dengan Diri Sendiri

28 Maret 2020   18:31 Diperbarui: 28 Maret 2020   18:49 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bejo merenung dalam kamar kostnya, kejadian tadi malam begitu mencekam diotaknya, hari masih terlihat begitu petang, namun sudah ada beberapa orang yang mulai megawali hari dengan energi baru. Bejo bingung dengan keadaan sat ini, selain sudah masuk semester 8, dia juga merasa belum menemukan apa passionnya, apa tujuannya dan kemana dia harus melangkah baik sekarang atau setelah lulus nanti.

"The purposes of life setiap individu itu beda, kenapa masih banyak yang memaksakan untuk sama, tidak, sekali tidak, aku tidak mau terperangah dengan mimpi orang". Bejo berkata dalam hatinya dengan perasaan murung.

Bejo mencoba menenangkan dirinya dan melupakan kejadian itu dengan keluar kamar kostnya, terlihat di sebelah kamar Bejo, Zidni begitu semangat mengawali hari, ia berencana hunting ke studio Gamplong, salah satu wisata di Yogyakarta.

"Wah, Schedule kamu kemana nih Zid, masih petang gini sudah siap siap aja"?. Kalimat pembuka Bejo dengan nada penasaran.

"Mau ke Studio Gamplong Jo, ikutan yo". Sahut Zidni

"Wah asyik nih, penasaran juga dengan tempatnya, tapi nanti Faris mau main kesini Zid".

*****

"Btw, emang kamu merasakan enjoy gitu, jalanin hobbimu sekarang jadi fotogarafer, suka hunting dari satu tempat ke tempat yang lain, itukan pasti mengorbankan waktu, tenaga dan biaya Zid". Tanya Bejo pada Zidni.

Zidni menjeda untuk menjawabnya.

"Sebeneranya iya, tapi aku justru merasa waktuku sia sia dan ada yang kurang jika tidak memuaskan idealisku, itulah kebahagiaan Jo, salah satu hal yang gak bisa diuangkan. Dan simplifikasinya ukuran kebahagiaan orang tidak bisa disamaratakan." Ucap Zidni sambil menyiapkan perlengkapan huntingnya.

"Oke Zid, mungkin kapan kapan bisa kita lanjutkan obrolannya, ditunggu cekrekan-cekrekan berkesannya."Respon Bejo sambil berjalan kearah kamarnya.

******

Setelah mondar mandir sambil baca buku, Faris yang ditunggupun akhirnya datang ke kost Bejo yang hanya berjarak 900 M dari tempat tinggal Faris.

"Apa kabar nih Jo, lama tak jumpa, pastinya banyak cerita yang siap menggema, bukan ?". Tanya Faris dengan antusias kepada Bejo.

"Alhamdulillah, Ku tidak hanya sehat, tapi juga alfiyat,untuk cerita kamu siap berapa jam mendengarkan Ris?". Respon cepat Bejo kepada teman lamanya, Faris.

"Ris, btw kamu dulukan punya bakat gambar sketsa, kenapa sekarang sepertinya kamu udah fakum". Tanya Bejo sembari menghidangkan minuman kepada tamunya.

"Gimana aku gak fakum, la aku sering bikin karya, tapi ya hasilnya belum bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari hari Jo, lama-kelamaan aku insecure donk. Hidup inikan butuh modal, basicly untuk makanlah". Ucap Faris dengan nada menyeringai.

"Terus, kamu tinggalin tuh hobbi". Bejo mencecar Faris.

Faris tidak segera menjawab, dia meraih gelas yang dihidangkan Bejo lalu meminumnya.

"Kalau 100% gak bisa ninggalin hobby kita Jo, cuman porsinya yang dikurangin, walau aku tahu saat itu aku benar benar kena dampak upward social comparison, masa dimana aku sering bandingin diriku dengan orang lain, terutama soal pencapaianku dan orang lain, misalnya teman-temanku sudah bisa hidup mandiri bahkan ada yang sudah bisa memberi uang untuk orang tuanya, sedangkan aku ?".

"Wah, emang kenapa kamu tinggalkan, bukankah itu bagian dari idealismu, kenapa kamu gak kejar, aku percaya kamu punya mimpi untuk diraih dan benar benar bisa berbuat lebih dengan kemampuanmu dan kesukaan kamu waktu itu". Ucap Bejo dengan nada meyakinkan.

"That's right, tapi seiring berjalannya setatus pelajar idealis itu akan pudar Jo, pada akhirnya yang kita nantikan akan lebur oleh bosan, yang kita mimpikan akan hanyut oleh keadaan, yang terpaksa akan jadi terbiasa dan yang istimewa akan jadi biasa saja". Faris tersenyum kecil.

"So, sebenarnya aku ada keinginan melanjutkan impianku untuk bikin novel, tapi kemarin aku kumpul sama teman-teman kampus Ris, mereka tidak menghalangi, namun memberi pertimbangan kalau mau jadi penulis itu effortnya harus powerfull, JK Rowling penulis Harry Potters aja ketolak berkali-kali draftnya, apalagi aku, iya gak sih?". Ucap Bejo dengan nada pesimis.

"Ya berhenti aja Jo, tidak usah lanjutkan".

"Hah, maksudnya kamu suruh aku berhenti menulis".

"Iya Jo".

"Kenapa Ris, apa karena itu memang susah dan impossible dengan keadaanku sekarang".

"Bukan, kubur mimpimu dan ikutlah realistis bersama keadaan, jika kamu tidak ingin membuat perubahan, tapi kejar dan raihlah impian, jika kamu yakin dengan harapan".

"Bagaimanapun juga, realistis dan idealis itu emang selalu berjalan bareng, namun akan susah untuk menemukan titik tengah atau membuatnya seimbang Jo".

"Terus Ris" ?

"Cara terbaik, realistis lah dengan keadaan kita sekarang, namun jangan tinggalkan idealis, selama mimpi kita belum tercapai (idealis) tetaplah berikan porsi yang besar pada realistis. Namun kalau kamu sudah mulai menemukan titik terang soal apa kesukaanmu, apa passionmu dan kamu nyaman, apalagi kamu dapat reward dari kemampuanmu sebagai penulis. So, automatis, realistis akan ikut sendiri dan bahkan".

"Bahkan apa Ris" ?

"Realistismu itulah idealis".

"Lalu, kenapa itu gak kau terapkan" ?

"Belum, itu tadi teorinya, jalaninnya kita punya cara yang beda Jo".

Keadaan semakin hening dan hanya ada suara kipas angin yang berada menempel di dinding.

"Oh ya, Zidni mana Jo." Faris coba mencairkan keadaan

"Dia masih mengejar idealisnya dengan caranya Ris".

"Dia punya jalan yang beda dengan kita Ris". Respon cepat Bejo yang mencoba menerapkan apa yang dimaksud dari obrolannya dengan Faris baru saja.

"Ha ha ha ketawa bareng, bisa saja kamu Jo" Balas Faris sambil ketawa.

Chapter 2

Tunggu Chapter Selanjutnya.

Ini adalah cerpen series yang akan membahas mengenai self-impovement dan tema-tema yang sering dialami remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun