Bisa saja akan muncul: Kesepakatan tidak langsung antara Iran dan Israel melalui pihak ketiga seperti Oman atau Qatar. Tekanan internasional terhadap Iran agar mengendalikan Hizbullah dan Houthi.
Kompensasi keamanan bagi Israel dari AS untuk tidak melakukan serangan besar terhadap fasilitas nuklir Iran.
Kesimpulan: Konflik diredam sementara, tapi bukan diselesaikan. Status quo tetap rapuh.
3. Perang Regional dan Intervensi Global (Kemungkinan Rendah, Dampak Besar)
Ehud Yaari, analis dari Washington Institute, mengingatkan skenario terburuk: Israel menyerang fasilitas nuklir Iran secara terbuka dan Iran membalas dengan menghujani Tel Aviv dengan rudal dari berbagai front. Hizbullah masuk ke perbatasan Israel utara. Milisi Irak menyerang pangkalan AS di Timur Tengah. Pasar minyak global terguncang.
AS kemungkinan tidak punya pilihan selain turut campur langsung, meski dengan risiko besar.
Kesimpulan: Perang skala penuh. Dunia terdorong pada resesi global. Namun tekanan global bisa memaksa gencatan senjata cepat.
Faktor-Faktor Penentu Arah Konflik
- Pemilu AS 2024: Hasil pemilu akan menentukan arah kebijakan luar negeri Amerika terhadap Israel dan Iran.
- Kemajuan Program Nuklir Iran: Jika Iran mendekati ambang senjata nuklir, Israel bisa mengambil langkah militer pre-emptive.
- Kekuatan Internal: Protes politik di Iran dan perpecahan politik di Israel bisa memengaruhi keputusan perang atau damai.
- Keterlibatan Negara Teluk: Arab Saudi dan UEA mungkin bisa berperan sebagai penyeimbang atau malah menambah kompleksitas.
Dunia Tidak Siap untuk Perang Besar
Apa pun skenarionya, satu hal jelas: tidak ada pihak yang akan benar-benar menang dari perang ini. Dunia sudah cukup lelah dengan perang di Ukraina, ketegangan di Taiwan, serta dampak perubahan iklim dan ekonomi pasca-pandemi.
Konflik Iran-Israel bukan hanya soal dua negara. Ini adalah cermin ketegangan peradaban, persaingan ideologi, dan kegagalan sistem internasional dalam membangun tatanan dunia yang adil.
Penutup: Damai Masih Mungkin, Tapi Perlu Keberanian
Perang tidak pernah terjadi karena tak ada jalan keluar. Perang terjadi karena para pemimpin memilih jalan pintas atas nama kehormatan atau keamanan. Damai, sebaliknya, adalah pilihan berat yang memerlukan keberanian, kesabaran, dan ketulusan.
Dunia tidak membutuhkan lebih banyak tank dan rudal. Dunia membutuhkan lebih banyak pemimpin yang mau duduk bersama dan berkata: "Cukup sudah."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI