Sebelum transplantasi dilakukan, penentuan tipe HLA perlu dilakukan untuk menentukan donor yang tepat dengan tingkat kecocokan tipe HLA yang semirip mungkin antara pasien dan donor. Pemeriksaan HLA dapat dilakukan baik dengan cara serologi atau pun molekular (dengan amplifikasi DNA). Dewasa ini pemeriksaan HLA berbasis amplifikasi materi genetik (Deoxyribo Nucleic Acid/DNA) telah menggantikan pemeriksaan dengan cara serologi.Â
Pemeriksaan tipe HLA berbasis amplifikasi DNA memberikan tingkat akurasi dan spesifisitas yang tinggi sehingga memungkinkan untuk didapatkannya penentuan tipe HLA donor dan pasien yang lebih akurat.Hal ini akan meningkatkan angka keberhasilan transplantasi melalui meningkatnya survival transplan, dan menurunkan risiko ancaman terjadinya akut serta kronik graft versus host disease(GvHD).Â
Pemeriksaan HLA secara konvensional dilakukan dengan menggunakan teknik serologi. Pemeriksaan HLA dengan metode ini dikembangkan oleh Terasaki melalui suatu teknik yang dikenal dengan sebutan microlymphotoxicity assay.Teknik ini membutuhkan preparasi sel limfosit sebagai target pemeriksaan dan antisera spesifik. Reaksi dianggap positif bila terjadi pengikatan antara antigen pada limfosit dengan antibodi spesifik.Â
Pengaktifan protein komplemen akan menghancurkan membran sel sehingga terbentuk lubang-lubang kecil yang membuat sitoplasma keluar dari sel dan menyebabkan terjadinya perubahan pada morfologi sel dan kematian sel. Selanjutnya, perubahan morfologi dan kematian sel ini diamati dengan bantuan mikroskop.Kekurangan dari teknik serologi adalah pada saat preparasi sel membutuhkan tingkat viabilitas sel yang tinggi atau mencapai 80%, dan pengamatan dengan mikroskop dilakukan secara subjektif.Â
Rendahnya tingkat ekspresi antigen pada sel darah tali pusat, akan mempersulit terbentuknya kompleks antigen dan antibodi sehingga menghasilkan pembacaan yang kurang akurat. Hal ini mempersulit penentuan tipe HLA pada sampel darah tali pusat. Apabila pemeriksaan HLA dengan teknik serologi menekankan pada perbedaan struktur antigen, pemeriksaan HLA secara molekuler lebih menekankan pada gen yang mengatur ekspresi antigen tersebut. Dengan teknik Sequence Specific Primer (SSP) PCR, keberadaaan  HLA ditentukan dari teramplifikasinya gen tersebut menggunakan primer spesifik.Â
Pemeriksaan berbasis DNA dapat medeteksi perbedaan nukleotida spesifik sehingga mampu membedakan alel-alel pada satu lokus gen.Kemampuan membedakan suatu alel sampai tingkat lokus bergantung baik pada metodenya maupun primer yang digunakan. Penentuan HLA sangat menentukan untuk memproduksi Anti-HLA untuk meminimalisir terjadinya rejeksi terhadap sel punca atau stem cell yang dimasukkan ke dalam tubuh. Ini disebabkan tiap orang memiliki jenis HLA yang berbeda, terlebih lagi Indonesia memiliki banyak suku bangsa atau etnik, sehingga dimungkinkan variasi HLA sangat bervariasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI