Mohon tunggu...
Naila Jihan Syakira
Naila Jihan Syakira Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa S1 program studi statistika Universitas Airlangga yang saat ini berdomisili di Surabaya. Hobi saya adalah bermain badminton dan sesekali menghibur diri dengan traveling

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Kehadiran Desain Rumah Minimalis yang Berdampak kepada Industri Kayu Ukir

5 Januari 2025   17:00 Diperbarui: 5 Januari 2025   15:27 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain Rumah Minimalis (sumber: blog mitra 10)

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa 25,87% dari penduduk Indonesia merupakan generasi milenial. Strauss & Howe mendefinisikan Generasi milenial sebagai sekelompok individu dengan rentang waktu kelahiran antara 1982 hingga 1996 yang saat ini diperkirakan berusia 42-28 tahun. Dengan usia yang sudah mampu untuk berkeluarga, generasi ini memutuskan untuk membuat rumah untuk mencukupi kebutuhan papannya. Namun banyak aspek yang diperhatikan oleh generasi milenial sebelum memiliki rumah pertamanya. Salah satunya adalah aspek visual atau desain rumah itu sendiri.

Akhir-akhir ini, desain rumah minimalis sedang banyak digandrungi oleh generasi milenial. Arsitektur minimalis ini merupakan turunan dari teori yang dikemukakan oleh Walter Gropius, pelopor Internasional pada sekitar tahun 1930 yang menekankan pada fungsionalisme. Tema rumah minimalis yang mengedepankan kesederhanaan, kerapian dan fungsionalitas ini sangat bertentangan dengan karakteristik furnitur ukiran yang sering ditemui di rumah orang tua kita zaman dahulu. Furnitur masih dijumpai di beberapa rumah adalah lemari kayu, meja jati, dipan atau alas kasur, kursi tamu, lemari hias dan lain sebagainya.

Tidak bisa terbantahkan bahwa keberadaan furnitur ukir masih banyak dijumpai di sekitar kita, namun beberapa tahun belakangan ini minat masyarakat terhadap furnitur ukir semakin berkurang. Perubahan selera desain masyarakat milenial yang lebih condong ke gaya minimalis menjadi pendorong utama kemunduran industri kayu ukir. Hal ini menyebabkan berbagai dampak yang diterima industri kayu ukir di Indonesia, terutama pada pengrajin ukir itu sendiri.

Pemahaman Arsitektur Minimalis

Minimalis adalah sebuah gerakan dalam seni dan desain yang hanya menonjolkan elemen-elemen esensial saja. Budaya serta arsitektur tradisional Jepang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan gerakan ini. Filosofi "Less is more" menjadi dasar pendekatan yang menghasilkan struktur yang sederhana namun elegan dalam karya arsitektur.

Minat Generasi Milenial Terhadap Rumah Minimalis

Konsep arsitektur minimalis sebenarnya pernah booming di era 80-an, namun ketika kembali ter aplikasi di abad ke-21 sudah banyak dimodernisasi dengan beberapa penambahan. Generasi milenial masa kini cenderung menyukai hal-hal yang lebih sederhana dan trendy. Oleh karena itu, desain minimalis menawarkan kesan sederhana, fungsional, dan estetis, sesuai dengan kebutuhan generasi ini. Warna-warna netral seperti Earth Tone menjadi pilihan favorit dan populer. Generasi milenial memiliki karakteristik plain joes atau menyukai kesederhanaan, tertarik kepada hal-hal yang tidak mencolok, dan memenuhi standar efisiensi dan kebutuhan.

Pilihan untuk memiliki rumah minimalis bukan hanya didorong oleh gaya hidup, tetapi juga oleh kondisi ekonomi. Berdasarkan penelitian, pendapatan generasi milenial rata-rata 20 persen lebih rendah dibandingkan orang tua mereka. Dengan keterbatasan penghasilan, rumah minimalis menjadi solusi yang paling realistis. Selain itu, kebanyakan milenial juga memiliki waktu yang terbatas untuk merawat rumah, sehingga konsep minimalis semakin sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dampak Terhadap Industri Kayu Ukir

Berkurangnya minat generasi milenial terhadap gaya rumah lama yang konvensional membuat industri kayu ukir merasakan dampaknya. Pihak yang paling merasakannya adalah pengrajin ukir itu sendiri. Banyak pengrajin yang kesulitan bersaing di pasar modern, sehingga profesi pengukir dianggap kurang menjanjikan. Pada 2015, terjadi penurunan jumlah perajin ukir menjadi 75.603 dari 143.538 (53%) jiwa. turunnya minat untuk menjadi pengrajin ukir disebabkan karena semakin mahalnya harga produksi dan proses pemasaran yang susah.

Banyak pemuda kini mulai meninggalkan profesi sebagai pengukir dan beralih ke pekerjaan lain, salah satunya bekerja di pabrik. Salah satu alasan utama yang mendorong mereka memilih pekerjaan di pabrik adalah karena pendapatannya lebih stabil dan terjamin.

KESIMPULAN

Minat generasi milenial terhadap desain rumah minimalis mencerminkan perubahan gaya hidup yang lebih praktis, modern, dan sederhana. Persepsi ini memberi dampak signifikan pada industri kayu ukir. Tren minimalis yang mengutamakan kesederhanaan dan efisiensi membuat permintaan terhadap ukiran kayu tradisional yang dikenal dengan detail rumitnya menurun. Hal ini membuat banyak pengrajin ukir meninggalkan pekerjaannya dan beralih ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun