Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hancur Leburnya Cinta Narkotika [Mini Cerpen 66-Novelette 01]

4 Maret 2011   06:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:05 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299220203448473206

[caption id="attachment_92406" align="aligncenter" width="300" caption="Nusantara adalah wilayah yang penuh Sejarah ; sejak Perdagangan Candu di Jaman Kolonial sampai kini 65 Tahun Kemerdekaan RI. Mengapa tidak juga mempunyai Ilmu yang Mumpuni memberantas Peredaran Narkotika ?"][/caption]

Orang berhamburan keluar dari kabin gerbong, Penumpang semua pada  bergegas meninggalkan stasiun --- di Angkot 03 penumpang berjejal 13 orang plus dua di depan. Seorang anak lelaki menjulurkan kakinya, akan merogoh isi kantongnya.

 

Anak gadis di depannya selintas dalam temaram lampu kabin, melihat tattoo berlambangkan body telanjang gadis dibelit Sang Naga.

Hiruk pikuk di depan stasiun --- angkot-angkot beringsut berjejal bersama manusia berjalan kaki, speda motor yang rebut-merebut ruang gerak,segala jenis mobil tidak melas membuang gas buang yang mematikan. Si Gadis melamunkan film porno yang pernah ditontonnya.

Anak lelaki itu mengelus jambangnya. Ia teringat perdebatan konflik dengan papanya. Kemudian mamanya menangis.

Mereka itu semua orang Bogor, papa dan mama-nya orang Semarang.

Warung tenda dan restoran ramai dengan orang makan minum.  Si Gadis melihat pemandangan dalam alam mentalnya; orang muda enam orang bertelanjang sedang koitus beramai-ramai. Panjang adegan gila-gilaan itu --- ada juga snapshot dua jenis organ, yang satu ia kenal kira-kira --- miliknya.  Yang satu belum begitu dikenalnya. Ia pernah melihat penis adiknya, tetapi tidak ereksi.  Ia memandang ke arah  anak lelaki itu. Langsung ke pojok pahanya.

Anak muda lelaki itu turun. Si gadis, mencoba mengenali daerah itu.   Ada restoran besar, ada banyak mobil-mobil. Anak lelaki itu teringat mamanya --- ia meninggalkan Semarang, dengan kasus.  Mencuri perhiasan mama, dan menjualnya di Jalan Depok.  Ia pertaruhkan cintanya pada keluarga, pada mama-papa.  Demi apa ?   Narkotika !

Angkot menyusup di kemacetan yang pelik. Si Gadis ingat, ia dan Demy di Warnet --- gila ia masih memakai seragam SMU.  Aduh, nikmat sekali bergulat di ruang Warnet yang sempit itu.  Di sana ramai, tetapi sepi-sepi saja --- memang kadang kala terdengar bisik-bisik dan desah. Berkali-kali ia orgasme. Ia mematut kembali celana dalamnya ---- sementara si Demy  memainkan “Mr.P-nya” . Ia melenguh dan muncrat --- lantas menghapusnya dengan tumit dan tapak kakinya. Aduh itulah kali pertama si Gadis melihat prilaku anak lelaki.

Di antara teman-teman perempuan-nya memang sering membicarakan keperawanan --- sebagian tidak memperdulikan apa itu, bahkan ada yang tidak malu-malu mengakuinya , sudah tidak perawan lagi.  “Apa peduli-ku ? pikir si  Gadis pula.  Ibu-ibu di TV geger soal itu --- ibunya enggak itu.

Si Anak muda lelaki mengisi perutnya dengan makan malam, sebelum ia tiba di rumah singgah.. Tadi ia mengirim SMS pada mamanya : “ Mama, ampun mama --- aku ingin pindah kuliah di Bogor ma.  Maafkan aku ma” . Ya, ia mengirimkan SMS itu dalam perjalanan KA dari Gambir ke Bogor.

Mama menangisi anaknya, hari depan anaknya --- ia seperti ikhlas perhiasannya dihabisi anaknya, bahkan seluruh  harta mereka --- asal anaknya sukses. “Yan, mama ikhlas Yan. Habiskanlah harta kita --- asal jangan kau curi untuk membeli narkotika.  Mengapa kau pindah kuliah ke Bogor ?”

“Papa, ada SMS  si Yan --- ia kini di Bogor  Perempuan itu menangis sejadi-jadinya karena suaminya pun terdengar menangis.

Hancur luluh Cinta karena Narkotika.

 

Kota Bogor yang sedari tadi mendung, dan hujan gerimis ditingkah dengan hujan gledek makin gemuruh, makin gemuruh. Luluh lantak semua perasaan penduduk --- begitu listrik PLN pun padam !  Hujan lebat turun.

Bukan pemadaman bergilir, hanya padam karena teknis dan mismanajemen. (bersambung )

*)Foto - Internet, Kompas.com

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun