Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sex-Machine, Epilog satu [Mini Cerpen -53]

27 September 2010   05:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:56 2363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_270790" align="aligncenter" width="300" caption="Cinta dan Seks adalah dua aspek yang berbeda, tetapi sama-sama mempunyai pengaruh terhadap hari depan manusia."][/caption]         Gatucola --- “Semi, jangan lupa beli pegagan dan kelapa --- buat sambel kelapa yang pedas, saya mau menghidangkan lalapan yang baik untuk otak mas Gondo”.  Ningsih bukan saja menyiapkan terapi sentuhan --- tetapi ia juga memberikan suplemen Gatucola bagi mas Gondo.  Orang Amerika membuat suplemen Gatucola minta ampun mahalnya --- padahal gatucola adalah pegagan yang banyak tumbuh di tepi sawah dan tegalan. “Kami akan makan siang dengan lalaban”.  Ningsih menari-nari setelah membayangkan wajah mas Gondo yang tersenyum setiap kali ia disulangi makanan. Ahoy !

Ningsih mencium kening mas Gondo yang sedang duduk di kursi roda --- ada sedikit senyum mas Gondo. Ningsih membantu membangunkan dan mendudukan mas Gondo di Sofa --- lantas meletakkan kedua kakinya di pangkuan mas Gondo.  Kedua tangan mas Gondo diletakkannya di atas kakinya pula.  Ningsih merebahkan dirinya di sofa sambil membaca berirama sekali-kali ia mengintip dari helaian majalahnya --- ia rasakan tangan mas Gondo mencoba bergerak-gerak membelai kakinya --- sentuhan itu sangat nikmat dirasakan Ningsih.

Ia mempelajari pijat shiatsu, pijat Madura, pijat Skandinavia, pijat Mongol --- ia pelajari fungsi otot dan otak.  Hasil diskusinya dengan dokter Mono --- kerusakan sel otak yang mungkin telah ‘memblank’ neuro transmiter’ untuk menggerakkan otot mas Gondo.  Kedua lengan mas Gondo ototnya tidak mati , tidak menjadi cacat mengecil.  Ningsih yakin ‘boneka’-nya pelan-pelan akan bisa bergerak.  Ningsih yakin komunikasinya dengan mas Gondo melalui sentuhan, pijatan, garukan, dan cihuy ……….cubitan. selalu mendapat respons. Berarti otak mas Gondo terangsang.

Mas Gondo terkadang senyap tidak menggerakkan geseran tangan-nya, dia blank lagi --- ganti Ningsih menggesek-gesek-kan tumitnya ke pangguan mas Gondo. Ia sadar dan memalingkan wajahnya !  Ningsih tersenyum lebar --- ia nakal, tumitnya menyentuh tonjolan di pangkuan mas Gondo.   Ningsih tersenyum, “Wah, masa depanku adalah  ahli sex-therapist ada Mc Errod !” . Dipandangnya wajah mas Gondo --- mereka saling tatap.  Mata itu mulai hidup, sekarang rambutnya berombak agak gondrong diatur Ningsih --- kumis dan jenggot memang dicukur rapi.

Ningsih kuatir juga kalau mas Gondo otaknya bisa ada kemajuan --- lantas menjerit-jerit seperti kelakuan anak autis, wah berabe juga, pikirnya.  Mas Gondo berubah prilaku hiperaktif menjadi pemurung --- dimulai dengan layunya sang otot lengan dan diikuti lemahnya kaki --- tetapi menurut dokter Mono, kira-kira tiga tahun ini ada kemajuan di otot kaki --- sehingga bisa ditatih berjalan.  Kalau tangan memang masih lumpuh belum ada kemajuan.  Ningsih berkesimpulan gangguan sel otak dan hormonal menjelang remaja memperburuk tubuh mas Gondo --- menyebabkan kelemahan otot lengan dan tungkai-nya.  Penisnya pun menjadi impoten !

Ningsih menggendong mas Gondo ---sewaktu merebahkannya di tempat tidurnya yang empuk, harum --- mereka rebah berpelukan. Hm.

Ningsih menghidupkan musik klasik yang konon merangsang sel-sel otak --- ia pergi ke dapur mengontrol masakan dan menu --- masih tercium aroma hembusan nafas dan mulut mas Gondo.  Aroma jus Jeruk navel plus strawberry.  Ia menyandar di tempat tidurnya sambil mengawasi sikap mas Gondo --- mungkin mas Gondo lagi mengkhayal di alam sadarnya.  Apakah orang autis mempunyai bawah sadar juga kah ?   Ningsih menulis di Dairy-nya.   Apakah mas Gondo bisa merasakan kelembutan payudaranya sewaktu tadi terjerembab merebahkan mas Gondo ?

Mengapa tadi ia sebagai manusia normal bisa merasakan tonjolan otot penis mas Gondo melalui tumitnya ?  Apakah otak mas Gondo juga tadi mendapat sinyal dari penis ke otaknya ?  Wah.   Ningsih mencoba melirik ke arah  tempat tidur mas Gondo --- ia masih ketap-ketip memandang pian.  Apa yang dipikirkannya dalam keadaan itu ?   Kalau disentuh, Ningsih sudah yakin betul otak mas Gondo telah merespons.  Ia pastikan itu bila punggungnya dipijat, digaruk --- ada perubahan dengus nafas.  Apalagi kalau  Ningsih menyentuh dan meraba dadanya yang berbulu halus. Ia tersenyum.  Bila menyentuh dan menggaruk perut dan sekitar pusarnya ………..ia mengadah-ngadahkan dagunya seperti orang yang akan mendesah.   Kemudian ia menggaruk bulu pubis, dan menyentuh penis dan skrotum-nya ………ia kembali menggelenggelengkan kepalanya, seperti akan menjerit, menggelinjang …………. kemudian biasanya Ningsih memijit otot paha, betis dan meramas-ramas jari jemari kaki mas Gondo.

Ningsih masih takut untuk merangsang penis mas Gondo lebih jauh --- ia kuatir itu akan terlalu drastis. Ia kuatir dan takut, konon orang autis suka memberontak dan menjerit-jerit.  Mas Gondo hanya menguasai dua kata-kata saja --- terkadang ia mengatakan ‘mau’ atau ‘aku mau’. Hanya itu kata-kata dan kalimat yang dikuasainya.

Musik masih terus mengalunkan irama klasik --- tampaknya mas Gondo telah tertidur.  Ningsih memasang earphone mendengarkan lagu-lagu Blues dari teleponnya.  Rupanya ia bisa pula terlelap.

Dengan petunjuk dokter Mono --- usul Ningsih agar mas Gondo diberi suplemen Gatucola atau Ginko Biloba bergantian setiap habis sebotol --- lantas Ningsih membeli buku-buku pengobatan herbal ---- daun pegagan menjadi lalaban mereka. Mas Gondo suka sekali, apalagi kalau diberi sambel kelapa yang harum dan gurih.  Rempah dan bumbu yang menurut khasiat di buku Herbal bagus untuk seks juga di masukkannya dalam resepan tambahan.  Ini yang ajaib --- jus buah atau kombinasi dengan sayur juga mengarah pada kesehatan otak dan seks mas Gondo.  Sekarang setiap membuat jus untuk mereka berdua, pasti dibubuhi pucuk tunas laos atau lengkuas --- eksperimen itu dirasakan Ningsih memang manjur. Libidonya meningkat !  (tentu mas Gondo juga barang kali).

Pernah Ningsih diskusikan pada Dokter Mono --- mas Gondo ‘kan tidak melakukan koitus dan juga mastubasi, karena tangannya lemah --- mengapa kelebihan sperma-nya tidak keluar dengan melalui mimpi ?  Apakah  orang autis tidak mengalami mimpi ?  Panjang lebar penjelasan dokter Mono kemungkinan itu. 

Kepada psikolog juga ditanyakan Ningsih --- Ibu Anti dan Ningsih tertawa cekikan, panjang lebar juga psikolog memberikan penjelasan prilaku seks manusia autis --- karena orang autis  tidak menyadari lingkungan di luar dirinya, biasanya mereka melakukan masturbasi kapan mereka terdesak untuk melakukan. Di mana pun.   Makanya ibu-ibu yang mempunyai anak austis menjelang remaja atau melihat prilaku seks anaknya, harus melatih, bagaimana mereka secara sembunyi bisa melakukannya.  Ningsih tidak pernah menceritakan  bahwa,  ia dan mas Gondo biasa mandi bersama.  Bagi Ningsih mas Gondo adalah anak asuh yang sangat dikasihinya --- karena ‘boneka’nya itu juga harus dicebokinya seperti bayi.  Apa lagi ?

Malam minggu Ningsih membacakan novel karangan novelis wanita Indonesia yang sangat berani --- mereka duduk di sofa, Ningsih menyandarkan dirinya dengan  mas Gondo duduk rapat didalam pelukan paha dan betis Ningsih.  Tangan mas Gondo diletakkannya di pubisnya. Kemampuan tangan itu sangat terbatas --- malah mungkin ia tidak mengetahui apa yang harus diperbuat.  Terkadang wajahnya ke TV, kadang menoleh ke arah Ningsih, terkadang mengambang memandang gordyn yang indah bergelombang dengan warna krem kecoklatan.

Ningsih telah mempunyai katalogus perguruan tinggi yang akan dimasukinya --- tabungannya sudah cukup besar, gajinya pun cukup untuk membiayai kuliahnya --- Ibu Helge puas dengan perawatan Ningsih tehadap mas Gondo.  Mas Gondo tampak lebih sehat, dengan rambut yang dipotong modis, ia tampak ganteng dan lebih sumringah.

Memang rumah mas Gondo juga kini dilengkapi dengan mobil --- Cuma kalau nanti mas Gondo dibawa kuliah oleh Ningsih, ia ingin mengusulkan diberi mobil yang lebih lega, agar mas Gondo yang menanti di kampus bisa istirahat ditemani supir dan satu perawat.

Masih subuh, ketika dalam keremangan Ningsih melihat sesuatu menyembul di piyama mas Gondo --- celana itu dicilak-kannya.  Wah, penis mas Gondo ereksi !  Ningsih menggenggam tangannya, ia cemas bercampur gembira …………Mc Errod (!).  Ia hidupkan satu lampu, jelas benda indah itu berdiri ……….indah sekali, berwarna semu pink dan  ……….panjangnya mungkin ada 15 senti. 

Aduh Ningsih bingung, tangannya masih terkepal --- nafasnya memburu ……..ia kuatir dan takut.  Ia tentramkan dirinya dengan duduk ditepi ranjangnya ………..memandang phallus itu.  Ia meng-gigit bibirnya, cemas ………..benda itu sekarang hidup.  Bagaimana nanti kalau mereka mandi berdua ?

 

Ningsih memutuskan ia tidak akan mandi berdua lagi --- tetapi bagaimana kalau mas Gondo menuntut lebih saat ia memandikan ?  Ia rada panik.  Ia menutupkan kembali tugu itu --- lantas ia mengintip keluar dari sebalik gordyn.  Hari masih gelap, beberapa lampu menyinari daun pohon-pohon, bayang-bayang pohon malah mencemaskan hatinya --- ia tutup kembali celah gordyn itu.  Terdengar azan subuh. Ia terfakur di tepi ranjangnya kembali.  Nafasnya memburu --- ia kuatir sekali…………mas Gondo bukan boneka lagi, kini ia seorang lelaki !

(bersambung ke Epilog 2) --- sebelumnya :

http://fiksi.kompasiana.com/group/prosa/2010/09/25/sex-machine-ini-nalog-nya-mini-cerpen-%e2%80%93-52/

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun