Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tidak Mudik, jadi Rumah Angker [Paranormal – 18]

28 Agustus 2011   04:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:25 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Eyang Poerwoto adalah puncak trah kami yang dikenal --- ia perantau dari Gundih, Purwodadi.Dulu ia selalu menceritakan kisah suksesnya. Bahkan ia selalu memberi dorongan kepada anak-cucu agar menuntut ilmu setinggi-tingginya, dan bekerja keras untuk ‘memperoleh kemenangan’.Ia adalah anak yatim-piatu yang papa, merantau ke Wonosobo.Saking miskinnya ia tidak pernah memakai baju baru --- sampai ia tammat SMA ia selalu membeli baju loakan.

Setiap lebaran ke-8 anaknya --- 6 lelaki dan 2 perempuan pasti menyempatkan pulang mudik di saat Idul Fitri.Anak lelakinya yang terjauh merantau ke Sorong di Irian Barat sebagai tukang pos mulanya, lantas paman Purwadi merantau ke Singkil menjadi petani kopi, dan satu lagi yang agak jauh adalah paman Akhid merantau ke Taluk Kuantan di Riau ---8 anak dengan 30 cucu sungguh ramai, di rumah besar itu.

Rumah besar itu dibangun Eyang tahun 1953 --- semua bahannya dari kayu jati, rumah setengah tembok itu agak unik karena bagian depannyaberupa bidang ke tujuh arah --- jendelanya banyak sekali. Dari ke-7 bidang itu kami bisa memandang ke segala arah ---- memandang bukit-bukit kebun kopi.Sebagian pemandangan kebon kopi adalah milik Eyang.Di bangunan utama ada 3 kamar tidur yang besar-besar --- lantas ada taman di halaman belakang --- ada delapan kamar tidur lantas ruang makan, dapur dan gudang.

Halaman luas itu ditumbuhi beberapa pohon durian, duku, klengkeng dan kawung.Masing-masing cucu mempunyai pohon favorit, belakangan kami juga diharuskan Eyang, kalau datang menanam pohon di mana saja di sisi bukit di mana rumah itu berada di puncaknya.Rumah eyang tidak bisa diterpa angin karena dikelilingi bukit-bukit yang lebih tinggi --- bukit-bukit itu adalah Boostwessen yang ditentukan Pemerintah Hindia Belanda, tidak boleh digunakan untuk pertanian ---- Hutan Lindung.

Di halaman utara terdapat makam Eyang dan Uti, beserta 4 anak-anaknya yang meninggal saat masih bayi dan salah satunya sudah remaja.. isi rumah itu biasa saja, di dinding foto-foto Eyang dengan Uti dan perkembangan anak-anaknya.Di dinding ada barisan tongkat eyang dari kayu jati satu, kayu sonokeling kombinasi dengan kayu jati dan satu yang istimewa, tongkat yang terbuat dari kayu Walikukun hadiah Kyai Amiruddin dari Cirebon.Oh ya diatas pintu menuju Taman Dalam ada satu lagi --- klonengan sapi kesayangan eyang, sapi Benggala Brahmani.

Dari 8 delapan anak eyang kini yang masih hidup satu anak, bulik Puradiati --- ia kini berada di Wyoming, Amerika, ia tinggal bersama salah satu anaknya --- kira-kira cicit eyang ada 150-an kini, tersebar di seluruh Nusantara, bahkan banyak di luar negeri.2 cicit lanangnya bekerja di Aramco Saudi Arabia, satu cicit perempuannya bekerja di perminyakan juga di Libya, satu cicit lanangnya bekerja di Petronas Yaman.2 cicit perempuannya kini sedang menempuh S2 di Amsterdam dan Hawaii.

Kami yang di Jawapun sudah jarang pulang mudik ke Desa Gumiwang --- belakangan ini mungkin ada 4 kali Lebaran tidak satu cicit eyang yang berani tinggal di rumah itu.Paling-paling para peninjau menginap di Wonosobo, lantas ke Desa hanya untuk memeriksa keadaan rumah kalau baru selesai diperbaiki.Kebun kopi telah di-wakafkan hasilnya untuk Mesjid di Gumiwang dan Kajeksan.Hasil kebun di Plodongan pun demikian.

Cicit dan Canggah terusik dengan cerita dan gossip --- bahwa rumah eyang dihuni berbagai hantu dan wewe. Konon banyak yang telah menyaksikan. Asal muasal kira-kira tahun 2006 tante Sofei isteri Oom Marwoto, tidak mau pulang kembali setelah mudik, ia mengalami kerasukan.Kesurupan.

Dengan susah payah dipaksa pulang ke Serang, Banten.Ia tetap sering kesurupan bahwa eyang puteri meminta ia mengurus rumah itu.

Berbagai upaya untuk menenangkan dan mengobati Tante Sofei, sia-sia --- akhirnya Om Woto dan anak-anaknya mengikhlaskan tekad tante untuk mengurus rumah itu sendirian. Konon sikap dan kelakuan tante Sofei makin aneh di lingkungan rumah itu.Ia sering keluar malam-malam membawa oncor menuju mata air di kaki bukit.Konon ia tidak pernah mandi-mandi.Sehingga tiap bulan Om Woto ke Gumiwang untuk memandikan Tante di Sungai kecil di kaki bukit. Itu anak sungai Serayu.

Sejak om Woto meninggal dunia, sekali dua anak perempuannya berkunjung ke Wonosobo untuk mengurus ibu mereka --- keanehan lain kalau malam tante Sofei berkeliling rumah dengan membunyikan klonengan sapi.Makin banyak gossip dan cerita seram sekitar rumah dan kelakuan tante --- pada hari pasar ia sering ke sana, hanya untuk mengumpulkan kardus dan botol-botol kosong.

Tibalah berita itu ……………….tante meninggal dalam keadaan telah membusuk dan tulang belulangnya pun telah terkelupas.Diputuskan pemakaman di lakukan di samping makam Uti. Umur tante Sofei saat meninggal 49 tahun.Ia berubah sikap itu, bahkan digolongkan telah menjadi orang gila, konon sejak ia mengalami kegoncangan jiwa setelah mengalami Menopause.

Gangguan jiwa itu menggejala --- ia sering melamun, meninggalkan rumah dan suaminya.Kesurupan dan berdiam diri berhari-hari. Sampailah kisah ia tidak mau pulang setelah mudik di rumah itu.Rumah itu makin menyeramkan sejak tanpaseijin pemilik dijadikan latarbelakang video ‘Memburu Hantu dan Dedemit’

Memang cerita dan gossip terus berkembang, bahwa tiap malam pasti terdengar klonengan sapiberbunyi meningkah kesunyian --- dan sekali dua kali terlihat oncor menari-nari mengitari halaman dan menuruni lembah untuk menuju ke mata air……………………………….. [MWA]

 

[caption id="attachment_128171" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Kosong selalu di-asosiasikan dengan Rumah Hantu, apalagi kalau pemiliknya telah berpulang semuanya --- bumbu gosip pun menambah meriah Kecendrungan Manusia senang pada Sensasi Horor dan Ketakutan."][/caption]   *)Foto ex Internet

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun