Saat keluar dari Transjakarta (Tije) Saya merasa sangat lapar, lalu beli cilok di stasiun Cawang atas. Kemudian lanjut masuk stasiun dan cari tempat duduk buat makan cilok. Saking lapar dan kurang berhati-hati, bumbu cilok sedikit lompat dari tempatnya, mengenai hoodie seorang perempuan.Â
"Kak, maaf banget nggak sengaja. Sebentar aku lap pakai tisu ya?" ucapku panik dan tak enak hati karena sudah mengotori pakaian orang lain. "Gapapa kak, santai aja. Aman kok," ujar wanita berkulit putih dengan nada ramah dan wajahnya tidak terlihat kesal atau marah.Â
Merasa sedikit lega, saya tetap mengelap hoodienya yang terlanjur kena bumbu cilok. Selesai makan cilok, bergegas pamitan pada si kakak dan jalan kaki mendekat dengan peron.Â
Rasanya saat sore tadi saya kurang fokus. Tidak melihat dan mendengar informasi kalau KRL yang saya naikin bukan jurusan KRL Bogor. Ini kali kedua alias kedua kalinya saya mengalami salah jurusan.Â
Bukan jurusan sekolah atau jurusan kuliah gengs. Melainkan salah jurusan KRL, sungguh sebuah keteledoran.
Syukurlah kedua kali salah jurusan, sadarnya di stasiun Cibinong. Belum terlalu jauh dari Citayam pikir saya asal sambil menenangkan diri. Namun, ini kedua kalinya terjadi. Pertama saat tahun 2024 akhir dan kedua saat ini padahal ada banyak pekerjaan menanti, mau tak mau tertunda.Â
Iya, rencananya hari ini tiba di rumah lebih awal: mau nulis artikel buat blog pribadi karena sudah hampir dua Minggu tidak saya isi tulisan. Lalu mau cicil beberapa pekerjaan kantor agar besok lusa lebih ringan dan mau lanjut blog walking sama teman-teman blogger TDL.Â
Semua planning saya harus tertunda. Lantas saya hanya tarik nafas dalam-dalam sambil menghampiri petugas KRL. "Mas, mau tanya KRL Jakarta sampe sini jam berapa?" tanya saya penasaran. "Jam 18.15 WIB kak" ujarnya ramah. "Oke, makasih ya. Kalau mushola sebelah mana?" tambah saya karena memang belum tau banyak soal stasiun Cibinong.Â
Lantas petugas menjawab "harus tap out dulu kak, ada di sebelah kanan," sembari tangannya menunjukkan dengan sopan. Lantas saya menghela nafas, kalau tap out artinya akan double ongkos dong hahaha nggak mau rugi emang.Â
Adzan magrib sebentar lagi dan saya belum tau situasi mushola biasanya di stasiun Cawang, Tanjung Barat, Tebet, Pasar Minggu. Kalau jam shalat magrib bakalan padat sama yang mau shalat, alias antri panjang.Â
Saya berdoa semoga KRL cepat sampai dan bisa antarkan saya ke stasiun Citayam dan saya keburu buat shalat magrib di Stasiun Citayam.Â
Saya duduk di antara penumpang lain yang sedang menunggu kedatangan KRL. Pantas ada beberapa orang bikin konten gini "Tolong kalau bukan tinggal di Nambo jangan naik KRL Nambo. Soalnya KRL nya jarang." Hmmmp saya paham kenapa ada konten seperti itu, adalah bentuk keresahan warga Nambo dan sekitarnya karena memang KRL nya jarang.
Kalau ngecek jadwal di aplikasi kurang lebih gini jadwalnya KRL dari Stasiun Nambo ke Stasiun Jakarta Kota: 04.55 WIB, 05.55 WIB, 06.55 WIB, 07.50 WIB, 09.15 WIB, 10.20 WIB, 11.20 WIB, 12.32 WIB, 13.45 WIB, 14.50 WB, 16.00 WIB, 16.55 WIB, 16.55 WIB, 18.00 WIB, 19.17 WIB, 20.27 WIB, 21.55 WIB.Â
Lumayan jarang banget kan? Nggak sesering KRL Bogor-Jakarta Kota atau sebaliknya. Lantas saya mulai gusar karena rasanya tak nyaman nyasar kedua kalinya di jam-jam seperti ini. Seharusnya sudah di rumah hahaha. Inilah akibat dari kurang teliti dan malah fokus Blog walking bahkan keasyikan baca cerita yang ditulis teman blogger.Â
Biasanya di momen gini saya suka ngajakin orang lain ngobrol, nanya seputaran stasiun Cibinong atau hal apapun yang bikin penasaran. Kali ini saya nggak punya banyak energi dan memilih menulis sembari menunggu kedatangan KRL ke Citayam.
Alhamdulillah, pukul 18.07 WIB tiba KRL arah Jakarta Kota. Saya bergegas naik dan memilih berdiri saja, agar tak terlewat lagi.Â
Rencana saya ingin cepat-cepat tiba di mushala saja. Setelah itu barulah saya naik KRL arah Bogor. Berapa banyak waktu yang saya buang karena tidak teliti? Lumayan banget. Manalah perut mulai keroncongan. Maklum biasanya jam setengah tujuh malam saya makan malam. Baik di stasiun terdekat atau di rumah (kalau sudah sampai).Â
Sekilas tentang Stasiun Cibinong
Di sekitar area stasiun Cibinong bagian dalam dekat peron, terdapat: Toilet perempuan dan toilet laki-laki, serta sangat terlihat alias posisinya strategis. Ada mushola walau mesti keluar atau tap-out terlebih dahulu jika dari dalam stasiun. Hanya segitu yang bisa saya amati. Serta ada petugas ramah dan standby dekat area peron.
Sebari sekalian menulis diary tentang keteledoran yang memalukan ini, saya mau sedikit menceritakan kembali sekilas terkait stasiun Cibinong. Â
Tentu sumbernya dari Wikipedia, karena kebetulan saya belum pernah nih ikutan walking tour stasiun Cibinong. Pernahnya di walking tour stasiun Jakarta Kota, Stasiun Tanjung Priok.Â
Stasiun Cibinong atau disingkat dengan CBN, merupakan sebuah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Pabuaran, Cibinong, Bogor.Â
Nah, stasiun yang terletak pada ketinggian +155 meter ini hanya melayani KRL Commuter Line atau KRL saja. Untuk sejarahnya nanti saya ikutan walking tour dulu deh ya biar mantap materinya.Â
Lalu untuk pertama kali, saya bisa melihat sekilas situasi di stasiun Pondok Rajeg lewat jendela KRL. Kebetulan agak sepi, saya ambil potret yang memang terjangkau saja.Â
Disertai ragam rasa penasaran terkait stasiun Pondok Rajeg. Selama sudah diaktifkan kembali, saya belum pernah menyambangi area stasiun yang satu ini.Â
Lantas, saya bersyukur karena masih kekejar waktu shalat magrib di Citayam. Meski harus antri buat shalat, setidaknya masih cukup aman. Toiletnya bersih, tempat wudhu memang agak jauh dari mushola dan banyak stand penjual makanan. Situasi stasiun Citayam lebih ramai dan hidup.Â
Lalu saya bertemu seorang ibu lansia yang memberikan mukena untuk saya gunakan saat saya antri. "Maafin ya saya shalatnya lama, udah agak susah bergerak," ujarnya bangkit dari kursi untuk shalat. Ramah dan baik, begitu kesan yang saya rasakan. Saya tersenyum dan bilang terima kasih.Â
Saya senang bertemu orang-orang di stasiun atau di area transportasi umum. Kebanyakan dari mereka adalah baik dan ramah.Â
Moral story yang bisa saya petik: Saat bepergian kemana pun, kapan pun dan dimanapun, saya mesti fokus dan mendengarkan pengumuman. Jangan malah keasyikan baca blog dan membagi-bagi pikiran sehingga pendengaran ikut kabur hehehe.Â
Sungguh sebuah keteledoran yang membahayakan diri jika saya lagi terburu-buru bisa bahaya impact-nya.Â
Selebihnya, saya jadi kembali merasakan vibes stasiun Cibinong sore jelang magrib dan saya merasakan betapa menariknya stasiun Citayam saat magrib. Ada banyak orang memenuhi mushala dan mengantri. Hanya saja antara area mushala dan tempat wudhu agak berjauhan harus jalan kaki macam di stasiun Jakarta Kota.Â
Selebihnya saya suka karena ramai dan ada alunan biola merdu dari luar stasiun. Banyak stand makanan juga. Namun saya tidak jajan karena hari ini sudah jajan sekitar Rp20.000,- mungkin next jika saya iseng mampir ke stasiun Citayam bolehlah saya kulineran.Â
Bahkan ada rencana pengen jelajah area Nambo juga sih. Sebelum ke Nambo mungkin akan ke Citayam, Pondok Rajeg, Cibinong barulah Nambo. Satu-persatu dan pelan-pelan kalau ada waktu senggang dan kantong dalam kondisi aman.Â
Gimana sobat kompasiner, pernah ngalami keteledoran yang serupa juga kah? Atau ada cerita lebih kocak dan seru? Boleh dong ceritain di komentar. Have a great day sobat kompasiner.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI