Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pendekar Kobat Melumpuhkan Lanun Cina di Sungai Musi (Cersil)

10 Juni 2012   08:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:09 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1339315776795212773

(1)

Sahibul hikayat adalah Kerajaan Melayu Kedah ingin mengisi kekosongan kekuasaan di saentero Selat Malaka, setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh di penghujung Abad XII.

Seperti ada dicatatkan oleh Dinasti Ming (1376) bahwa kerajaan di Jawa menuntaskan keruntuhan Sriwijaya --- Kubilai Khan semasa ia menjadi Kaisar di Cina, yang menyerangpula sisa-sisa kekuatan Kerajaan Majapahit, meninggalkan pula para pelaut Cina di beberapa titik di antara Laut Jawa dan Selat Malaka di arah selatan.

Sisa armada Kubilai Khan itu mencoba membangun Kekuasaan yang dipimpin oleh Liang Tau Ming yang berasal armada di Kanton --- ia memiliki jaringan bajak-laut yang berbasis di wilayah yang dulunya dikuasai armada laut Kerajaan Sriwijaya.

(2)

“Oi Encik Bendahara dan Syahbandar --- beta menginginkan kita menembus kawalan Lanun Cina di perairan Pulau Bangka dan Baliton, lantas adalah 2 atawa 3 kapal Jung untuk menembus Muara Sungai Musi, agar dapat pula memasuki perairan Sungai Musi untuk mencapai sisa-sisa pengaruh Sriwijaya di sana …………..”

“Ampun Duli Yang Mulia, apatah kiranya maksud Paduka kita membuat perkara begitu jauh ke Selatan ?”

“Beta akan mengirimkan bantuan makanan ke sana --- menurut Temenggung Tambusai di daerah Rokan.Daerah itu pahit mengalami kekurangan beras dan makanan lain --- kita harus mendahului anasir Siak yang bersekutu dengan Peringgi (baca Portugis). Kita ‘kan bangunkan lagi Kerajaan Melayu yang kuat menguasai Selat Malaka”.

“Ampun Duli Yang Mulia, apakah Laksamana Hang Trembesi telah mengukur kekuatan Lanun Ling Tau Ming di Selat Berhala sampai ke pulau-pulau kecil di muara dan sepanjang pesisir Sungai Musi sampai Palembang ?”

“Armada Laksamana Trembesi tidaklah boleh meninggalkan Selat Malaka terlalu jauh ke pedalaman --- konon kita bisa dikurung Peringgi ketika nak pulang --- yang kita butuhkan Nakhoda handal menembus Lanun Cina sejak muara sampai Pulau Klentit, Pulau Mariana dan Pulau Kumaro mencapai Palembang Sungai Lais !”.

Temenggung Bendahara saling berpandangan dengan Temenggung Bendahara --- tampaklah Bendahara mengangguk ke arah Syahbandar.

Berujarlah Sang Syahbandar : “Ampun Duli Baginda, kalaulah Tuanku berkenan dengan usul beta --- hendaklah tuanku bertitah segera …………… menurut pendapat beta yang awam ini, kiranya yang kita butuhkan nakhoda handal di penjuru dari 3 jung tersebut --- kalaulah tuanku berkenan ……………. Kita susulkan Nakhoda Kobat yang kini sedang berlayar ke Teluk Nibung, agar ia memimpin armada dagang itu ke Sungai Musi”.

“Beta setuju dan titahkan ke segenap Laksamana dan Panglima bersiap untuk mara ke selatan sampai ke muara Sungai Musi --- kemudian tu bahas oleh kalian pasukan hulubalang dan pendekar untuk mengawal beras kita agar sampai ke Palembang”

(3)

Singkat cerita 3 Jung berangkatlah diapit belasan kapal Galey dan satu Galeon serta beberapaperahu Lancara --- berlayar ke selatan menyongsong Bajak Laut dan Lanun Cina.

Armada Kedah dihadang armada Bajak Laut sejak Teluk Kampar terus menerus bertempur sampai Teluk Sekanak --- semua perkapalan armada Ling Tau Ming ditewaskan. Amanlah 3 Jung pengangkut beras itu berlayar melewati Tanjung Alanggantang dan Tanjung Batukarang ………………….

Nakhoda Kobat berdiri di anjungan kapal Pulau Bertih, di bawahnya berdiri Nakhoda Sabirin dan Nakhoda Sitompul ada pula 17 Jawara, pendekar dan Datuk-datuk pengemban tugas menembus blokade Lanun Cina.

“Encik-encik Nakhoda dan pendekar penggawa tugas mulia Raja di Raja Kedah Pemangku Alam --- ombak selat berakhir , bermula arus sungai menyongsong, tugas kita “hidup mulia, mati pun mulia --- tiada boleh seorang pun menyerah kepada Lanun Cina, tak sebutir beras boleh dirampas, tak segantang air boleh tumpah, tak secubit emas boleh tercecer --- pantang Orang Melayu menciderai amanat, pantang Orang Melayu menyerah kalah --- baik kata diucapkan baik langkah dengan berdoa.Amin !”

Terkesiap kalaulah kita melihat mereka --- entah berapa pendekar dan datuk bak terbang dari satu kapal ke kapal yang lain --- mereka kembali ke kapal masing-masing dengan lompat terbang dengan menggunakan “Ancang-ancang Angin Bahorok”, terkesiap tak berbunyi mereka mendarat bak kucing melompat. Tak ada Suara.

Mereka melayari Sungai Musi dengan senyap --- tiada cahaya bulan di masa tanggal tua, berpatok pada bayang-bayang rumpun pohon dan bintang --- hanya ada 2 titik lentera di 2 kapal penjuru dan yang tengah.

(4)

Tak tahu bagaimana datangnya, puluhan sampan di malam gelap dini hari telah mengepung dan memanjat bak tupai --- tiada suara gedegap-gedegup --- tiada suara langkah degebak-gedebuk.Lanun Cina telah merubung bak semut, mencincang apa saja yang bergerak dihadapan mereka.

Banyak penjaga dan pelaut mati bergelimpangan di lantai dan palka --- sejurus kemudian bak musang hitam berbau kasturi melesat dan menewaskan siapa saja yang tidak berbau. Hanya delapan puluh gerak delapan puluh Lanun Cina mati --- rebah terpancung atau tertusuk . Sekejap itupun mayat dan bangkainya dibuang ke sungai.

Itu barangkali di sekitar Pulau Klentit --- tolok awal tempat lanun tiap saat membajak, merompak, merampas apakah kapal berani ke hilir apatah lagi ke hulu.Sudah bilangan musim tiada perdagangan tiada peredaran panen maupun barang …………………..

(5)

Menjelang kokok ayam hutan dan kampung bersahutan ---18 perahu besar dan kecil mengepung dan merapat ---sorak dan cang-cing-cong bergema, pertama-tama pasukan pasukan bertombak, berkampak, dan berkelewang merubung setiap Jung Melayu.

Mulai terdengar denting bacokan dan tangkisan --- jerit tangis dan mengaduh memecah kesunyian. Pendekar Cina terbang melambung dengan toya dan gada --- banyaklah pendekar Melayu yang terhempas dan mati.

Samar-samar mulai tampak para datuk dan nakhoda mulai terdesak ke arah anjungan atau para pendekar handal berada di buritan. Suara ancaman dan cang-cing-cong beradu mulut.

Hap hip hop pendekar Lanun Cina melompat lincah bak srigala akan menerkam mangsa --- sebaliknya Pendekar Melayu berjaga waspada dengan ancang-ancang atau Sikap Ular Sendok menyembur atau mematuk.

Bergelimpangan Lanun Cina yang hendak merapat.

Entah sudah bertumpuk berapa Lanun Cina yang menyerang para Nakhoda dan Datuk di anjungan.

Jurus Badak Sumatera bertahan dan menyerbu --- cula berupa keris, kelewang atau pun tombak memerah darah.

Bertumpuk-tumpuk mayat bergelimpangan.Nakhoda Kobat di kapal penjuru berhadapan dengan Lanun Cina bernama Tuk Juntai --- mereka meniti galangan dan berayun-ayun di tali temali.

Sekali-kali berdenting dan kilat sambar menyambar --- matahari di timur telah memancar.

Sekonyong-konyong bak “Walang Kopok menukik Pohon” , Pendekar Kobat telah melompat saling beradu dengan Tuk Juntai.

Kepala berpisah dengan badan --- Nakhoda Kobat berenang ke buritan kapalnya.Air dan arus Sungai Musi keruh bercampur memerah darah.

Pertempuran itu berlangsung lama di sekitar Pulau Mariana dan Pulau Kumaro.

(6)

Tiga Jung Melayu berhasil merapat di Pelabuhan kecil di Sungai Lais --- Pendekar Kobat memerintahkan pelaut dan nelayan Palembang mengejar dan memusnahkan perkampungan Lanun Cina.

“Jangankan Lanun perompak, kutu busuk Kubilai Khan pun ‘idak boleh bernaung di daun api-api tanah Palembang--- tanah Melayu harus dijaga, tak setapak pun boleh dijajah Peringgi atau sesiapa pun.”

“Hai penduduk Palembang --- 3 Jung ini kiriman Raja di Raja Kedah buat anak-cucu Orang Sriwijaya --- satu kapal buat Orang Palembang, satu kapal buat Orang Lematang, dan satu lagi buat Orang Ogan dan Orang Komering !”

Bersorak sorailah orang-orang di Sungai Lais “ Hiduplah Raja kami Raja di Raja Kedah --- dipanjangkanlah umur dan akalnya ---Raja Adil Raja disembah, Raja Lalim Raja disanggah !”

“Hiduplah Nakhoda Kobat, Jayalah para Laksamana dan para Pendekar --- berbaktilah wahai pemuda --- baiklah hidup dalam kehormatan, matilah dalam kejayaan.Jangan ceroboh dan membohong --- Hidup dan berkalang tanah dengan kehormatan !”.

[MWA] (Cerita Silat #02 bersambung --- Pendekar Kobat bertanding Meminum Racun di Kota Selesai )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun