Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Percintaan Opa dengan A’Ay , dari Pantai Selatan ke Pantai Utara [Mini Cerpen 59 -Saptalogi ]

6 Januari 2011   06:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:54 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1294295645186253682

Perempuan itu menelentang seperti sedang bermeditasi. Lelaki pengamat itu ingin sekali mendekati tempat ia berbaring --- lelaki itu menganggap perempuan itu dalam gelora kesepian.

Bapaknya Madjid Kartasatia adalah pejabat Departemen Agama yang juga tertuduh sebagai koruptor --- lelaki itu mati terbunuh di dalam perjalanan menuju sidang pengadilan. Ada komplotan Geng Pantura yang dibayar untuk menuntaskan perkara itu, agar jangan tersingkap dalam sidang pengadilan. Ia mati dalam tuntutan 7 tahun penjara --- tidak pasti berapa hukumannya akan diputuskan seandainya sempat hakim mengetokkan palunya. Perkara itu disidangkan tahun 1993 --- perkara itu sangat menarik karena banyaknya para penegak hokum yang melakukan misi pemerasan, dan pihak-pihak lain yang menginginkan perkara itu habis di terdakwa saja. Ada pula pihak yang membayar pembunuh bayaran. Ia ditembak mati --- modar sebagai koruptor yang sangat dibenci banyak pihak.

Perempuan itu menelentang seperti sedang bermeditasi. Matanya terpejam, handuk lebar merentang di tubuhnya, Cuma ada bagian pahanya yang putih tercilak tidak tertutup.

Madjid Kartasatia adalah birokrat yang sukses --- ia putera pertama Sang Kolonel. Ketika bapaknya berperkara ia menghabiskan ratusan juta untuk membebaskan bapaknya dari tuduhan --- tuduhan politis dan persaingan antar elite tidak bisa ia tembus. Ia membeli kenyamanan di penjara --- tetapi laknat penyakit menyusup memamah biak membuat menderita dirinya dan keluarga besarnya --- secara fisik mau pun mental. Semua anak-anak dan keluarga Sang Kolonel menjadi seperti manusia yang terkutuk. Begitu pula Madjid pun mati bersimbah darah, ia terjatuh pas ketika akan menuruni tangga truk tahanan. Ia mati ditembak komplotan pembunuh bayaran. Agen Geng Pantura, konon !

Perempuan itu masih terlentang --- di rongga matanya masih jelas terjadi kilas balik, ia digendong oleh Sang Kolonel.

Lelaki itu menarik kedua kakinya --- ia berdiri sambil mengkhayalkan tidur bersama perempuan itu di pagi hari. Memang coitus yang sensasional sangat luar bisa dialami di pagi hari --- apa lagi dilakukan dengan perempuan yang didambakan.


Sementara itu Tengku Houd telah sampai di Bandung, ia berdiri di sebuah rumah di Margahayu, menantikan orang membukakan pintu pagar. “Ini oleh-oleh untuk Bu Ade !”

Masuk dulu pak “

Terima kasih” Ia tahu perempuan pemilik rumah itu masih dalam perjalanan dari Yogyakarta – Bandung.

Ia larikan Mercy sport-nya menuju Dago --- ia terjebak kemacetan. Ia sabar saja ikut mengantri. Ia sudah hafal konfigurasi kemacetan Bandung. Ia menuju restoran favoritnya, di mana di seberangnya adalah hotel di mana telah di-bookingnya.

Tengku Houd mengintip spion di kanannya --- ia tersenyum karena membayangkan perempuan bernama Ade --- wanita yang telah dipacarinya lebih 29 tahun. Perempuan itu tetap pelayan seks yang sangat asyik. Yang tidak ia mengerti mengapa para suaminya tidak pernah bertahan lama. Di umurnya yang ke-55 tahun kini pun ia sedang menjanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun