KKN UINSU Desa Suka Ndebi 2025Â - Kemiskinan ekstrem masih menjadi persoalan serius di berbagai pelosok desa, termasuk di wilayah Kabupaten Karo. Dalam upaya mendukung program nasional pengentasan kemiskinan, kelompok KKN UINSU 2025 Desa Suka Ndebi melaksanakan sejumlah program kerja berbasis pemberdayaan masyarakat, salah satunya melalui pemberdayaan kantin Masjid Al Ikhlas dan pengembangan produk madu desa sebagai inovasi ekonomi lokal.
Pembangunan kantin yang berlokasi di area Masjid Al Ikhlas, Desa Suka Ndebi, bukan hanya ditujukan sebagai fasilitas tambahan rumah ibadah, tetapi juga sebagai sumber ekonomi produktif bagi masyarakat sekitar, terutama bagi ibu-ibu dan remaja masjid yang nantinya akan mengelola usaha tersebut.
Ustaz Rizki, pengurus masjid sekaligus tokoh agama desa, menyambut baik program ini:
"Kantin ini bukan sekadar tempat jualan, tapi bisa menjadi ladang amal dan sumber penghasilan bagi warga sekitar. Kami berterima kasih kepada adik-adik KKN UINSU yang telah membantu" ujarnya.
Bapak Dion Tarigan, Kepala Desa Suka Ndebi, menyampaikan bahwa program kerja mahasiswa ini sangat sejalan dengan prioritas desa dalam menanggulangi kemiskinan ekstrem.
"Kami sangat mengapresiasi kegiatan KKN UINSU tahun ini. Program seperti pemberdayaan kantin dan inovasi madu ini nyata manfaatnya. Ini bukan bantuan sementara, tapi solusi jangka panjang," katanya.
Selain pembangunan fisik, kelompok KKN juga melakukan pendampingan dan inovasi pada salah satu potensi desa, yaitu budidaya madu hutan lokal. Mereka bekerja sama dengan warga, khususnya Bapak Rahmad, pembudidaya madu tradisional yang sudah lama mengelola lebah hutan secara mandiri.
"Dulu kami cuma jual madu dalam botol bekas air mineral. Sekarang kami mulai belajar membuat kemasan yang layak jual, diberi label, dan dipasarkan lewat media sosial berkat bimbingan mahasiswa," tutur Rahmad.
Produk madu yang sebelumnya dijual hanya dalam jumlah kecil dan untuk konsumsi lokal, kini mulai diarahkan menjadi produk ekonomi kreatif desa.
Menurut Ketua Panitia KKN, Abdul Haris Veriyadna, program ini lahir dari observasi langsung dan dialog dengan warga: "Kami melihat banyak potensi ekonomi di desa ini, salah satunya madu hutan. Dengan sedikit inovasi dan pendampingan, kami yakin produk ini bisa menjadi sumber penghasilan baru bagi warga," jelasnya.