Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perang Runi, di Antara Piring dan Kucing

30 April 2023   08:23 Diperbarui: 30 April 2023   18:47 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan itu ia ajukan kepada dirinya sendiri. Namun kemudian ia menggeleng pelan.

"Tidak!" Setitik air mata jatuh dari mata sebelah kanannya, lalu kemudian air mata saling susul menyusul tanpa mampu ia tampung lagi. 

Dalam tangisnya Runi mengingat bagaimana sikap bibinya. Rumahnya yang bersebelahan dengan ibunya membuat hidupnya selalu dibandingkan-bandingkan.

Paman yang berasal dari keluarga kaya adalah perbedaan yang tak bisa dielak dan dikejar. Namun Runi tak pernah iri. Meskipun sederhana, keluarganya hidup rukun dan damai. Ayah ibunya tak pernah bertengkar, Runi bisa bersekolah hingga bangku kuliah. 

Berbeda dengan Lisa, yang hanya sampai SMP, bukan karena biaya tetapi paman dan bibinya tak pernah menganggap penting pendidikan. Cukup menikahkan dengan orang kaya. Hasilnya Lisa dua kali menjanda dengan label janda muda kaya.

Namun hal itu tak ada hubungannya dengan kehidupannya. Lisa adalah Lisa. Runi adalah Runi. Meskipun punya gelar sarjana tak serta-merta kehidupan ekonomi keluarganya meningkat. Kini Runi masih terjebak di tanah rantau dengan keadaan pas-pasan. Ijazah yang didapatnya seakan tak ambil bagian dengan kehidupannya.

Ijazah itu hanya mengantarkannya ke Kota. Untuk merantau dan menjadikannya guru honor di salah satu sekolah swasta. Namun kemudian ia tinggalkan pekerjaan itu setelah menikah, yang kerap ia sesali hingga saat ini.

Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Suami yang menyuruhnya berhenti bekerja. Dengan dalih siap menafkahi yang terpenting mengurus keluarga di rumah, justru di P-H-K.

Meski mempunyai suami yang peduli dan sayang. Namun ketika dompet kempis tanpa uang, membuat pikiran Runi melayang-layang dan kerap perang pikiran.

Marah, kesal tetapi ia sadar, suaminya telah keras berjuang. Sekuat apapun berontak dan menyalahkan keadaan tak akan merubah apapun. Semua hanya akan terasa semakin menyiksa hati dan pikirannya.

"Kuat, kuat, sabar!" ucap Runi di sela-sela tangisnya. Ia hendak mengelap air mata tetapi ia lupa. Jika tangannya memegang lap berminyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun