Mohon tunggu...
Nahar Frakasiwi
Nahar Frakasiwi Mohon Tunggu... Lainnya - absorb the feeling, i learn to fly

Hanya pemuda yang mencari hiburan terkait karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Elegy Genre, Prosais: Budaya Baik yang Bagaimana?

3 Maret 2021   12:15 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saban janari , kudengarkan cuit burung kecil tengah menari. Ia akan terbang pagi hari meski tiada rencana ke mana selain mencari, menjemput sesuatu demi darahnya tersambung untuk mengalir di selembar narasi; mencari makanan

Setiap detik Tuhan rindu padanya, walaupun sang burung tiada nalar pernah berfikir untuk merindukan-Nya. Seiring neraca yang menuju butiran pasir terakhir ternyata bukan hanya sayap yang menuju ke pangkuan terakhir untuk berakhir, melainkan sekaligus memputus catatan kisah akan lelahnya yang terus saja membuat keringat mengalir

Aku ... tidak jarang lena kepada munafik akan perasaan insani, mungkin sebab terlalu lama tertidur saban waktu dengan sangat fasik tersendiri.

Aku, sangatlah ambigu ketika menata asiknya puisi ataupun menarik nafas setiap pagi hingga terusap lagi desis khayal setelah fajar yang mengusap nadi ke sekian kali

Sadar, sudah sangat jauhlah aku, tersesat hingga malu kurasa tengah berkeliling melingkari kepala dan hati. Adapun tegapnya senyum seutuhnya bisu sepanjang lugu kakiku berpacu dengan tuli, iya ... ketulian yang tengah merespon lengan kanan ku saat mengusap nurani

Adanya sifat resah kuanggap manusiawi, meski dawai celoteh akan risalah kerap bertentangan. Bahkan, sebuah kaca pernah mendatangkan perih, ketika ia sangat enggan kujadikan cermin lalu menggores kepada kebutaan untuk dapat melihat kenyataan yang begitu sangat realis.

Aku mengerti, getirlah memang rasannya ketika lidah berbicara akan dosa, lisan ini berucap kata namun selalu dengan meninggalkannya arti yang sebenarnya; sengaja menggeser kepada yang lain melewati batas maknanya
 
Seiring waktu, kita dengarkan juga segala cuit indah yang seolah-olah mengajak hati untuk menari; motivasi
Kita berjalan tiada selain mencari nasi, namun hanya demi menyelesaikan deretan centang tradisi; kebiasaan turun temurun yang diajarkan orang tua setiap hari

Created By: Nahar
Tanggerang, 03 Maret 2021
______________________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun