Mohon tunggu...
Nada Izzatuljannah
Nada Izzatuljannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen Industri Katering

Pastry Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tanaman Galactogogue Lokal Penuhi Kebutuhan Gizi Ibu dalam Masa Laktasi

7 November 2022   18:27 Diperbarui: 7 November 2022   19:45 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: istockphoto.com

Kecukupan gizi memainkan peranan penting dalam perkembangan ibu dan anak. Zat gizi pada ibu menyusui menjadi hal yang krusial bahkan mengalami peningkatan kebutuhan gizi karena diperlukan untuk menunjang kebutuhan laktasi terutama pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif merupakan satu-satunya sumber makanan bagi bayi baru lahir hingga usia 6 bulan. Tanpa gizi yang cukup, maka perkembangan anak akan terhambat dan rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan yang dapat menggangu perkembangannya.

Pentingnya menjaga kecukupan gizi pada ibu hamil bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pada masa kehamilan, namun juga untuk mempersiapkan cadangan nutrisi untuk memproduksi ASI sehingga ibu dapat memberikan ASI eksklusif dengan lancar. Kekurangan asupan nutrisi pada saat awal kehidupan anak dapat mengakibatkan stunting.

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, pada tahun 2020 prevalansi balita stunting berada pada angka yang sangat tinggi yaitu diperkirakan mencapai 26,9%. Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun berikutnya, prevalensi balita stunting pada tahun 2021 berada pada angka 24,4%. Tentunya angka tersebut masih tergolong cukup tinggi dimana batas yang ditetapkan oleh World Health Association hanyalah sebesar 20%. Sedangkan, target nasional pada tahun 2024, prevalensi stunting turun hingga 14%. Oleh karena itu, kasus stunting di Indonesia memerlukan perhatian dan upaya yang lebih melalui berbagai sosialisasi yang diadakan oleh badan tertentu maupun posyandu setempat, juga melalui penyelenggaraan program Percepatan Penurunan Stunting demi mencapai target yang telah direncanakan oleh pemerintah.

Presentase kekurangan gizi pada Ibu menyusui masih terhitung tinggi. Kegagalan pemberian ASI eksklusif diakibatkan oleh berbagai alasan baik itu karena produksi air susunya tidak cukup, maupun kurangnya edukasi terutama pada masyarakat desa. Padahal, kurangnya kecukupan gizi pada saat menyusui dapat berakibat zat gizi yang tersalurkan melalui ASI menjadi kurang maksimal. Sedangkan kebutuhan gizi yang harus dipenuhi oleh ibu hamil dan menyusui cukup lengkap meliputi sumber protein, karbohidrat, kalsium, zat besi, serta berbagai macam vitamin seperti vitamin A, vitamin B6, vitamin B12, vitamin D dan vitamin C.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kecukupan air susu ibu, salah satu faktor eksternalnya ialah status gizi ibu menyusui. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ASI adalah dengan cara mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi. Sumber makanan bergizi tinggi yang diperlukan oleh ibu menyusui bisa didapat dari tanaman lokal yang diyakini dapat membantu meningkatkan produksi ASI atau disebut juga dengan istilah galactogogue. Galactogogue dapat berasal dari berbagai sumber, umumnya ditemukan pada beberapa jenis tanaman.

Tanaman yang memiliki efek laktagogum dapat ditemukan pada beberapa tumbuhan lokal di Indonesia. Beberapa tanamam dedaunan hijau yang sedari dulu dipercaya memiliki kandungan gizi yang baik bagi ibu menyusui diantaranya daun katu (Sauropus androgynous), dan daun kelor (Moringa citrifolia). Kemudahan dalam menjangkau tanaman lokal dapat menjadi solusi bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal pedesaan yang cukup sulit menjangkau suplemen-suplemen tertentu karena faktor jarak maupun biaya. Tanaman-tanaman ini bahkan bukan jenis yang pemeliharaanya sulit dan dapat ditanam sendiri. Masyarakat terutama para ibu dapat mendapatkan manfaat gizinya sebagai pelancar ASI sekaligus memanfaatkan pekarangan rumah.

Sauropus androgynous atau daun katu adalah daun yang berwarna hijau pekat dengan ukuran daun yang kecil dan lonjong dan sedikit bercak pada permukaannya. Daun katu sudah sangat lazim dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai obat-obatan herbal maupun konsumsi sehari-hari. Di dalam daun katu terdapat vitamin A yang bermanfaat untuk meningkatkan kadar hormon prolaktin. Mengonsumsi daun katu bagi ibu menyusui dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin yang dapat merangsang produksi ASI menjadi meningkat. 

Selain itu, ada juga daun yang secara fisik mirip daun katu, yaitu daun kelor. Daun yang memiliki nama latin oringa citrifolia memiliki julukan "tree of life" karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Daun kelor memiliki kandungan berupa senyawa fitolesterol yang menjadikan daun kelor bermanfaat bagi ibu menyusui dalam merangsang dan memperlancar produksi ASI. Zat besi pada daun kelor bermanfaat bagi ibu paska melahirkan tentunya memerlukan ekstra zat besi karena telah mengeluarkan banyak darah saat proses persalinan. Daun kelor juga mengandung antioksidan yang tinggi dan asam amino yang diperlukan bagi ibu menyusui.

Selain jenis tumbuhannya, cara pengolahannya pun perlu diperhatikan agar manfaatnya dapat terasa secara maksimal. Sayuran yang dipanaskan terlalu lama pastinya membuat kandungan nutrisi di dalamnya menyusut atau hilang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun