Mohon tunggu...
Mutia Siddiqa Muhsin
Mutia Siddiqa Muhsin Mohon Tunggu... Manusia pembelajar,, yang berupaya mencari Ridha-Nya

Berupaya, setiap tulisan yang dihasilkan, mengandung makna dalam, yang dapat bermanfaat bagi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penghambaan Kepada-Nya

18 Juni 2025   19:51 Diperbarui: 18 Juni 2025   19:51 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Apa yang terjadi, terjadilah ..."

Sepintas kalimat ini seolah menggambarkan pasrah pada keadaan. Hmm atau mungkin menyerah? Tentu tidak, andaikan kalimat ini terucap dikala telah berupaya dan berdo'a dengan sekuat tenaga, sejatinya itu bukanlah menyerah. Namun, menyerhakan hasilnya kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Ya, dikala manusia dengan segenap jiwa dan raga terus mengupayakan apa yang menjadi tujuannya, pasrah kepada-Nya menjadi titik akhir dari segalanya. Dan tentunya, apapun hasilnya adalah sesuatu yang terbaik yang datang dari-Nya.

Firman Allah Swt pada surah Al-Baqarah ayat 216 begitu menguatkan, ketika kenyataan tak sesuai dengan harapan, hasil tak sesuai dengan yang diinginkan, atau bahkan ketika kemungkinan terburuk sekalipun yang mau tidak mau menanti untuk harus dihadapi. Firman-Nya:

"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Dia Yang Maha Mengetahui, bagi manusia mungkin semuanya masih misteri, namun bagi-Nya begitu jelas dan tentunya meninggalkan hikmah yang begitu dalam untuk hamba-Nya. Kiranya, dalam suka maupun duka, libatkan Dia Sang Maha Segalanya. Jangan lelah untuk berupaya, jangan lengah untuk berdo'a, dan jangan menyerah ketika hasilnya tak sesuai dengan yang didamba. Jalani saja, dan terus berjuang untuk tetap meyakini, semuanya adalah yang terbaik dari-Nya.

 "Kasih--sayang Tuhan beserta orang-orang yang takut kepada Tuhan di waktu baik, seperti halnya mereka merasa takut ketika musibah menimpa mereka. Barangsiapa yang di waktu baik tidak melupakan Tuhan, maka Tuhan tidak akan melupakan mereka di saat musibah. Sedangkan orang yang menghabiskan waktu baik mereka dalam keadaan berleha-leha dan baru berdoa di saat tertimpa musibah, maka doa-doanya pun tidak akan dikabulkan. Ketika azab Ilahi datang, maka pintu taubat menjadi tertutup"

Tetaplah berupaya dengan sekuat tenaga untuk tetap berada dijalan-Nya baik suka maupun duka. Ketika sedih dirasa, teruslah memohon penguatan pada-Nya. Namun, ketika bahagia yang dirasa, bersyukurlah dan tetap mengingat-Nya. Karena semuanya ada atas perkenan-Nya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun