Mohon tunggu...
nabilah hafizha
nabilah hafizha Mohon Tunggu... Lainnya - pemula

banyak sekali isi pikiran yang bisa diolah,mari berbagi :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toxic Maskulinity Penyebab Kekerasan Rumah Tangga?

21 Oktober 2022   14:46 Diperbarui: 21 Oktober 2022   16:15 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TOXIC MASKULINITY, Apa Artinya sih?

Sesuatu tekanan budaya bagi kaum pria untuk berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu.

Di era yang sudah sangat canggih dan modern ini ternyata masih banyak masyarakat  yang  masih menganggap suatu maskulinitas atau kejantanan seorang laki-laki aturan yang sempit dan keras. Yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kekerasan bahkan depresi.

Bukan secara biologis,laki-laki dan wanita bisa bersifat maskulin.

 Lelaki  yang menyerupai wanita :

  • Dalam berpenampilan, dalam kasus ini warna baju yang dipakai oleh pria itu tidak boleh warna pink. Karena warna pink bersifat feminin dan condong digunakan oleh wanita.
  • Dalam kepribadian, pernyataan ini menunjukan bahwa laki-laki itu harus kuat, tidak boleh nangis. Kalau tidak akan dianggap lemah
  • Membatasi diri, dengan segala pernyataan yang telah dilontarkan. Jalan pintas yang dapat dilakukan adalah membatasi diri.
  • Selalu dikaitkan dengan penyelewengan,menyalahi atauran,melanggar norma dan budaya yang dapat menyebkan hilangnya jati diri.

Penyebab terjadinya toxic maskulinity, diantaranya adalah standart sosial dan budaya yang sudah terbentuk di masyarakat hingga sulit untuk dirubah. Namun, dapat melakukan persona branding atau menjadi diri sendiri selagi tidak merugikan orang lain dan menggali kemampuan diri lebih luas lagi.

Fragile maskulinity, merupakan sifat seorang laki-laki terlalu memaksakan diri untuk memenuhi stereotip maskulin dan tidak ingin terlihat feminin di depan publik(maskulinitas yang rapuh).

Bahaya toxic maskulinity

Pria menganggap dirinya superior dan lebih baik dibandingkan perempuan. Hal ini dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga serta pelecehan seksual ataupun pemerkosaan. Memposisikan pria memiliki kekuasaan penuh dan dapat berbuat banyak dan semaunya tanpa memikirkan akibat ke depan.

Melumrahkan kejadian yang di alami oleh laki-laki menjadi wajar. Ketika mendapatkan masalah dianggap dapat menyelesaikan masalah dengan mudah, padahal jika tidakpun tidak ada salahnya.

Sering kali memendam emosi yang malah dapat menyebabkan depresi. Banyak stigma menyatakan laki-laki tidak boleh nangis,harus kuat tidak boleh lemah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk keluar dari toxic maskulinity.

Pertama, Cobalah untuk memahami apa artinya menjadi seorang pria dan hak istimewa apa yang dia miliki. Lingkungan keluarga yang dapat berperan penting adalah orang tua, terutama ayah, perlu mengajari putra mereka apa artinya menjadi pria sejati dan memiliki hak istimewa. Anda harus menunjukkan bagaimana keyakinan ini dapat mengubah cara hidup seseorang.

Menumbuhkan pengertian, Anak laki-laki tidak hanya memiliki empati; mereka harus mempelajarinya. Dengan memiliki empati, anak akan mampu memahami perasaannya sendiri dan perasaan orang lain, serta mampu mengendalikan perasaannya sendiri. Ini juga dapat mencegah mereka tumbuh dengan pandangan beracun tentang apa artinya menjadi seorang pria

Ajari anak-anak betapa pentingnya bersikap sopan dan minta mereka menempatkan diri mereka pada posisi orang lain. Ajari dia betapa pentingnya untuk peduli dan menghormati orang lain, tidak peduli jenis kelamin, ras, atau agama mereka.

Kedua , Tunjukkan Bagaimana Merasa Baik atau cara mengelola emosi yang baik. Sebagai orang dewasa, ibu dan ayah sering kali harus menghadapi perasaan yang kuat ketika mereka mencoba memecahkan masalah. Cobalah untuk menunjukkan kepada anak-anak bagaimana menangani perasaan mereka dengan cara yang sehat dan membantu mereka memahami bahwa mereka tidak sendirian ketika mereka merasakan emosi yang kuat.

Jangan merendahkan wanita. Cobalah untuk menghindari mengatakan hal-hal yang membuat wanita merasa tidak enak, seperti "Kamu berjalan seperti wanita" atau "Jangan bicara seperti wanita." Ini akan membuat anak laki-laki kurang memikirkan anak perempuan dan sulit untuk menghormati mereka.

Pinterest.com
Pinterest.com

Ketiga, Ajari anak-anak bagaimana menyebutkan dan menerima perasaan yang tidak mudah untuk dijelaskan. Latih mereka untuk menggunakan strategi "tenang" dan bantu mereka mencari cara untuk memecahkan masalah mereka.

Bantu belajar untuk mengatakan apa yang mereka inginkan. Ajari anak-anak bagaimana merasakan dan berbicara tentang berbagai emosi yang mereka miliki. Katakan padanya tidak apa-apa bagi anak laki-laki untuk berbicara tentang perasaan mereka, menunjukkan kesedihan, dan menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun