Mohon tunggu...
Natalia
Natalia Mohon Tunggu... Guru - Menemukan kebahagiaan, panggilan, dan makna lewat pendidikan

Sharing is caring and changing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Menghadirkan Agustinus dalam Kelas Abad 21, Refleksi dengan Menentang

17 Desember 2020   11:52 Diperbarui: 17 Desember 2020   12:05 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Apa yang sebenarnya terjadi saat seseorang belajar, dari seseorang yang tidak tahu apa-apa menjadi seseorang yang memahami begitu banyak hal? Melalui hasil perbincangan dengan anaknya, Adeodatus, yang dituangkan dalam buku De Magistro,Agustinus menentang pembelajaran dengan model transfer pengetahuan di mana guru mengutarakan kata-kata yang ada di benaknya lalu siswa mendengarkannya lalu memprosesnya ke dalam pikirannya. Seseorang bisa memahami makna dari apa yang dikenali oleh panca indera mereka dengan melibatkan Sang Guru Batin yang ada dalam dirinya yang memberikan pencerahan atau iluminasi.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan serupa dan segambar dengan Sang Pencipta di mana mereka memiliki kecerdasan, ingatan dan cinta. Mereka mampu mengenali dan memaknai segala bentuk informasi, baik yang abstrak ataupun yang dapat dikenali oleh panca indera. Mereka memaknai informasi yang diterimanya dengan menilai  apakah barang atau hal-hal tersebut benar atau salah jika dicocokkan dengan ingatan dan keyakinan yang dimilikinya. 

Namun, manusia adalah makhluk yang tidak lengkap. Dengan proses merenung dan menilai kebenaran ini, mereka menemukan makna sehingga memungkinkan adanya pertumbuhan. Mereka juga merupakan makhluk otonom, yang memiliki kehendak bebas untuk menentukan sikap. Mereka sendirilah yang menentukan apa yang akan selanjutnya dilakukan saat diperhadapkan dengan hal-hal yang baru, apakah hanya akan berhenti pada tahap pengenalan atau melanjutkan ke tahapan selanjutnya, yaitu mencocokkan kebenarannya dengan keyakinannya sehingga mereka memiliki makna. Sifat dan hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.

Proses pembelajaran bukanlah saat guru memegang kendali kelas, menjelaskan materi dan semua siswa berfokus mendengarkan penjelasan guru. 

Guru dan informasi yang disampaikannya bukanlah sesuatu yang dapat membuat siswa belajar, paham, dan mengerti, sehingga tugas guru adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan makna dan kebenaran dari informasi yang disampaikan oleh guru. Untuk dapat memahami suatu informasi, siswa tidak bisa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru, tetapi siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena proses memahami hanya dapat dilakukan oleh dan untuk dirinya sendiri. 

Guru dan informasi yang disampaikan hanyalah sarana dan alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa memahami makna dari informasi yang diterimanya. Keberhasilan pembelajaran bukanlah dari nilai siswa yang melebihi KKM tetapi saat siswa mendapatkan pemahaman yang terstruktur dan utuh dari suatu informasi.

Pada dasarnya, seseorang bisa belajar dari dua macam objek yaitu objek sensibel, yaitu objek yang masuk akal, yang dapat disajikan dan dikenali oleh panca indera, dan objek intelijibel, yaitu objek yang dapat dipahami. Keduanya sama pentingnya dalam proses pembelajaran dan juga saling berkaitan. 

Benda-benda sensibel bisa mendorong seseorang untuk bisa mengenali benda-benda tersebut tetapi tidak bisa memberikan pengetahuan, tidak bisa membuat seseorang memahami maknanya. Seperti kata Agustinus, seseorang tidak bisa memahami makna dari huruf A hanya dengan melihat bentuknya atau hanya dengan mendengarnya, juga dalam memahami makna dari benda-benda intelijibel yang tidak bisa dikenali oleh panca indera, yang hanya bisa diakses oleh pemahaman dan pikiran.

Seseorang belajar, mendapatkan pemahaman, bukan karena suatu kebetulan, bukan karena kecerdasannya sendiri, melainkan dengan mendapat pencerahan dari Sang Guru Batin, di sinilah seseorang 'melihat' kebenaran dari objek sensibel dan intelijibel dengan mengkonsultasikan dengan Guru Batin yang ada dalam dirinya. 

Siswa mengumpulkan informasi yang didapat, mengaturnya dengan sistematis dan merenungkannya dengan Sang Guru Batin, mencocokkannya dengan keyakinan yang sudah dimilikinya untuk menilai kebenaran dari informasi tersebut sehingga pada akhirnya mereka memiliki pemahaman yang utuh akan makna dan kebenaran dari informasi tersebut. Proses pemahaman yang sistematis dan utuh akan pengetahuan yang diperoleh siswa akan membuat pengetahuannya berada di memori jangka panjang dan menjadi keyakinannya.

Pernyataan Agustinus mengenai bagaimana seseorang belajar memberikan 'cahaya' mengenai gambaran kelas yang seharusnya lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa secara mandiri memahami informasi atau pelajaran yang diterimanya. Kegiatan pembelajaran pada umumnya terdiri dari kegiatan penyampaian materi yang menghabiskan lebih dari setengah alokasi waktu, lalu dilanjutkan dengan pemberian latihan agar siswa dapat mengaplikasikan informasi yang baru saja diterimanya dan hasilnya digunakan sebagai parameter keberhasilan pembelajaran, apakah siswa memahami materi yang baru saja dijelaskan.

Kelas penentang merupakan pendekatan reflektif, yang dapat diaplikasikan untuk semua jenis pembelajaran, daring maupun luring, untuk menjelaskan materi pada umumnya, atau juga untuk pendidikan karakter. Penyampaian materi tetap menjadi bagian dari proses pembelajaran  dalam kelas penentang ini, namun dengan durasi antara 20 - 30 % dari total jam pelajaran. 

Selanjutnya adalah kegiatan reflektif yang interaktif antara guru dan siswa dan juga antar siswa agar mereka bisa menikmati pembelajaran dan pemahaman yang sebenarnya. Kegiatan reflektif interaktif ini adalah dalam bentuk diskusi, yang bukan hanya sekedar sesi tanya jawab, namun dengan pertanyaan dan perbincangan yang akan membawa siswa ke pemahaman yang utuh. 

Dalam proses diskusi ini, guru memanfaatkan keyakinan masing-masing siswa sebagai peluang untuk dapat memulai diskusi karena keyakinan inilah yang akan berperan sangat penting dalam proses pemahaman. Membuat pertanyaan dengan melibatkan keyakinan siswa juga akan meningkatkan motivasi siswa untuk berpartisipasi karena merasa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam menyiapkan jenis pertanyaan yang tepat sangatlah penting dalam membuka peluang untuk seseorang bisa belajar, yaitu membantu siswa memahami secara utuh. 

Jenis pertanyaan yang tepat di kelas penentang ini adalah tipe pertanyaan dialektis, yaitu pertanyaan yang logis, yang akan membuat siswa mempertanyakan kebenaran dari informasi yang diterimanya dengan menentang keyakinan mereka. Tujuan dari pertanyaan penentang ini bukanlah untuk guru bisa memamerkan kemampuan dan pengetahuannya ataupun untuk membuat siswa merasa malu, melainkan untuk membantu siswa berefleksi, melibatkan Sang Guru Batin untuk membuat siswa memaknai informasi tersebut dengan membandingkan kebenaran informasi yang diterima dengan keyakinan mereka. 

Pertanyaan-pertanyaan penentang ini akan membuat siswa menganalisis makna dan kebenarannya dengan melibatkan Sang Guru Batin dalam mendapatkan pencerahan.  sehingga pada akhirnya mereka bisa mengalami pemahaman yang utuh dan sempurna. Tidak hanya itu, siswa juga bisa menentang keyakinan teman sebayanya dan gurunya. 

Di sinilah, guru, sebagai sosok yang sudah pernah melewati proses pencerahan, pertama memiliki kapasitas untuk menuntun siswa ke dalam proses pemahaman yang utuh; kedua bisa menilai apakah siswa sudah memiliki pemahaman yang utuh yang diharapkan. Kegiatan ini juga menjawab tuntutan kebutuhan kelas untuk melengkapi siswa dengan keterampilan abad 21 dan industri 4.0 seperti keterampilan memecahkan masalah, berpikir kritis, inisiatif, dan berpikir analitis.

Guru dan informasi yang disampaikan hanya bisa memfasilitasi pembelajaran tetapi tidak bisa membuat siswa belajar. Pembelajaran terjadi saat seseorang merefleksikan kebenaran dan mendapatkan pencahayaan dari Guru Batin sehingga dapat memaknai informasi secara utuh. Kelas penentang merupakan salah satu metode reflektif interaktif yang memberikan kesempatan siswa untuk merenung lewat pertanyaan-pertanyaan yang menentang kebenaran dan keyakinan mereka sehingga Sang Guru Batin bisa memberikan pencahayaan dan pada akhirnya siswa memiliki pemahaman yang utuh tentang informasi yang diterimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun