Mohon tunggu...
Si Penonton Layar
Si Penonton Layar Mohon Tunggu... Apoteker - Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Berbagi sudut pandang tentang film dari sisi penonton, dan berbagi banyak hal yang perlu diulas

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Varian Jajanan yang Kurang Nasionalis

25 Oktober 2022   18:22 Diperbarui: 25 Oktober 2022   18:28 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Sven Brandsma on Unsplash   

Makan dan makanan sudah menjadi hal esensi bagi kita semuanya. Indonesia sendiri memiliki keragaman masyarakat yang dimana suku bangsanya berlimpah. 

Makanan khas tiap daerah memiliki khasnya masing-masing. Hampir tiap daerah memiliki cita rasanya masing-masing. Seperti daerah Jogja dikenal dengan rasa makanan manisnya, Sumatera dikenal dengan banyak makanan bersantannya, dan daerah Timur Indonesia dikenal dengan makanan berbahan dasar sagu. 

Jajanan yang terlalu seragam.

Kesamaan atau keseragaman makanan  tiap daerah bisa jadi dari jajanannya. Sepertinya jajanan pinggir jalan di bumi Nusantara Indonesia ini memiliki template. Hampir tiap sudut Nusantara sepertinya sama tidak terlalu berbeda perihal jajanan atau cemilan ini. 

Mari ambil contoh martabak manis hampir di setiap daerah penjual martabak manis selalu ada, dan jam bukanya pun hampir sama yaitu menjelang malam. 

Ya mungkin yang membedakan hanya penyebutan nama saja. Ada yang bilang martabak manis, martabak bangka, terang bulan, ataupun kue Bandung. Namun, bahan dasarnya tetap sama. 

Perihal jajanan ini sepertinya memiliki template yang sama bahkan cenderung ikut-ikutan saja. Ada beberapa jajanan yang saat booming dan viral di pasaran banyak daerah yang mengikutinya. 

Ada beberapa contoh seperti Seblak. Makanan yang satu ini diketahui berasal dari Jawa Barat. Karena banyak dibicarakan banyak orang daerah-daerah lain mengikuti ataupun mencoba jualan seblak. Padahal makanan yang satu ini selera dari Jawa Barat tidak setiap daerah cocok lidahnya dengan rasa seblak. 

Sekedar ikut-ikutan.

Mungkin sifat latah dari beberapa lapisan masyarakat ingin ikutan dan tidak ingin ketinggalan meraup rejeki. Cappucino cincau dulu sempat menjadi hal baru di industri jajanan namun sekarang cukup jarang kita lihat yang berjualan lagi. 

Ada satu jajanan yang cukup heboh dan menjadi topik pembicaraan orang-orang saat itu Es Kepal Milo. Entah dari mana datangnya jajanan yang satu ini saat muncul cepat viralnya. Ya sayangnya cepat viral cepat juga redupnya. 

Perihal jajanan ini cukup unik. Penjual jajanan penuh gimmick untuk menarik pelanggan itu sudah tidak diragukan lagi namun, hal yang dilupakan ialah rasa dari jajanan itu. 

Banyak jajanan dari luar yang diadopsi ke jajanan kita sebut saja jajanan dari negeri gingseng Korea. Sebut saja Topokki mungkin penjual tahu kalau drakor sudah melalang buana di Nusantara dan mengambil kesempatan untuk meniru jajanan Korea. Ya karena meniru tentu bahan dasar dari jajanan ini berbeda dan sudah pasti rasanya pun berbeda. 

Terpengaruh luar negeri.

Jajanan kita dipengaruhi jajanan dari luar negeri semuanya ya tentu demi menarik minat. Akan tetapi jika hanya meniru rupa dan menyampingkan rasa dari makanan sudah barang tentu jauh dari kata laris. 

Hal ini tentu saja wajar gimmick seperti ini cukup mudah untuk dilakukan dan demi menarik pelanggan. Padahal potensi jajanan lokal cukup menggiurkan. Seandainya para pedagang tahu akan hal itu bisa jadi industri jajanan bisa ramai. 

Masyarakat Indonesia lidahnya tidak akan mudah beralih. Mau dimanapun ia berada pasti tetap akan memilih makanan cita rasa Indonesia.

Keragaman jajanan kita sejatinya berpotensi tinggal dikemas sedemikian rupa agar mudah dimakan dan dibawa rasanya sudah cukup. Bahan bakunya pun cukup mudah untuk didapatkan. Dan bisa jadi seandainya industri jajanan ini diperhatikan benar oleh pemerintah bisa menarik wisatawan.

Seandainya para pedagang tahu potensi jajanan lokal tentu tidak ada lagi jajanan yang aneh-aneh tapi, tidak sesuai selera lidah masyarakat Indonesia, belum lagi penyebutan namanya sulit dilafalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun