Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Filosofi Bamboo Rejeki untuk Mendidik Anak

26 Agustus 2014   18:42 Diperbarui: 11 September 2015   12:01 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tanaman unik ini dikenal karena kepercayaan yang melekat padanya. Dipercaya sebagai tanaman yang dapat membawa keberuntungan (hoki), sehingga pada saat tertentu tanaman ini laris. Misalnya pada saat Imlek, banyak orang Tionghoa yang membeli tanaman ini. Perawatan tanaman ini mudah sekali. Cukup dengan media air/batu/tanah. Sangat baik diletakkan di dalam ruangan karena tanaman ini mampu menyaring udara. Oleh karena itu, dipercaya dapat membersihkan energi (chi) yang tersumbat dalam ruangan.

Bambu rejeki ini tahan terhadap kondisi pencahayaan apapun, namun yang lebih baik tidak terkena sinar matahari langsung. Suhu yang bagus sekitar suhu kamar. Bambu rejeki ini peka terhadap air yang mengandung bahan kimia. Jadi harus menggunakan air bersih. Tidak boleh terlalu banyak air, tetapi juga tidak boleh kekeringan. Akar yang sehat berwarna merah. Bila diletakkan dalam wadah bening, warna merahnya akan semakin terlihat. Daunnya sedikit beracun. Hindarkan dari anak-anak kecil atau hewan peliharaan.

Saya pernah memiliki tanaman ini sebelum tanaman yang sekarang. Ketika daunnya lebat, saya potong. Ternyata batangnya menjadi busuk. Kesalahan yang lain, airnya tidak saya jaga. Sekarang ini saya gunakan air mineral untuk menyiraminya. Filosofi bambu rejeki ini menarik buat saya. Sama seperti merawat tanaman bambu rejeki ini, begitu pula dengan prinsip mendidik anak.

Seorang anak akan mempunyai dasar yang baik dimulai dari dalam keluarga. Dasar pendidikan yang baik akan menentukan karakter dan masa depan anak (akar bambu rejeki yang sehat adalah warna merah & dapat berkembang optimal bila diletakkan di sudut rumah, bukan di luar rumah dengan sinar matahari langsung). Anak akan berkembang menjadi pribadi yang baik kalau mendapatkan stimulasi, kasih sayang, "makanan" psikologis dan spiritual yang "sehat".

Kalau informasi yang masuk dalam diri anak itu kualitasnya jelek, maka tidak heran kalau anak menjadi tidak terkendali, tidak mampu mengaktulisasikan potensinya, dan sebagainya. Dengan siapa anak menghabiskan waktu, juga mempengaruhi cara berpikir dan cara merasanya. Apakah anak sejak bayi tidur dengan baby sitternya? Apakah anak lebih dekat pembantu daripada dengan ibunya? Apakah anak lebih nyaman dengan temannya daripada dengan orangtuanya? Semua itu adalah "air" bagi pertumbuhan pribadinya. Bahan pembicaraan apa yang sering dilakukan oleh orangtua yang akan direkam oleh anaknya?

Bagaimana sikap orangtua terhadap orang lain, keluarga, orangtuanya juga merupakan "air" bagi anak-anak (air untuk menyiram/merendam akarnya haruslah air bersih, kalau airnya berbahan kimia, batang akan mati). Tetapi kalau stimulasi atau didikan orangtua berlebihan, maka anak tidak bisa berkembang optimal. Orangtua yang sering melarang anaknya tanpa alasan yang jelas, mengekang, membentak, memaki, melindungi berlebihan, membantu mengerjakan tugasnya, selalu membantu menyelesaikan masalah, tidak menghargai hasil usahanya, dan sebagainya adalah sebagian kecil contoh stimulasi berlebihan.

Di sinilah seni sebagai orangtua, kapan memberikan, kapan membebaskan, dan kapan melarang. Keseimbangan dan keselarasan dengan memperhatikan karakteristik anak sangat penting (Batang bambu rejeki akan mati/busuk kalau direndam dengan air terlalu banyak dan akan mati kalau daunnya dipangkas begitu saja). Kalau anak tumbuh dalam keluarga yang menghargai dirinya, menerima keberadaannya (bukan menerima kemalasannya!), dan mencintainya tanpa syarat, maka dia akan menjadi individu yang "bersinar" di lingkungannya. Dia akan menjadi anak yang mempunyai karakter baik.

Berkarakter berarti memiliki 3 hal : Know the good, feel the good, dan do the good (Thomas Lickona). Tantangan bagi orangtua adalah mencintai tanpa syarat. Karena yang seringkali terjadi adalah : "Kalau kamu melakukan ini, mama sayang kamu", "Anak baik itu anak yang nurut sama orangtua, bukan kayak kamu, bandel!", dan sebagainya. Terbiasa dikondisikan mencintai dengan syarat, membuatnya memiliki paradigma yang sama untuk relasi dengan orang lain (Bambu rejeki adalah tanaman yang mampu menyaring energi karena ia memiliki chi positif, itu sebabnya ia diletakkan di dalam ruangan).

Terakhir, memiliki anak berkarakter adalah "buah didikan" yang manis bagi orangtua dan lingkungan sekitarnya. Doa yang acapkali kita dengar adalah : 'Semoga menjadi anak yang berbakti pada orangtua dan berguna bagi bangsa & negara' (Bambu rejeki dipercaya sebagai tanaman keberuntungan. Semakin hijau dan bersih daunnya, makin indah bentuknya, makin besar tanamannya, maka makin mahal harganya). Semoga sharing ini bermanfaat. Selamat menikmati menjadi orangtua! Tips : supaya selalu ingat, bagus jika kalau punya bambu rejeki di rumah..hehe.. Ini bukan promosi karena saya tidak jualan bambu rejeki lho..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun