Manusia yang memiliki belas kasih, tak akan mudah menyiksa makhluk lain. Belas kasih memuat rasa kemanusiaan yang tinggi, menghargai sekecil apapun kehidupan yang Tuhan ciptakan. Manusia yang hidup tanpa belas kasih, mereka akan menikmati kesakitan makhluk lain.
Kalian pernah mendengar istilah sabung ayam? Sabung ayam adalah mengadu dua ekor ayam jago pada suatu arena, tujuannya untuk hiburan atau perjudian.Â
Di beberapa tempat, sabung ayam dianggap sebagai budaya. Jelas, kebiasaan tersebut banyak menuai kritik karena dianggap animal abuse.
Saya pernah melihat sabung ayam dalam sebuah video singkat, saat dua ayam jantan bertarung, pada bagian kaki ayam akan diberi pisau khusus. Orang di tempat saya menyebutnya taji.
Anehnya, ketika ayam-ayam itu sekarat akibat pertarungan, orang yang menontonnya malah bersorak, seolah mereka menikmati kengerian itu. Mereka menikmati rasa sakit itu.
Pada tahun 2021, Social Media Animal Cruelty Coalition (SMACC), mengeluarkan sebuah laporan tentang monetisasi penyiksaan hewan di internet.Â
Laporan tersebut menemukan bahwa dari 5.480 konten penyiksaan yang dikumpulkan, sebanyak 1.626 di antaranya berasal dari wilayah Indonesia.
Luar biasa bukan? Mari tepuk jidat bersama. Indonesia masuk ranking 5 besar bukan dari prestasi positif tapi justru sebagai negara dengan tingkat penyiksaan hewan yang tinggi.Â
Jika sudah begini, pantaslah bila ikan-ikan buntal di wisata Karimun Jawa itu seolah tak memiliki arti. Bagi manusia tanpa belas kasih, nyawa seekor hewan hanyalah sepele. Mati pun, tak akan dipidana.Â
Padahal, hewan sama seperti manusia. Mereka memiliki nyawa. Mereka memiliki rasa takut, sakit, sedih hingga marah. Hanya saja, mereka tak mampu berbicara layaknya manusia.Â
Ikan-ikan buntal itu mungkin saja menjerit, atau meminta ampun, namun kita tak bisa mendengarnya. Rasa takut terhadap ancaman (dalam bentuk menggembungkan diri) justru dianggap menggemaskan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!