Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, dan Aktivis Sosial

Penyuka Kopi Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dunia Kerja Tanpa Batas Usia dan Penampilan: Sebuah Transformasi Inklusif

29 Mei 2025   08:20 Diperbarui: 29 Mei 2025   08:20 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wawancara kerja (Freepik)

Selain itu, Indonesia sedang menuju bonus demografi yang juga akan disusul oleh penuaan populasi dalam 20 tahun ke depan. Artinya, perusahaan yang tidak siap menerima tenaga kerja berusia di atas 40 tahun akan mengalami krisis tenaga kerja lebih cepat dari yang diperkirakan.

Di sisi lain, pekerja yang selama ini tersisih karena standar estetika --- seperti mereka yang memiliki disabilitas, bekas luka, atau tidak memenuhi "body image" populer --- memiliki kompetensi dan etos kerja yang tidak kalah unggul. Dengan memberikan ruang bagi mereka, dunia kerja kita menjadi lebih manusiawi dan produktif.

Solusi: Dari Regulasi ke Transformasi Budaya

Kebijakan pemerintah saja tidak cukup. Perubahan sesungguhnya harus dimulai dari budaya organisasi di setiap perusahaan. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa diambil:

Pelatihan HR tentang Bias dan Inklusivitas

Banyak bias dalam proses rekrutmen berlangsung secara tidak sadar. Pelatihan dapat membantu HR mengenali dan mengurangi bias tersebut.

Rekrutmen Berbasis Kompetensi (Competency-Based Hiring)

Fokus pada keterampilan, pengalaman, dan potensi kandidat. Ini bisa dilakukan melalui asesmen daring, simulasi kerja, dan portofolio nyata.

Penerapan Teknologi AI dalam Proses Rekrutmen

Teknologi dapat membantu menyaring pelamar berdasarkan parameter objektif, bukan usia atau foto profil.

Kampanye Publik dan Sertifikasi Perusahaan Inklusif

Pemerintah dapat bekerja sama dengan LSM atau lembaga independen untuk memberi sertifikasi "Perusahaan Inklusif" bagi yang mematuhi standar non-diskriminatif.

Harapan dan Masa Depan

Perubahan memang tak bisa instan. Tapi ketika kebijakan publik berpadu dengan kesadaran kolektif dan transformasi budaya di tingkat organisasi, maka masa depan dunia kerja Indonesia akan menjadi lebih cerah.

Kita butuh dunia kerja yang tidak bertanya "Kamu umur berapa?" atau "Penampilanmu sesuai standar kami atau tidak?" melainkan "Apa yang bisa kamu kontribusikan?"

Karena pada akhirnya, tenaga kerja terbaik bukan yang paling muda atau paling rupawan --- tetapi yang paling kompeten, berdedikasi, dan selaras dengan nilai-nilai perusahaan.

Penutup:

Inklusivitas bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan. Dalam dunia yang terus berubah, perusahaan yang gagal beradaptasi dengan prinsip-prinsip kesetaraan akan tertinggal. Sementara itu, bagi para pencari kerja, kabar baik ini menjadi motivasi bahwa kompetensi dan karakter kini mulai benar-benar dihargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun