Mohon tunggu...
Si Penonton Layar
Si Penonton Layar Mohon Tunggu... Apoteker - Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Berbagi sudut pandang tentang film dari sisi penonton, dan berbagi banyak hal yang perlu diulas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alasanku Membaca Buku Berulang-ulang

17 Oktober 2022   11:46 Diperbarui: 17 Oktober 2022   15:16 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Mark Manson from fimela.com

Kegiatan membaca buku untuk sebagian orang merupakan kegiatan yang membosankan. Ya wajar saja karena, membaca perlu memakai fokus, dan konsentrasi tinggi untuk menyimak isi atau pun pesan dari buku. 

Ada satu trend yang mulai merebak pada dua tahun terakhir ini. Sepertinya ini pengaruh dari mas pandemi yang, dimana saat pandemi kegiatan bersifat pasif. Hanya bisa berkegiatan didalam rumah saja, dan ditambah beberapa keresahan yang disebabkan oleh pandemi. Membuat banyak individu merasa keresahan yang tidak terurai.

Muncullah trend membaca buku pengembangan diri. Entah ini suatu trend yang bersifat sementara ataupun memang kesadaran masyarakat meningkat akan pentingnya membaca buku masih belum terjawab secara pasti. 

Ya aku pribadi salah satu dari individu yang merasakan keresahan dari pandemi. Menerka-nerka makna akan kehidupan. Semakin pikiran itu tidak terjawab pikiran akan liar kemana-mana. Jadi aku mulai lah mencoba untuk membaca buku untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaan akan kehidupan.

Cukup banyak warganet ataupun konten kreator yang merekomendasikan buku-buku tertentu untuk dijadikan bahan bacaan. Aku sendiri bukan salah satu individu yang gemar membaca buku. Sadar akan harga buku ternyata cukup lumayan sempat berpikir 2 kali untuk membelinya. Ya walaupun ada godaan untuk membeli buku di tempat yang lebih murah. Namun aku tahu kalau disana bajakan dan ada rasa enggan untuk hal seperti itu. 

Ada penulis yang mungkin bagi kompasianer juga tahu nama penulis tersebut. Ia menurutku bisa menjawab keresahan yang dialami para generasi saat ini. Nama penulis buku tersebut Mark Manson. 

Akun membeli bukunya yang berjudul Everything is F#cked. Mungkin kompasianer lebih mengenal penulis ini dari buku lain. Ya memang buku terbitan awalnya yang berjudul The Subtle Art Of Not Giving A F$ck sudah dikenal. Judul lain yang lebih dikenal ialah Sebuah seni untuk bersikap bodo amat.

Sebagai pembaca buku amatir, aku sering menandai Quote atau alenia, yang menurutku bagus. Sengaja memberi tanda untuk membaca ulang. Quote bagus disini definisinya subjektif yah, ada kalimat yang menurutku bagus dari buku karangan Mark Manson contohnya:

"Penyetaraan hadir di segala pengalaman karena yang mendorong penyetaraan adalah emosi kita sendiri".

Kutipan ini, mempunyai makna tersendiri bagiku sebagai pembaca, kutipan ini dari buku Mark Manson yang berjudul Everything is F#cked.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun