Mohon tunggu...
Nabila Afira Quraina
Nabila Afira Quraina Mohon Tunggu... Konsultan - Female

bebas menulis sesuai dengan ide, pengalaman, dan gaya bahasaku

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Sahabat Dekat Memiliki Pacar

11 Juni 2021   10:02 Diperbarui: 11 Juni 2021   10:17 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : pixabay.com

Jika dulu kami sering menghubungi satu sama lain, sekarang semuanya sudah berubah. Aku tahu dia akan memprioritaskan pacarnya ketimbang aku. Sekarang, kami menghubungi hanya seperlunya saja. Aku juga sering melihat story-nya di media sosial, dia sangat bucin. Sungguh, aku tidak mencemburui teman cowokku menjadi pacarnya. Bukan..bukan itu!

Justru yang aku cemburui adalah waktu yang diberikan sahabatku ini sudah hilang untukku. Bahkan tak ada waktu lagi untukku. Berat sekali untukku di awal aku tahu mereka jadian. Apalagi ketika si A ini memberiku kabar bahwa ia jadian momen-nya sangat tidak tepat. Saat itu dia chatt di hari bertepatan saat sahabat SMP-ku meninggal dunia.

Menurutku itu tidak etis, tidak manusiawi sekali. Bagaimana bisa dia dengan rasa tidak berdosa mengabari hal itu saat aku sedang berduka? Apakah tidak bisa ia menahan kabarnya itu sampai aku merasa baik-baik saja? Rasanya double kill! Rasanya aku dibunuh dua kali di waktu yang sama. Entahlah.... cukup. Cerita si A sudah selesai.

Kemudian aku lanjut ke sahabatku si B. Awal mula kami dekat juga dari organisasi yang sama. Bedanya, si B adalah teman seangkatanku. Dulu, aku tidak mengira akan menjadi salah satu teman SMA-nya yang paling dekat. Si B ini anaknya pendiam sekali. Jika tidak dipancing, dia tidak akan terbuka dan menceritakan kehidupannya denganku.

Kami memiliki hubungan persahabatan hampir 9 tahun lamanya. Dulu ketika SMA hingga lulus, dia memiliki pacar, kami masih aktif berkomunikasi. Kemana-mana kami selalu bersama. Ketika lulus SMA, dia memutuskan untuk masuk pondok. Dulu aku menangis ketika mendengar keputusannya itu. Bahkan aku tahu kabar tersebut secara tidak langsung dari pacarnya yang dulu, bukan dari dia sendiri.

Kemudian, ketika ia memutuskan untuk masuk pondok, komunikasi makin sulit karena aturan pondok tidak boleh asal main HP. Se-sulit apapun pada waktu itu, nyatanya kami masih bisa komunikasi hampir setiap hari. Bahkan juga telpon dan video call hingga berjam-jam lamanya ketika kami sama-sama senggang. Tidak bosan, karena memang ada saja hal yang dibicarakan.

Ketika liburan pondok dia selalu mengabariku, tidak pernah terlewatkan satu momen pun. Se-sibuk aku saat kuliah dulu, saat melewati hari-hari mengerjakan tugas akhir, aku selalu menyempatkan waktu untuknya sekadar bertemu di teras rumahnya dan ngobrol. Menurutku, ketika dia tinggal di pondok, hubungan persahabatan kami lebih so sweet dari hubungan persahabatan biasanya.

 Memiliki jarak tetapi saling memberi kabar satu sama lain tanpa diminta. Pokoknya kami serasa memiliki hubungan give and give, bukan give and take. Hingga suatu hari pada saat awal corona dulu, pondok pesantren diliburkan alias semua santriwati dipulangkan.  Pada saat itu ia memutuskan untuk keluar sekalian, sepertinya program ia mengabdi juga telah selesai sehingga percaya diri untuk keluar dari pondok.

Selama kepulangannya, kami sering bertemu. Bahkan ketika dia ada urusan kampus, aku ikut menemani ke kampusnya. Jarak rumah kami menuju kampus sekitar 40 menit jarak tempuh. Menyenangkan sekali pernah main ke pondok maupun kampusnya, dulu. Hingga suatu hari, semesta mempertemukan aku dengan teman lama (cowok, teman SD) yang dimana dia ini pernah jadi mantan pacar si B.

Suatu hari kami pernah main bareng disebuah tempat, dimana aku dan si B dulu pernah main kesana se-masa SMA. Tempatnya begitu menyejukkan dan membuat kami cukup bernostalgia. Lalu sejak kepulangan kami dari acara itu, ternyata mereka jadi lebih dekat. Ternyata mereka intens chatt dan telpon.

Hingga teman cowokku ini membuat pernyataan jika ia akan segera menikah. Ya! Dia ngebet sekali nikah katanya. Dia bilang padaku bahwa aku mengenal siapa calonnya. Seketika aku shock sekali jika ternyata mereka berdua telah jadian. Yang paling bikin aku shock adalah sahabatku si B tidak curhat apapun ke aku. Menganggap semua seperti tidak terjadi apa-apa dan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun