Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Percakapan Bernas (11) Anggota Parlemen yang Kekurangan Oksigen

12 Agustus 2010   10:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:06 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tengah hari di bulan puasa --- sungguh nyaman bagi Cik Yung untuk berteduh dan leyeh-leyeh di bawah pohon nangka rumahnya --- membaca sambil menanti siulan dan kicauan burung yang mampir di halamannya yang rimbun.


Tercium ranum bau nangka yang akan dipanen --- "Assalamualikum !" Cik Yung menoleh ke arah suara "Alaikumussalam wa Rakhmatullallah wa Barakatuh !". Si Jahe tukang sampah datang bertamu --- pintu pagar dibukakan.


"Sehat pak ?'

"Sehat " si Jahe tukang sampah mengambil tempat duduk --- setelah berbincang tentang sampah, kesehatan sampai bahaya Rokok --- memang Cik Yung di mana pun selalu dalam pembicaraan, menyisipkan misi "Anti Rokok".

"Pak Cik, apakah anggota DPR itu orang yang tidak sehat pak, mengapa mereka selalu tertidur di ruang sidang pak"  tiba-tiba saja si Jahe menyodok dengan isu politik.

"Ah, mereka itu kekurangan Oksigen --- otaknya memadamkan listrik karena kekurangan oksigen --- sehingga organ tubuhnya dilumpuhkan otak --- agar istirahat !"

"Tidur jangan di ruang sidang dong, malu !"

"Kok kamu tukang sampah tahu malu sih"

"Mereka itu kekurangan Oksigen --- kalau duit mereka cukup kita beri gaji dan tunjangan --- bahkan kini ada "usul ngantuk" lagi --- mereka menuntut Anggaran "Rumah Aspirasi" --- kalau dulu di perkebunan ada olok-olok buruh kecil : ‘mandor kawat --- kerja malas makan kuat. Begitulah mutu anggota parlemen ‘tu"

"Mereka itu mandor pengawas pekerjaan ekskutif --- cocok-lah makan uang kenyang, oksigen kurang --- tubuh dan otaknya menuntut istirahat "

"Macam orang stroke lah .........perlu diberi infus oksigen pak"  pintar pula si Jahe.


Si Jahe ini Rakyat pintar , ia mampir ke rumah Cik Yung sebenarnya --- ingin menggugah memori Cik Yung, agar ia mengingat karena setiap tahun, menyambut Aidil Fitri dengan bingkisan --- sarung dan kain plekat.

Pintar-pintarnya Rakyat --- manja-manjanya Rakyat. Cik Yung paham itu --- ‘di mana pula Kutu (baca Rakyat) makan, kalau tidak di kepala ?' Masih ingat Cik Yung pada kata kiasan pepatah itu.

"Nanti He, seminggu ini ku carikan hadiah lebaran untuk mu"


Sepeninggal si Jahe Cik Yung melanjutkan bacaan-nya --- tetapi hatinya masih tergoda komentar si Jahe tukang sampah ‘anggota DPR tukang mengantuk'.

Mereka bukan hanya mengantuk --- juga suka iseng --- main-main telepon, atau konon SMS-SMS-an ( Ah, jangan-jangan urusan dinas)

Apa urusan dinas anggota DPR --- yang paling urgent adalah Legislasi --- proses RUU yang serius, bermutu dan berguna............. Dan kemudian diawasi pelaksanaan-nya apalah artinya produktifitas DPR baik --- tetapi tiba dipelaksana ........tidak terpakai.

‘Apakah ada Undang-undang dan Ketentuan-ketentuan yang tidak terpakai ?'

‘Banyak'

‘Itulah salah satu Amanat Reformasi perlunya bangsa ini menegakkan hukum dengan benar dan seksama ‘.  Cik Yung termenung  sejenak, betapa ruwet masalah yang dihadapi bangsa ini --- di mana ia salah seorang yang terlibat dalam menegakkan Kemerdekaan Indonesia, sebagai pejuang  Angkatan 45.


Diraihnya kembali buku bacaan-nya : " .............Indonesia 2001, KEHILANGAN PAMOR, Penerbit Buku Kompas, Jakarta  2001. "  Buku itu rupanya kumpulan tulisan. Diamati-nya daftar isi, terdapat sejumlah nama yang dikenalnya --- hebat-hebat judul tulisan itu --- ‘sangat tepat dibaca dalam menyambut Hari Proklamasi, pikir Cik Yung.'


Salah satu paragraf yang ditulis Jakob Oetama dalam Kata Pengantar : "........Ataukah karena para Bapak Bangsa sangsi, individu yang dibaca sebagai individualisme, cocokkah faham itu bagi Indonesia yang kental semangat komunitasnya. Jika dibiarkan individualisme tumbuh, tidakkah akan merajalela dan ketika digabung dengan ekonomi kapitalis bersalah jadi sebagai instrument exploitation de l'homme par l'homme, eksploitasi manusia yang satu oleh manusia yang lain, oleh yang kuat terhadap yang lemah ..."  Dihayatinya pernyataan itu : 2010 sepuluh tahun berselang makin nyata para koruptor mengeksploitasi kekayaan Indonesia , yang  menyebabkan kemiskinan dan penderitaan Rakyat --- penguasa yang mengambil Kebijakan yang resultantenya Rakyat tereksploitasi.

Siapa yang harus mengawasi dan bertindak ?

Ada tulisan berjudul : Indonesia Tahun 2001 Pesimisme Menghantui Masyarakat ( Cik Yung mencari-cari paragraf yang menonjol). Tambah pesimis-kah masyarakat Indonesia di tahun 2010 ini ( di-mana-mana rusuh, di-mana -mana bom LPG meledak, kekerasan dan kebohongan publik merajalela --- sepertinya Pemerintah tidak tegas dan lamban  bertindak , Kriminalisasi jadi metode para penguasa pemegang amanat.............wah) pikir Cik Yung

Apa yang bisa diperbuat Partai dan Parlemen  --- yang sistematis dan tegas ?


Ada tulisan : Indonesia tahun 2000 Sosok  Negeri Sarat Konflik Identitas(Wah, sampai kini tahun 2010 malah hal ini telah menjadi krisis --- Siapa peduli ?)

Berikut judul : Ketahanan Pangan , Antara Fakta dan Angin Surga (Bagaimana saat ini ? Cik Yung  mengernyitkan dahinya di umurnya yang ke- 81 ini)

Ada pula tulisan : Diplomasi "one-man show" Abdurahman Wahid (Sekarang ?)


Berikut Masa Depan Indonesia "The End of Indonesia" ? (wah, pikir Cik Yung). Ditulis oleh Imam B. Prasodjo, ia memulai dengan inskripsi berikut :

"all that is solid melts into air. Ucapan Marx ini seperti mendadak mendapatkan makna baru di ujung abad ke 20 ini. Sebuah perubahan global telah menunjukkan kekuatannya. Berbagai gejolak telah tumbuh dan mulai mengubah tatanan  kehidupan dunia, menata ulang komposisi Negara-negara, dan menggugat eksistensi berbagai bangsa, termasuk kini Indonesia..

Terhenyak Cik Yung di kursi malasnya, ia menutup buku bacaannya...........dan mulai meng-analisis inskripsi itu.  Sebagai Patriot Bangsa ia terharu dan air matanya mengambang ............ia menutup kelopak matanya. Merefleksikan.


Hutan Indonesia telah gundul , kota-kota krontang--- Indonesia krisis oksigen --- kecerdasan berkurang --- di seluruh kota lalulintas jadi macet, tidak berimbang alat lalulintas dengan alat pemakai jalan.  Dimana Otak Depan kita ? Alangkah bodohnya kita ? (dipelupuk matanya tayangan 'para anggota DPR tertidur' --- memimpikan duitnya).


 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun