Mohon tunggu...
ranny m
ranny m Mohon Tunggu... Administrasi - maroon lover

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Itu Bukan Kamu

21 Februari 2018   08:54 Diperbarui: 21 Februari 2018   09:01 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki sholeh itu menarik. Lelaki pendiam yang rajin baca buku itu  menarik. Dan dia lelaki sholeh yang pendiam dan rajin baca buku. Maka  harus kusebut apa? Double menarik? Atau menarik kuadrat?

***

Hari ini adalah hari bahagia Sasti. Sahabatku sejak kuliah dulu. Juga Ghina, temanku sejak SMP. Maka doaku pagi ini :

Ya Allah, berkahilah pernikahan sahabat-sahabatku dan buatlah aku tegar melewati hari ini.

Haha tegar? Apa salah satu mempelai pria adalah lelaki yang kusukai?  Bukan! Aku berdoa semoga aku tegar menghadapi pertanyaan "Kapan nyusul,  Cha?" Ya, aku akan segera 27 tahun bulan depan. Dan belum ada  tanda-tanda segera menikah. Ahhh sudahlah. Kuberusaha menikmati saja.

***


Sudah lama aku mengenalnya. Dia temanku sejak kuliah. Sekarang ia  bekerja di salah satu media elektronik di kotaku sebagai reporter.  Sementara aku baru saja bergabung dengan salah satu universitas sebagai  dosen.

Dulu waktu SMP, aku menyukai temanku yang pendiam. Dia cool menurut  teman-temanku. Tapi dia akrab denganku. Bahkan sampai sekarang. Aku  memang menyukai lelaki yang pendiam tapi bisa ngobrol denganku. Aku juga  tertarik dengan lelaki yang senang membaca. Lelaki yang senang membaca  itu biasanya pengetahuannya banyak. Keren aja gitu punya budget khusus  untuk beli buku, sementara laki-laki lain mungkin menghabiskan uangnya  untuk main game, nonton film atau bahkan ada yang suka beli baju. Lelaki  seperti ini kutemukan saat aku SMA. 

Kakak kelasku itu. Sepintas memang  gayanya bukan seperti si kutu buku. Tapi dia sering ke perpustakaan  untuk minjem dan baca buku. Saat aku kuliah, aku mulai tertarik dengan  lelaki yang sholeh. Ya ketua organisasi tempatku berkecimpung  menghabiskan masa-masa kuliah selain belajar di kelas. Tapi, satu satu  satu itu semuanya toh menolakku. Teman SMP-ku itu sekarang sudah punya  pacar. Kakak kelas-ku itu juga sudah punya pacar. Bahkan ketua  organisasiku saat aku kuliah itu sudah menikah. Singkat cerita,  kesimpulannya mereka tak melirikku meski aku selalu berada di hadapan  mereka.

Maka, aku coba tahu diri. Bayu. Si lelaki yang kusebut menarik  kuadrat atau bahkan triple menarik itu rasanya sulit kuraih. Hanya  sebatas angan. Atau doa yang aku sendiri pun kadang terlalu malu  menyebut namanya dalam doaku. Aku bukan pesimis. Tapi hanya berusaha  sadar diri. Siapalah aku? Sudah jadi temannya saja aku merasa sangat  bersyukur. Bisa mendengarnya menyebut namaku, bisa meminta pendapatnya  dan berusaha memahami jalan pikirannya saja pun aku sudah sangat merasa  terberkahi. Apalagi jika ia jadi suamiku? Oh Tuhan, naf sekali rasanya.  Terlalu panjang angan ini berlayar.

***

Nada : Lo pesimis sih

Racha : Nggak. Gue tau diri

Nada : Lo dosen, Cha. Mana mungkin dia nolak lo lah. Keluarganya juga pasti setuju sama lo

Racha : Ya kali. Tapi dia nya?

Nada : Pesimis lo!

Terserah deh,Nad. Aku hanya tak ingin terbang lalu jatuh sebab  kutahu aku tak memiliki sayap. Jangankan terbang, melayang pun aku tak  mampu. Maka aku berusaha menyayangi diriku sendiri. Aku tak ingin  sakit,Nad.

***

Sebulan yang lalu aku meminjam salah satu buku koleksi Bayu. Bukan!  Bukan modusku. Tapi mungkin juga. Tapi memang karena aku malas  membelinya. Jadi aku pinjam saja. Kebetulan Bayu sangat menyukai  pengarangnya, jadi dia pasti punya bukunya, jadi kupinjam saja  kepadanya. Kami kadang saling pinjam buku. Ya kan kami teman. Jadi nggak  apa-apa kan kalau saling pinjam buku?

Kuambil handphoneku, kukirim pesan via bbm ke Bayu.

Racha : Bay, aku mau balikin bukumu

Bayu : Besok ada di rumah jam berapa?

Racha : Ada dari pagi. Nggak apa-apa kamu yang ke rumah? Ya aku sih nggak tau rumahmu emang. Ahh modus kau,Cha!

Bayu : Iya nggak apa-apa

Racha : Jam berapa?

Bayu : 10 lah ya

Racha : Oke

***

Waktu menunjukkan pukul. 09.55 aku sudah siap dengan jilbabku. Aku  duduk di kamarku. Ibuku sedang di teras dengan tetangga depan, biasa  ngobrol santai. Selang beberapa saat, Ibuku masuk sembari membuka pintu  kamarku.

"Cha, itu ada temenmu."

"Oh" Aku jalan keluar kamarku

Kulihat Bayu sudah berdiri di teras rumahku.

"Duduk, Bay"

"Ya"

Aku masuk kembali ke rumah mengambil air minum untuknya. Aku senang  melihatnya. Meski di sisi lain, sedih juga. Tapi aku bisa apa? Mana  mungkin aku mengatakan padanya bahwa aku mengharapkannya. Ah bisa rusak  persahabatan kami. Iya akan menjauh dan aku merasa bersalah. Maka biar  kupendam sendiri. Toh ini masalahku. Aku yang menyukainya. Bukan salah  dia yang menarik. Tapi salahku yang membiarkan perasaan ini membumbung  entah kemana.

"Diminum, Bay"

Bayu tersenyum dan meneguk air yang kubawa.

"Ini bukunya. Makasih ya"

"Ya. Eh, Ayahmu ada?"

"Ada. Kenapa?"

"Kalau boleh, aku pengen ketemu."

"Ngapain?""Ngelamar kamu."

"WHATTT?"

***

Haha bisa nggak akhirnya begitu? Atau hanya khayalanku saja? Toh ini  cerpenku kan? Aku bebas mengarangnya sesuai yang kuinginkan. Aku Racha  si gadis biasa saja yang beberapa kali ditolak laki-laki, dan ini  suamiku si lelaki sholeh yang pendiam dan suka baca buku, Bayu namanya.  Kami dipertemukan lewat cemoohan pesimis Nada, atau doa yang malu-malu  kupanjatkan.

Ya Tuhan, mungkinkah begini akhirnya?

***

"I don't wanna run away but I can't take it, I don't understand

If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am?

Is there any way that I can stay in your arms?"

(If You're Not The One cover by Nikki Gil)

Jaksel, 17082015 -- 4:13pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun