Mohon tunggu...
mutiara putri
mutiara putri Mohon Tunggu... Saya baru lulus dari sekolah menengah dengan nilai akademik yang terus membaik. Meskipun tidak pernah masuk tiga besar, saya mampu menjaga konsistensi belajar sambil aktif di berbagai organisasi. Saya percaya bahwa keseimbangan antara akademik dan pengalaman organisasi menjadi bekal penting untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Aku tipe orang yang katanya humoris—entah karena emang lucu atau karena temen-temen udah lelah hidup, jadi gampang ketawa. Tapi ya, aku bisa aja bikin suasana lebih ringan, asal gak disuruh ngelawak di atas panggung, ya. Hobi? Lagi gak terlalu aktif sekarang, tapi aku suka dengerin cerita orang. Bukan cuma “oh iya, wow, masa sih?” terus hilang—tapi beneran suka dengerin, nyambungin, dan kadang malah jadi tempat curhat dadakan. Buatku, tiap orang punya cerita yang layak didengerin, dan kadang dari situ justru aku dapet banyak hal baru. Sekarang aku lagi nikmatin aja hidup—rame oke, sepi juga gak masalah. Gak ribet, gak harus selalu asik, tapi selalu siap dengerin. Kadang cerita orang malah lebih seru dari drama Netflix.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Di Sana, Tapi Masih Bisa

19 Juli 2025   20:53 Diperbarui: 19 Juli 2025   20:53 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari jumat bukan hari yang biasa. Aku menunggunya dengan hati yang campur aduk---antara gugup, berharap, dan mencoba realistis. UPI. Tempat yang aku impikan setelah poltekkes. Tempat yang sudah aku doakan di sepertiga malam, yang aku sebut namanya di setiap akhir salat. Tapi hari itu, takdir berkata lain.

Ketika hasilnya muncul, aku sempat diam cukup lama. Menatap layar. Nafasku berat. Lalu tanpa bisa dicegah, air mata menetes. Bukan karena aku lemah, tapi karena aku manusia. Aku sudah berharap, aku sudah berjuang, dan wajar jika rasanya sesak.

Tapi aku tahu, ini bukan akhir dari jalanku.

Aku menghapus air mata, tersenyum kecil, dan berkata pelan pada diriku sendiri, "Mungkin bukan di sini rezekiku. Tapi bukan berarti aku berhenti."

Hari itu aku belajar, bahwa gagal bukan berarti kalah. Kadang, Tuhan hanya sedang menuntunku ke arah yang belum aku lihat. Dan aku siap---melangkah dengan versi terbaik dari diriku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun