Mohon tunggu...
Ihdi Bahrun Nafi
Ihdi Bahrun Nafi Mohon Tunggu... Administrasi - Foto Pribadi

Just Ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Tak Terbalas

31 Agustus 2021   21:58 Diperbarui: 31 Agustus 2021   22:30 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah beberapa hari sejak semalam hujan, tanah yang basah menghiasi pagi. Adi seorang pekerja biasa , menghabiskan rutinan pagi dengan persiapan berangkat kerja. Kebetulan, hari ini ia akan menemui beberapa rekan kerja dan supervisornya demi kelangsungan kerja di kantor. Meski suasana masih sedikit mendung , tapi langkah kakinya terus berjalan. Sesampai di kantor , suasana terang sudah menemani hari. Kalau pagi biasanya banyak sekali lalu lalang manusia, sekarang tidak begitu banyak. Maklum, sejak pandemi hanya beberapa orang saja yang bertugas di kantor. Mereka datang bergantian. Meski suasana tidak seramai biasanya, Adi terpaku pada sesosok manusia yang ia telah lama kenal. Doni namanya, di hari ini ia datang bersamaan dengan kawan karibnya itu.

Mereka menuju ruang rapat sambil mengobrol tentang kegiatan mereka. Hingga di pintu masuk ruangan sudah beberapa orang yang hadir disana, termasuk supervisornya. Mereka membicarakan rencana dalam beberapa hari ke depan. Setelah selesai, Doni mengajaknya keluar sambil membicarakan menghabiskan waktu luang di akhir pekan. Tidak hanya Doni dan Adi disitu, ada beberapa karyawan yang satu kantor dan kantor lainnya.

Sambil mencicipi kudapan dan minuman. Doni memperlihatkan foto di media sosialnya. Ia memperlihatkan jalan-jalan paginya dengan sepeda lalu bersantai di sebuah tempat makan. Adi tertarik dengan ajakan Doni , terlebih mereka nanti juga sesekali mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Mereka berdua memang suka sekali mengunjungi tempat-tempat seperti itu. Terlebih ada rumah kuno di sekitaran agak jauh dari kantor yang dijadikan sebagai caf. Sebelum mereka mengakhiri pembicaraan, Adi melihat sesuatu yang perlu ia ketahui. Foto seseorang perempuan yang pernah berkumpul bareng dengan Doni dalam kegiatan bersepeda rutinnya, bahkan sampai ke kegiatan makan-makannya. Ia merasa tidak asing dengan foto tersebut yang pernah ada dalam beranda media sosialnya.

" Siapa ini Don?"

"Kenapa, tertarik?"

" Hmm...pernah tau di medsos sih?"

"Bentar, tak lihat dulu apa ada pertemanan bersama"

"Ya coba kamu lihat"

" Oh, ini... lihat beberapa teman yang sama"

"Ya, nggak salah berarti pemikiranku"

"Namanya Ami, dia adik kelas kita dulu"

"Jarak berapa tahun bro?"

"Kira-kira enam tahunlah"

"Wah jauh banget, pantes gak kenal betul"

"Nanti deh, tak kenalin" Doni mengakhiri pembicaraan sambil tersenyum,

Sesampai di rumah,  Adi membuka lagi media sosialnya. Pada waktu itu, orang yang sedari tadi ia tanyakan kepada Doni sedang online dengan meninggalkan story di media sosialnya. Lantas, ia mengomentari story tentang sebuah berita . Mereka berdua saling berbalas pesan dan mulai akrab.

" Kalau boleh tahu, dulunya kamu di Sekolah SMA 1 kan?" Tanya Adi

"Iya mas, kok tahu" Jawab Ami

" Ya , tahunya dari Doni"

" Doni, yang suka touring pakai sepeda itu ya"

"Yap betul"

"Kalau begitu manggil mas saja "

"Ya, karena dulu masih kakak kelasmu, salam kenal ya"

" Salam kenal mas, mungkin saya enggak tahu kalau kita satu sekolah dulu kalau nggak banyak ngobrol"

" Oh iya, karena jarak lulusannya jauh sih"

"Iya mas"

Setelah pembicaraan itu, Adi tersenyum sendiri seolah menutup harinya dengan bahagia. Kadangkala ia bertanya kepada Doni, sedang jawaban temannya itu tidak banyak yang ia peroleh. Adi hanya mengetahui kalau Ami bekerja di bidang Pendidikan. Sesekali bertegur sapa melalui media sosial. Hari-hari yang ia lalui terasa lebih gembira, meski sebenarnya ia belum tahu betul siapa lawan bicaranya itu. Adi berencana untuk berbicara langsung kepadanya, namun sebelum mengutarakannya selalu pesan --pesan yang selalu ia sampaikan berlalu begitu saja tanpa ada balasan. Sesekali ia membalas story kepada perempuan itu, sampai malam menunggu balasan tak kunjung datang.

" Hari ini kayaknya kamu kurang tidur bro" Tanya Doni

" Ah masa sih, biasa saja kayaknya " balas Adi.

Ia bersiap --siap memberikan ucapan ulang tahun ketika hari itu tiba. Tapi, seperti sebelumnya , tanpa ada balasan apapun. Esoknya , Doni mengajak Adi ikut bersepeda. Adi antusias dan berharap bisa bertemu dengan perempuan yang akan dikenalkan padanya.

"Halo mas Doni ini Ami, maaf hari gak bisa ikut karena acara keluarga" Ami memberi kabar pada Doni.

"Oh yaudah, kapan-kapan bisa deh"

"Terima kasih ya mas"

Mendengar hal itu semangat Adi mulai luntur, Doni memberikan semangat kepada teman karibnya itu. Ia ikuti saja keinginan kawannya.

Ia melanjutkan perjalanannya bersama Doni serta beberapa orang lainnya. Selama beberapa menit ia melanjutkan sampai peluh menetes di pipinya, matanya yang menatap ke depan tiba-tiba kabur. Ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Doni segera bergegas membantunya dan membawanya ke tempat peristirahatan terdekat.

"Hai, kamu gak papa kan? " Tanya seorang perempuan kepada Adi yang sudah siuman.

" Gak papa mbak, tadi kayaknya nggak lihat di rombongan tadi "

"Oh, kenalkan aku Dila , aku sengaja sama kawanku Sarah menunggu kamu disini"

"Terima kasih"

"Sama-sama, kebetulan aku dan temanku paham tentang kesehatan ,khawatir aja"

Dila menyodorkan makanan kepada Adi. Ia menolak dan meminta minuman yang sempat ia bawa di tas kecilnya untuk diambilkan . ia meminum air putih yang menyegarkan sambil mengistirahatkan badannya sambil melihat layar ponselnya yang tanpa ada pemberitahuan apapun. Ia segera berdiri dan melihat Doni bersiap-siap untuk pulang dan tersenyum melihat kawannya itu.

Ia kemudian menuliskan puisi pada kertas kecilnya...

"Mungkin sebaiknya  kini, aku biarkan rasa yang pernah ada begitu saja diterpa angin"

Setelah ia membuat tulisan itu, ia buat pesawat kertas dan menerbangkannya. Dari kejauhan terlihat senyum Dila dan Sarah mengajak Doni dan kawannya itu bergegas pulang. Doni menepuk punggung kawannya dan mengatakan untuk menjaga kesehatan sebelum benar-benar melakukan perjalanan jauh. Niatan Adi sebenarnya ingin meyakinkan dirinya sendiri, apakah benar seseorang yang dikenalnya sepintas tidak hanya menjadi pesawat kertas yang diterpa angin lalu hilang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun